Part 12

16.6K 1.1K 34
                                    

Aku terbangun dan merasa geli karena seperti ada yang meniup tengkukku dan itu adalah hembusan nafas Kevin yang tertidur dengan memelukku dari belakang.

Saat aku membalikkan badan, aku melihat wajah polos Kevin saat terlelap. Jika seperti ini tidak akan ada yang menyangka jika dia adalah seorang psikopat berhati iblis.

Tanpa terasa aku terus memandangi wajah tampannya yang terlihat polos itu hingga suaranya menyadarkanku dari kebodohanku.

"Puas memandangiku?" Ada nada ironi dalam ucapannya, seolah mengandung ejekan karena memergoki tindakan bodohku.

"Siapa yang memandangimu!" Sentakku tidak terima. Berusaha mempertahankan harga diri agar tidak terlalu jatuh di hadapan lelaki arogan sepertinya.

"Sebenarnya tidak masalah jika istriku ingin memandangi wajah suaminya yang tampan ini tapi alangkah baiknya jika itu tidak dilakukan secara sembunyi-sembunyi." Ujarnya dengan seringai.

"Lebih baik aku memandangi pantat kuda daripada harus melihat wajah menyebalkanm itu!"

"Daripada melihat pantat kuda bagaimana jika kau melihat pantat seksiku saja? Atau mungkin kau juga ingin melihat yang lain?" Pipiku memanas mendengar perkataan vulgarnya itu. Dasar psikopat mesum.

"Tutup mulut kotormu itu! Aku muak mendengarnya." Hilang sudah kesabaranku.

"Kenapa harus menutup mulut jika mulut ini bisa membuatmu mendesah bahkan membuatmu puas." Kata-katanya sungguh sangat keterlaluan. Mungkin saat ini seluruh wajah dan telingaku memerah karena malu sekaligus marah.

Belum sempat aku membalas ucapan senonohnya itu, Kevin membungkamku dengan ciuman brutalnya.

Aku berusaha mendorongnya dengan sekuat tenaga walaupun aku tahu semua itu tidak berguna.

Setelah puas dengan bibirku yang sudah membengkak, akhirnya Kevin melepaskan ciumannya.

"Morning kiss yang hebat tapi sayang aku tidak bisa melanjutkan lebih karena aku harus segera membereskan urusanku." Kevin segera bangkit dari ranjang dan masuk ke kamar mandi.

"Apa kau mau mandi juga? Kita bisa berbagi kamar mandi." Ujarnya lagi saat sebelum masuk ke kamar mandi dan langsung kuhadiahi lemparan bantal yang sayangnya tidak kena karena dia sudah terlebih dulu menutup pintunya.

***

Author POV

Richard sedang berjalan-jalan melihat mansion milik Kevin yang sedari awal memikat hatinya itu dan saat sampai di taman belakang, Richard melihat seorang gadis yang nampak rapuh sedang bersantai di sebuah ayunan.

Gadis itu mengingatkannya dengan teman semasa kecilnya yang sangat dia rindukan.

Tanpa Vinsa sadari saat dia sedang duduk di ayunan taman belakang, ada sepasang mata yang mengawasinya dari kejauhan.

'Sepertinya wanita itu tidak asing bagiku.' Pikir Richard dalam hati

"Bagaimana? Apa sudah puas anda berkeliling mansion saya?" Kevin yang mengetahui jika sedari tadi Richard sedang memperhatikan istrinya segera mengalihkan perhatian teman bisnisnya itu.

"Tentu Mr. Navarro, mansion anda sungguh indah. Saya sangat terkesan." Richard sedikit tersentak karena terkejut dengan kehadiran sang tuan rumah.

Usaha Kevin untuk mengalihkan perhatian Richard nampaknya berhasil dan merekapun larut dalam pembicaraan dan meninggalkan Vinsa sendiri disana.

Vinsa yang mendengar samar suara orang sedang mengobrol membalikkan tubuhnya, mencari sumber suara.

Namun yang dapat dilihatnya adalah dua orang lelaki yang sedang berbincang membelakanginya. Salah satunya adalah suaminya, Kevin. Vinsa memperhatikan lelaki yang sedang berbicara dengan suaminya itu, ada seperti sesuatu yang tidak asing bagi Vinsa, seolah-olah Vinsa mengenal lelaki itu atau mungkin pernah bertemu dengannya. Tapi dimana dan kapan?

