Unpredictable Love Story

2.3K 98 20
                                    

Author yezkiel

Waktu akan mengembalikan kita kepada apa yang kita miliki, begitu juga denganmu. Kau milikku, dan akan selalu menjadi milikku.

******

Sonya hanya dapat berjalan tergopoh gopoh, kepalanya sesekali berputar, celingak celinguk seolah kehilangan sesuatu beharga. Memang benar sih. Rasanya ia kehilangan akal sehat karena berita ini.

Setelah mendapatkan sebuah panggilan yang membuat tubuhnya melemas seketika, ia langsung melesat pergi ke tempat ini. Tempat dimana orang orang berseragam putih berjalan santai, dan tempat dimana bau antiseptik menyeruak keras.

Ia benci tempat ini sedari dulu, entah karena bau antiseptik yang terlalu keras atau perasaan yang selalu ia dapat karena aura buruk yang selalu terpancar dari tempat ini setiap saat.

Rasa tidak enak sudah mulai menggelutinya, apalagi saat ia menatap sebuah pintu coklat bertuliskan 606 disana.

Dengan seluruh kekuatan yang ia punya, ia membuka pintu tersebut dengan perlahan, menampilkan sosok lelaki dengan rambut sedikit acak-acakan dan kulit pucat khas bangun tidur sedang duduk bersandar sembari menatap sebuah jendela besar yang mengarah ke arah taman rumah sakit.

Lelaki itu menoleh, mengalihkan pandangannya ke arah Sonya yang hanya dapat membeku di tempatnya, tak sanggup berjalan maju atau mundur.

Suara Sonya seakan tercekat di tenggorokannya. Terdengar serak saat ia memanggil namanya.

"D–Dewa...."

Ruangan itu hening untuk beberapa saat, dipenuhi suasana canggung yang sudah menggeluti di udara. Dewa hanya dapat menghela sebuah nafas pelan, merasa bingung, menatap perempuan yang disayanginya sudah berada di hadapannya, memandangnya tak berdaya.

Rasa sedih mulai menggerogoti hatinya, apalagi saat melihat setitik air turun membasahi pipi wanitanya itu. Melihat dirinya hanya dapat terbaring tak berdaya, sementara air mata terus menerus turun dari pipi Sonya, membuatnya merasa tak berguna.

Isak tangis tertahan kadang lolos dari mulut Sonya, tubuhnya kian bergetar saat ia memberanikan untuk maju, mendekati lelaki yang hanya dapat memandangnya sendu. Ia masih tak bisa merelakan segala hal yang terjadi disini. Kenapa ini semua harus terjadi pada Dewa dan bukannya pada yang lain?

Suasana hening sudah mulai merambat masuk, tidak ada satupun yang berniat untuk membuka mulutnya, meskipun keduanya mempunyai teramat banyak hal untuk dikatakan. Tubuh Sonya semakin bergetar, saat ia memberanikan diri menyentuh tangan Dewa yang lemas seperti tak bertulang.

"A–Aku gak mau kamu pergi." Suara Sonya tercekat ditenggorokan. Ia berusaha keras agar isak tangisnya tidak tumpah keluar untuk yang kesekian kalinya.

"Emang aku mau pergi kemana sayang?" Dewa menarik Sonya lebih dekat kearahnya, menghapus jejak air mata yang sudah kering dari pipi gadisnya yang sudah kembali memerah.

"A–aku gak mau kamu ninggalin aku. " Ujar Sonya getir.

"Aku gak akan ninggalin kamu. "

Dengan sebuah senyum dipaksakan Dewa menyungginkan sebuah senyum dipipinya. Ia tidak tahu apa yang akan terjadi padanya, tapi ia tak sanggup melihat Sonya yang seperti ini.

Tubuh Sonya semakin bergetar. Ia tahu Dewa bohong, bahkan orang buta pun tahu kalau lelaki didepannya sedang berbohong. Menolak mengatakan yang sebenarnya untuk melindungi perasaannya. Sonya bukanlah seorang perempuan bodoh.

"A–Aku sayang kamu."

"Aku lebih sayang kamu." Tangan Dewa sudah berpindah ke puncak rambut Sonya, mengelus rambut panjang hitam yang selalu menjadi kesukaannya.

Kumpulan One ShotTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang