Part 9

26.9K 1.6K 74
                                    

"Kenapa kau melakukan semua ini?"

"Melakukan apa?"

Sekarang aku dan Kevin duduk saling berhadapan, mendinginkan kepala dan membuang ego masing-masing.

"Kenapa kau memutuskan untuk menikahiku tiba-tiba seperti ini."

"Aku hanya tidak ingin kau melakukan hal bodoh lain lagi. Jadi mulai sekarang aku akan menjagamu 24 jam penuh. Bahkan saat kau ke kamar mandi sekalipun." Ada sorot tidak suka dari mata Kevin saat mengucapkan kata 'hal bodoh'.

Melakukan hal bodoh apa memangnya. Apakah semua rencana yang kulakukan dan selalu gagal itu merupakan hal bodoh? Semua yang kulakukan bukan hal bodoh, Kevin saja yang terlalu licik sehingga dia mengetahui semua rencanaku atau mungkin aku yang kurang beruntung. Ah sudahlah jangan dipilirkan.

"Sekarang apa lagi yang sedang kau pikirkan? Tindakan bodoh apa lagi yang akan kau lakukan?" Sontak perkataan tajam Kevin membuatku tersadar dari lamunanku.

Sial, dia pikir semua yang ada di otakku itu hal bodoh. Seenaknya saja dia bicara, kalau begini terus lama-lama kepalaku bisa mendidih. Dia memang tidak bisa diajak bicara baik-baik, selalu saja memancing emosiku.

"Kenapa diam? Apapun yang kau rencanakan saat ini ataupun besok tidak akan ada yang berhasil. Jadi lebih baik kau menyerah saja dan jalani takdirmu Nyonya Navarro" Kevin menyilangkan kedua tangannya di dada sambil tersenyum meremehkan, seakan dia sedang menertawakan kekalahanku.

"Bagaimana aku bisa kembali kesini?" Aku tidak bisa menahan rasa penasaranku tentang satu hal ini.

"Jadi sedari tadi kau berpikir tentang itu?" Tanya balik Kevin sambil menaikkan sebelah alisnya dan dia terlihat sangat menyebalkan sekaligus tampan, abaikan kata terakhir karena wajah menyebalkannyalah yang mendominasi.


Flashback

"Tom siapa wanita ini? Kenapa dia ada disini?"

"Aku tidak tahu."

"Bukankah tadi kau yang menutup pintu belakang."

"Iya tapi aku tidak mengeceknya dulu tadi. Tapi dari pakaiannya sepertinya dia salah satu pelayan di mansion Tuan Kevin."

"Apa menurutmu dia kabur?"

"Kurasa iya."

"Jika kita melaporkannya pada Tuan Kevin mungkin kita akan mendapat imbalan. Kau tahu siapa Tuan Kevin itu."

"Apa mungkin kita akan diberi sebidang tanah atau mungkin segepok uang? Aku sungguh tak bisa membayangkannya Jack."

"Lebih baik kau membayangkannya nanti saja. Sekarang telepon Tuan Kevin dan beritahu padanya jika salah satu pelayannya ada disini."

Kedua orang itu tertawa penuh kemenangan, membayangkan sebentar lagi nasib mereka yang akan berubah.

Flasback End


'Dasar kurang ajar!! Berani-beraninya mereka berbuat seperti itu. Apa mereka tidak tahu betapa beratnya perjuanganku kabur . Awas saja jika aku bertemu lagi dengan mereka.'  Aku terus bersumpah serapah dalam hati meluapkan kekesalanku.

"Sudah tak perlu memasang wajah seperti itu. Jika kau ingin membalas mereka bisa kau lakukan nanti setelah menjadi Nyonya Navarro."

Belum juga aku membalas kata-kata Kevin, suara ketukan pintu mengalihkan pembicaraan kami.

"Tuan, mereka yang telah menyebabkan kekacauan tadi. Apa yang harus kami lakukan pada mereka Tuan?" Ucap salah satu anak buah Kevin sambil mendorong dua orang untuk berlutut.

