Part 11

26.7K 1.5K 29
                                    

Part ini khusus Kevin POV....kalau misal jelek maaf ya

Jangan lupa Vommentnya




Aku sangat bahagia karena saat ini aku sudah bisa memiliki wanita yang sangat aku cintai, Lavinsa Delia Velasco yang kini telah berganti nama menjadi Lavinsa Delia Navarro.

Walau aku harus mengancamnya terlebih dahulu, apapun akan aku lakukan untuk mendapatkannya, bahkan menyingkirkan orang yang berusaha menghalangiku mendapatkannya. Aku tidak bisa jauh darinya dan melihatnya terluka. Aku berjanji akan selalu menjaga dan melindunginya.

Entah apa yang digunakan gadisku itu hingga membuatku tertarik padanya dari pertama kali aku bertemu dengannya.

Masih kuingat jelas pertama aku bertemu dengannya adalah saat aku tidak sengaja menabraknya di pasar. Waktu itu aku sedang mengecek bisnisku, ya pasar itu adalah milikku. Saat aku bertatapan dengan mata coklat terangnya yang polos, aku merasakan ketenangan yang selama ini belum pernah aku rasakan.

Namun saat dia melihat seluruh belanjaannya terjatuh dan rusak, aku dapat melihat sorot kesedihan dan kecemasan di dalam netra coklat yang membuatku tenang itu.

Saat kutanya dia hanya berkata jika dia tidak apa tapi jelas ada sesuatu yang dia khawatirkan. Aku yang merasa tertarik dan ingin melindunginya, mengikutinya diam-diam. Hingga dia tiba di sebuah rumah, tapi sebelum dia masuk dia seperti merapalkan doa. Entah dia berdoa untuk apa. Apa mungkin rumahnya berhantu sehingga untuk mengusir hantu-hantu itu dia harus berdoa dulu, sungguh konyol pemikiranku.

Tak berapa lama setelah dia masuk ke dalam rumahnya, kudengar sesuatu dibanting dan terdengar teriakan keras seorang wanita yang sedang mencaci seseorang. Apa mungkin yang sedang dibentak-bentak adalah gadis itu?

Jika memang benar aku tidak akan memaafkan orang yang telah berani memperlakukan gadisku seperti itu. 'Gadisku' itu terdengar bagus.

Aku terus mengawasinya dari jauh hingga gadisku keluar dari rumah dengan air mata yang meleleh keluar dari kedua mata indahnya. Aku akan membuat orang yang telah membuat gadisku menangis seperti itu mengeluarkan air mata darah. Aku bersumpah.

Aku akan mendekatinya dahulu dan membuatnya nyaman berada di dekatku. Aku hanya ingin dia terbuka padaku sehingga aku bisa menjaganya dari orang-orang yang menyakitinya. Mungkin berteman adalah langkah awal untuk mendapatkannya.


***


Setelah acara pernikahanku dan Vinsa selesai, aku mendapat kabar dari Roy, orang kepercayaanku jika seorang pengusaha besar dari Spanyol ingin bertemu denganku. Siapa lagi jika bukan Ricard Rafelo Sabael, pengusaha muda yang telah sukses membangun perusahaannya di Eropa dan Asia tapi sayangnya dia suka gonta-ganti wanita seperti berganti baju saja.

Menurutku itu sangat merepotkan. Mengurus perusahaan saja sudah sibuk apalagi ditambah dengan ratusan wanita yang merengek ingin dimanja. Aku saja yang yang hanya mengenal satu wanita di hidupku sudah membuat emosiku terkuras.

Aku harus berhati-hati dengannya jangan sampai dia bertemu dengan Vinsaku, Istriku. Beruntung dia tidak menghadiri acara pernikahanku tadi. Aku percaya pada Vinsa, dia tidak akan menyukai Richard karena aku tahu Richard bukanlah tipe Vinsa. Tapi Vinsa bisa memanfaatkannya untuk melepaskan diri dariku. Bukannya aku takut dengan anak kemarin sore seperti Ricard, aku hanya tidak suka apa yang aku miliki diganggu oleh orang lain.

"Selamat Mr. Navarro atas pernikahan anda, maaf saya tidak dapat menghadiri dari awal karena tadi mendadak klien ingin bertemu." Richard berbasa-basi. Ini terlalu bertele, kenapa tidak langsung saja, sungguh dia membuang waktuku.

