Valentine in The Rain

1.6K 85 4
                                    

Author

14 Februari 2006

Hari ini adalah hari pertama kita bertemu. Saat itu hujan turun sangat deras, membuatku harus menghentikan sepeda motorku dan berteduh di depan sebuah ruko yang tak terpakai. Dan tiba-tiba aku melihatmu dengan seragam putih abu-abu, keluar dari sebuah kafe tak jauh dari tempatku berteduh. Kau berlari menerobos hujan kemudian berhenti dan hanya diam berdiri ditengah hujan. Wajahmu tertunduk dan bahumu terlihat bergetar, sepertinya kau sedang menangis. Cukup lama aku memperhatikanmu sambil sesekali melihat ke arah kafe tempatmu tadi namun aku tidak melihat satu orang pun keluar dan mengejarmu.
Aku jadi sedikit penasaran sebenarnya apa yang terjadi padamu hingga kau membiarkan dirimu menangis sendirian ditengah hujan?
Mengapa tidak ada satu orang pun muncul dari kafe tersebut untuk mengejarmu?
Karena rasa penasaranku, aku bahkan terus memperhatikanmu tanpa berkedip.
-----
Hujan terlihat mulai reda, aku berniat untuk segera pergi dan kembali ke rumah. Sebelum pergi, aku kembali memperhatikanmu namun kau masih tetap diam mematung ditempatmu. Aku merasa sedikit iba sekaligus khawatir padamu. Kau bisa saja pingsan jika berdiri ditempat itu terus.
Akhirnya dengan sedikit keberanian, aku perlahan mendekatimu.

"Nona, apakah kau sedang menunggu seseorang?" Aku mencoba berbasa-basi bertanya padanya.

Kau menoleh melihatku. Akhirnya aku bisa melihat keseluruhan wajahmu yang ternyata sangat cantik. Namun wajahmu terlihat pucat dengan bibir kelu, mata bengkak, dan hidung memerah. Kau menundukkan kepala kembali setelah melihat aku bukanlah orang yang kau kenal.

"Aku bukan orang jahat. Namaku Reno. Aku hanya kebetulan lewat dan melihatmu sendirian disini dengan pakaian basah dan..."

"Pergilah, aku tidak ingin diganggu."

"Aku hanya khawatir, kau bisa sa..."

"Pergi." Sebelum aku selesai mengucapkan kalimatku, kau mengusirku kembali membuatku pasrah dan memutuskan kembali.

"Baiklah, aku pergi."

Akupun segera berbalik hendak kembali mengambil motorku dan pulang, namun belum beberapa langkah aku berhenti dan berbalik kembali. Aku takut jika aku pergi maka kau akan tetap berdiri disini, padahal hari sudah mulai gelap.

"Sebenarnya aku sudah melihatmu daritadi, semenjak kau keluar dari kafe itu dan berdiri disini, aku juga tahu jika kau sedang menangis." Kau menoleh kembali padaku, penasaran.

"Kita memang tidak saling mengenal, tapi semenjak tadi aku memperhatikanmu."

"Aku tidak tahu apa yang membuatmu begitu bersedih, dan jika tidak keberatan kau bisa membaginya padaku, aku akan mendengarkannya."

"Tapi lebih baik kau memperhatikan kondisimu juga, kau sudah sangat lama berdiri disitu, bajumu juga sudah basah, kau bisa sakit jika seperti itu terus." Setelah aku mengucapkan seluruh kalimatku, kau malah kembali menunduk membuatku sedikit kecewa dan memutuskan pergi meninggalkanmu.

"Baiklah, lebih baik aku segera pulang."

Aku melangkah pelan meninggalkanmu, sedikit berharap kau akan memanggilku untuk menghiburmu. Namun betapa terkejutnya aku saat kau tiba-tiba menarikku dan memelukku sambil menangis. Kau membuatku merasa canggung dan malu sekaligus.Aku memang berkata akan mendengar ceritamu, tapi aku tidak mengatakan kau bisa memelukku secara tiba-tiba. Apakah kau tidak ingat bahwa kita tidak saling mengenal?

Tapi aku tidak bisa berbuat apa-apa. Aku hanya bisa membiarkanmu karena kau terdengar sangat sedih.

­____

Kumpulan One ShotWhere stories live. Discover now