Starslips

1.7K 115 9
                                    

Author girlwithabeat

Aku mengetuk-ngetukan kakiku tak sabar, melirik arloji sekilas dan mendapati jarum pendek telah menunjuk tepat ke angka empat. Lalu-lalang mobil di hadapanku sama sekali tak mampu membuat fokusku jadi teralihkan. Aku tetap memandangi layar ponselku yang masih menampilkan ruang chat antara aku dengan Alfa sejak setengah jam yang lalu.

Hari ini adalah hari ulang tahunku dan Alfa berjanji akan memberikanku sebuah kado. Waktu kutanya apa yang akan ia berikan, cowok itu malah bilang rahasia. Biar jadi kejutan, begitu katanya. Aku sendiri tidak terlalu berharap banyak pada cowok itu. Dulu, waktu ulang tahunku yang ke-12, Alfa juga sempat bilang akan memberikan kado untukku. Yang pasti, aku akan terkejut begitu tahu apa yang ia hadiahkan.

Benar saja, aku histeris setengah mati waktu membuka kado dari Alfa. Cowok itu menghadiahkanku seekor ayam kecil berwarna-warni. Dan poin pentingnya adalah, ayam tersebut bukan sekedar mainan yang bisa hidup karena ada baterai, melainkan seekor ayam yang memang benar-benar hidup karena bernyawa!

Terang saja, aku yang saat itu memang punya phobia terhadap ayam, langsung merasa shock dan seperti terkena serangan jantung mendadak saking terkejutnya terhadap surprise yang diberikan oleh Alfa.

Semenjak hari itulah, aku tidak pernah lagi merengek pada cowok itu untuk dibelikan kado ulang tahun. Kapok. Bisa saja cowok itu malah melakukan hal yang lebih ekstrem lagi ketika aku meminta kado darinya, ya kan? Jadi, akhirnya kuputuskan untuk berhenti mengharapkan kado dari Alfa. Dia ingat tanggal ulang tahunku saja sudah syukur, mengingat sifat cowok itu yang memang pelupa dan gampang mengabaikan hal-hal penting.

Tapi tiba-tiba saja, setelah lima tahun lamanya ia tidak memberikanku kado, Alfa malah mendadak ingin memberi kejutan lagi di ulang tahunku yang ke-17. Aku sempat menolak dan protes, tapi Alfa bersikukuh bahwa kado kali ini bukan lelucon seperti sebelumnya. Dia serius ingin memberikanku hadiah. Hadiah yang paling berkesan, begitu katanya.

Aku mengedarkan pandangan. Halte bus yang kutempati lama-kelamaan mulai banyak pengunjung. Mereka bergerombol menantikan bus-bus arah tujuan mereka untuk datang. Aku mengembuskan napas panjang, dengan bosan mengamati hilir mudik mobil-mobil di jalan raya.

Ada sedan merah, pick up hitam, taxi, lalu angkot. Mereka semua berjalan dengan kecepatan sedang. Tak luput juga pengendara motor yang selalu berkendara ugal-ugalan, membuat suara bising klakson seketika berbunyi di sana-sini.

"Woy, lampu sen, Anjing!" umpat salah satu pengendara motor yang kaget karena angkot di depannya tiba-tiba saja berhenti untuk mengambil penumpang.

Aku memutar bola malas, lalu mengalihkan pandangan ke arah lain. Lampu lalu lintas di perempatan jalan telah berubah warna menjadi merah. Semua kendaraan yang tadi melintas kontan memperlambat kecepatan lalu berhenti tepat di depan lampu merah tersebut.

Tiba-tiba saja, ekor mataku menangkap seseorang yang familier. Aku terbelalak senang begitu melihat sosok Alfa sedang berdiri di seberang sana, lengkap dengan sebuket mawar merah di genggamannya dan seulas senyum cerah di wajahnya. Cowok itu lalu melambai singkat dan mengeja kata "tunggu" tanpa suara sebelum akhirnya mulai melangkah cepat menyebrangi zebra cross.

Namun entah kenapa, senyum manis yang terlukis jelas di wajah Alfa seketika hilang, digantikan dengan ekspresi terkejut cowok itu begitu mendengar suara klakson yang memekakkan telinga, lalu disusul dengan benturan keras yang terjadi antara dirinya dengan sebuah mobil truk yang melaju kencang. Semua orang refleks menjerit. Histeris. Sekaligus ngeri.

Sementara aku, hanya bisa mematung di tempat begitu melihat tubuh sahabatku sendiri terpental jauh beberapa meter dari tempatnya semula berdiri. Buket bunga yang dibawanya, kini rusak karena terlempar dan menyisakan ceceran-ceceran mawar merah yang berserakkan di aspal.

Kumpulan One ShotWhere stories live. Discover now