"Tidak masalah. Jadi ada keperluan apa sehingga pengusaha besar seperti anda repot-repot datang kesini?" Tanyaku langsung.

"Oh maaf sekali lagi jika saya mengganggu malam penting anda." Ucapnya memuakkan. "Saya ingin membicarakan mengenai kerjasama kita. Kali ini saya ingin membuka cabang di Alaska dan saya rasa orang yang tepat untuk itu adalah anda, Mr. Navarro."

"Jika mengenai bisnis bisa kita bicarakan lagi besok pagi Mr. Sabael."

"Baiklah. Saya tahu anda saat ini sedang sibuk pasti." Ucapnya diiringi senyum miring. "Mungkin besok anda akan terlambat bangun. Jika boleh saya ingin melihat-lihat mansion anda, saya sangat suka dengan desainnya, sangat mewah dan klasik. Maaf jika saya kurang sopan Mr. Navarro, tapi saya tidak suka berbasa-basi."

Dia bilang dia tidak suka berbasa-basi? Lalu tadi itu apa, membuang waktuku saja. Dia itu tidak tahu atau pura-pura tidak tahu, dimana-mana pasti pengantin baru ingin selalu berdua saja dengan pasangannya tapi dia malah menggangguku.

Jika tidak karena terburu-buru aku akan memberi pelajaran padanya terlebih dahulu, supaya dia punya sopan santun.

'Seperti kau punya sopan santun saja.' Sesuatu dalam diriku seolah mengejek kelakuan burukku itu.

"Terserah anda saja Mr. Sabael karena saya mempunyai urusan lain yang lebih penting dibanding mengurusi kesenangan anda." Jawabku dingin. Terserah dia merasa tersinggung atau tidak, justru bagus jika dia marah akan ucapanku itu. Itu artinya dia masih punya malu.

"Baiklah Mr. Navarro, saya mengerti anda sudah tidak sabar menemui pengantin anda. Pasti pengantin anda sangatlah cantik hingga mampu membuat seorang pengusaha hebat seperti anda bertekuk lutut. Saya jadi ingin bertemu dengan Nyonya Navarro." Balasnya kurang ajar dengan senyum memuakkan yang ingin kubungkam mulut tidak tau dirinya itu dengan peluru pistolku yang saat ini tersimpan rapi di laci meja kerjaku.

"Lebih baik tutup mulut anda itu atau dia tidak akan bisa berbicara lagi." Geramku marah.

"Tenang Mr. Navarro, saya hanya bercanda karena tidak asyik jika kita hanya monoton membicarakan bisnis saja. Sesekali kita bisa membicarakan tentang wanita. Bukankah itu sangat menyenangkan?"

"Saya tidak tertarik dengan tawaran anda. Silahkan, anda tahu bukan dimana pintu keluarnya."

Sebelum dia membuka mulut sialannya itu, aku segera meninggalkannya karena jika terus diladeni pembicaraan tidak penting ini akan terus berlanjut.

Hari ini dia beruntung karena hari ini adalah hari bahagiaku sehingga dia bisa keluar dari sini hidup-hidup. Jika tidak sudah kupastikan nama Sabael hanya tinggal sejarah.


***


Aku tidak sabar bertemu dengan pengantinku. Milikku. Apakah dia sudah tidur? Kupercepat langkah kakiku menuju kamar kami. Indahnya kata 'kami' untuk Aku dan Vinsa.

Setelah sampai di depan pintu kamar kami, tanpa buang waktu segera kubuka dan kulihat gadisku tidur memunggungiku. Aku ikut berbaring di sebelahnya.

Akhirnya aku bisa selalu berada di dekatnya. Aku ingin selalu mendekapnya, melindunginya, mencintainya seumur hidupku.

Kudekap tubuhnya yang membelakangiku, dapat kurasakan jika tubuhnya tegang. Nampaknya istriku ini belum tidur ya, dia hanya berpura-pura tidur agar aku tidak meminta hakku. Apa dia benar-benar benci dan takut padaku?

Jika mengingat fakta itu, aku benar-benar merasa kecewa, sedih, menyesal. Entahlah aku ingin Vinsaku kembali seperti dulu, Vinsa yang mencintai Kevin.

Perlahan tubuh Vinsa melemas dan nafasnya teratur, kurasa dia sudah meninggalkanku ke alam mimpi. Dia tertidur dalam dekapaku dan tak lama aku juga ikut terbang ke alam mimpi.




See u next time 

Life With A PsychoWo Geschichten leben. Entdecke jetzt