PROLOG

52.3K 2.7K 38
                                    

Aku menahan nafas. Melihat kejadian mengerikan tepat di depan mataku. Mereka, ayah dan ibuku dibunuh di depan mataku. Walaupun gelap aku masih bisa melihat dengan jelas bagaimana dia-si pembunuh menghabisi nyawa orang tuaku karena ruangan itu masih diterangi cahaya rembulan yang masuk melalui celah-celah rumah.

Saat dia menyelesaikan misinya, dia berjalan melewatiku begitu saja. Kurasa dia tidak menyadari kehadiranku yang sedari tadi menyaksikannya dari awal hingga akhir. Karena saat ini aku berada di bawah meja makan, meringkuk ketakutakan di dalam kegelapan malam dan membekap mulutku sendiri, takut bila aku terpekik ataupun bernafas keras sehingga mampu didengarnya.

Tepat dihadapanku dia berhenti, aku melihat sepatu berhenti tepat di depanku. Jantungku berpacu sangat cepat hingga aku takut suara detak jantung terdengar di telinganya, keringat dingin bercucuran dari seluruh tubuhku, tubuhku bergetar hebat menahan rasa takut dan gejolak jantungnya yang seperti ingin lepas dari tempatnya.

Aku mengeratkan bekapan tanganku di mulutku, bahkan aku menggigit keras bibirku hingga aku merasakan cairan asin di indra pengecapku, kurasa aku menggigit bibirku hingga berdarah. Tapi aku tidak merasakan sakit sedikitpun, karena getaran ditubuhku membuat seluruh kinerja tubuhku lumpuh. Tak merasakan apapun selain rasa takut yang menjalar di seluruh denyut nadiku.

Darah. Kakinya terluka dan mengeluarkan darah yang cukup banyak. Kurasa dia terluka karena terkena sabetan pisau dapur ibuku saat dia mencoba membunuh ayahku dan saat itu ibuku terkulai lemah di lantai, ibuku melihat ada pisau tergeletak didekatnya, tanpa pikir panjang dia menggoreskannya di kaki pembunuh itu. Dia menyadarinya dan langsung menghujam tubuh ibuku dengan pisau yang digunakan untuk menghabisi nyawa keduanya.

Dia merobek kain dan melilitkannya di kakinya yang terluka agar darah berhenti mengalir dari luka goresan yang cukup panjang dan dalam itu. Aku menahan nafasku saat dia sedikit menunduk untuk melilitkan kain di kakinya. Tak hentinya aku selalu berdoa, semoga ia tidak meyadari keberadaanku dan segera pergi dari sini.

Akhirnya dia selesai mengikat lukanya, tubuhnya kembali tegak. Aku sedikit lega dan mulai mengambil nafas kembali, bernafas dengan hati-hati takut jika hembusan nafasku didengarnya.

Kenapa dia tidak segera pergi. Bukankah urusannya disini sudah selesai kurasa. Atau jangan-jangan dia tau aku ada disini menyaksikan semuanya dan berniat membunuhku juga?

Segala pemikiran buruk melintas begitu saja di pikiranku, menambah detak jantungku yang berpacu semakin kencang menghantarkan getaran hebat pada tubuhku yang sudah lemas.

Dia memutar tubuhnya menhadap ke arahku. Oh tidak. Jangan katakan dia mengetahui keberadaanku. Dia perlahan menundukkan badannya, ini seperti di slow motion membuat jantungku berpacu lebih cepat setiap detiknya. Dan bingo, dia berjongkok tepat dihadapanku. Dia menatapku tajam seperti ingin memangsangku hidup-hidup, tapi tidak kurasa ia akan segera menghunuskan pisaunya tepat di jantungku, kuharap itu cepat berlalu sehingga aku tidak perlu berlama-lama kesakitan meregang nyawa seperti kedua orangtuaku. Aku menutup mataku takut melihat kejadian yang kulihat tadi terjadi pada diriku sendiri.

Lama aku menutup mata tapi aku tidak merasakan apapun. Apa mungkin sekarang aku sudah di alam lain, tapi kenapa aku tidak merasakan sakit sedikitpun. Apa yang dia lakukan padaku sehingga aku mati begitu cepat tanpa merasakan sakit. Penasaran aku beranikan membuka mataku.

Pertama kali yang kulihat adalah masih sama. Mungkinkah dia adalah malaikat mautku. Dia masih berjongkok didepanku, menatapku tajam dan seriangain mengerikan mencul di bibirnya.

"Hai sweetheart" ucapnya serak dengan suara baritonnya yang terdengar sexy, tapi bagiku itu mengerikan seperti terompet kematian untukku. Membuatku ketakutan dan lemas seketika, hingga aku tidak merasakan apapun, kesadaranku menipis, penglihatanku semakin gelap dan aku tidak tau apa aku masih bisa melihat matahari esok pagi. Karena kegelapan kini menyergapku dan menenggelamkanku di dasar yang tak dapat dijangkau siapaun.

Life With A PsychoWhere stories live. Discover now