Itukan Gabriel dan pelayan yang membawakanku makan kemudian aku sekap tadi. Jadi yang dimaksud kekacauan adalah aksi kaburku tadi. Bagaimana mungkin mereka menyalahkan Gabriel dan pelayan itu, mereka tidak bersalah sebenarnya disinilah aku yang bersalah. Mereka tidak pantas dihukum.

"Kau tahu kan apa yang harus kau lakukan pada pengkhianat!" Ujar Kevin tenang namun tegas.

"Baik Tuan."

"Tunggu!" Sebelum anak buah Kevin membawa mereka, aku harus menghentikannya. "Jangan hukum mereka!"

Ruangan menjadi hening, tak ada yang bergerak dan berbicara.

"Kenapa aku tidak boleh menghukum mereka?" Tanya Kevin memecah kesunyian.

"Mereka tidak bersalah, akulah yang salah. Jadi jangan hukum mereka, hukum saja aku." Aku berusaha berani walaupun sebenarnya nyaliku ciut berhadapan dengan Kevin yang saat ini terlihat menakutkan dengan tatapannya yang mematikan.

"Kau yakin ingin menggantikan hukuman mereka?" Tanya Kevin dengan suara rendah yang semakin membuat nyaliku ciut.

"Iy—iya. " Sekali lagi aku menguatkan keberanianku dengan mengangkat daguku ke atas menatap mata elang Kevin secara langsung.

"Memang kau yang salah tapi aku tidak akan menghukummu. Jika kau melakukan kesalahan maka orang yang tidak mampu mencegahmulah yang akan dihukum." Ujar Kevin sambil menyilangkan kakinya dengan santai.

"Aku mohon jangan hukum mereka. Aku akan menuruti semua perintahmu jadi aku mohon lepaskan mereka." Aku tidak bisa membiarkan orang yang tidak bersalah menanggung semua kesalahanku. Jika sampai itu terjadi aku akan merasa sangat berdosa.

"Benar kau akan menuruti semua perintahku?"

Aku hanya menganggukkan kepalaku, pertanda aku setuju.

"Baiklah aku akan mengampuni mereka tapi....jika kau berani macam-macam lagi, aku tidak akan segan menghukum mereka tepat di depan matamu." Ancam Kevin tak main-main.

Aku hanya menundukkan kepala sambil meremas jari-jari tanganku sendiri. Aku takut tidak bisa menahan diriku dan menyebabkan orang lain menanggungnya.

"Bawa mereka pergi dari sini!" Perintah Kevin pada anak buahnya yang langsung dilaksanakan. "Dan kau, segera bersiap untuk pernikahan kita nanti." Kali perintah Kevin untukku dan aku sudah tidak bisa menentangnya lagi.


***


Pertama kali aku memasuki ruangan tempat pernikahan yang kulihat adalah sebuah ruangan besar yang disulap sangat mewah dan indah yang didominasi warna emas dan merah. Mungkin ini adalah pernikahan impian semua gadis, termasuk aku jika saja mempelai prianya bukan Kevin.

Kini aku berada di atas panggung bersama Kevin di sampingku.

"Ikuti semua acaranya dengan baik dan tersenyumlah. Jika kau tidak ingin melihat mereka terjun dari lantai atas." Lagi-lagi Kevin mengancamku.

Sontak aku mengalihkan pandanganku menuju lantai atas. Oh God, apa yang telah Kevin lakukan, dia menawan Rey dan Bibi Rose juga. Dia benar-benar keterlaluan, jika memang dia ingin aku menurut padanya jangan melibatkan orang-orang yang aku sayangi.

Kevin mebuatku sangat sangat menbencinya. Tidak bisakah dia menggunakan cara yang lebih baik lagi untuk membuatku menurutinya atau mungkin membuatku mencintainya....lagi.

"Jadi apa jawabanmu?" Aku memandang Kevin tajam kemudian aku mengalihkan pandanganku pada para tamu dan memasang senyum bahagia yang sebenarnya adalah palsu.

Life With A PsychoWhere stories live. Discover now