Lama bergelut dengan pikirannya dan tak menemukan jawabannya, akhirnya Vinsa menyerah dan kembali ke aktivitas awalnya yaitu menikmati indahnya pemandangan bunga berwarna-warni yang tumbuh subur di taman ini.

***

"Jika anda suka, anda bisa memilikinya."

"Suatu kehormatan bisa menempati mansion semegah ini. Lalu apa anda akan berkeliling dunia untuk berbulan madu Mr. Navarro?"

"Tidak. Aku tidak suka menghabiskan waktuku hanya untuk hal tidak penting seperti itu."

"Siapa bilang itu tidak penting, wanita biasanya akan senang jika diajak jalan-jalan romantis apalagi ditambah makan malam romantis. Dijamin pasangan anda akan lebih mencintai anda."

"Tidak perlu melakukan semua itu dia.sudah.menjadi.milikku." Jawabku menekan beberapa kata penting agar dia mengerti.

"Ya wanita mana yang akan menolak pesona Mr. Navarro, saya yakin itu. Tapi tak ada salahnya kan mencoba tips saya supaya istri anda semakin lengket kepada anda."

"Apakah tidak bisa anda berbicara hal yang penting saja."

"Jadi benar apa yang dikatakan orang bahwa anda ini orang yang selalu serius ya. Padahal menurut saya anda bukan hanya cocok menjadi rekan bisnis saja tapi juga rekan pribadi."

Apa maksudnya 'rekan pribadi' ? Apa dia sedang menggodaku saat ini? Ini lebih mengerikan dari dugaanku. Apa mungkin si playboy Richard sudah merubah orientasi seksualnya karena dia bosan dengan wanita-wanitanya itu.

"Jangan salah sangka. Maksud saya, anda bisa menjadi teman berbicara mengenai masalah pribadi begitu yang saya maksud." Ujarnya yang menyadari raut ketidaksukaan dan kebingunganku.

Aku mengabaikannya karena jika terus ditanggapi, seperti biasanya dia akan membuang waktuku saja.

"Mr. Navarro, perempuan tadi yang di taman, apa dia istri anda?" Wajahku mengeras mendengar pertanyaannya, aku meliriknya sekilas.

"Perempuan mana? Aku tidak melihatnya." Jawabku datar, berpura-pura tidak tahu.

"Perempuan tadi yang bermain ayunan di taman, rambutnya panjang dan memakai gaun berwarna putih." Jawabnya masih ingin tahu.

"Sebenarnya saya tidak ingin memberitahu anda mengenai hal ini, tapi nampaknya anda sangat penasaran mengenai hal ini." Aku melihat ada raut keingintahuan yang besar. "Memang di taman belakang sering ada penampakan, penampakan yang sering muncul yaitu sosok wanita berambut panjang dan bergaun putih." Aku sangat puas melihat perubahan raut wajahnya yang menjadi pucat namun dia segera menutupinya.

"Apa anda sedang mencoba menakut-nakuti saya Mr. Navarro?" Ujarnya tak percaya.

"Apa saya terlihat seperti sedang bercanda?" Jawabku dengan memasang wajah serius.

"Tidak masalah. Justru itu sangat menyenangkan untukku, mungkin saja aku bisa mengajaknya berkencan."

"Jangan bermain-main dengannya karena menurut cerita, wanita itu dulu bunuh diri di sekitar taman karena patah hati setelah diputuskan oleh pacarnya yang suka mempermainkan wanita." Wajahnya kembali terlihat pucat. "Dan dia bersumpah akan mebalaskan dendamnya kepada lelaki yang suka mempermainkan hati wanita." Rasanya aku ingin tertawa melihat wajahnya yang seperti mayat hidup itu setelah mendengar cerita karanganku.

'Satu masalah selesai.' Aku menyeringai dalam hati.

Aku tidak akan membiarkan Richard bertemu dengan Vinsa. Entah kenapa aku merasakan akan ada hal buruk jika sampai itu terjadi. Aku tidak akan mempertaruhkan kebahagianku, tujuan hidupku.

***

"Bersiaplah. Kita akan pindah dari sini." Ujarku setelah menyelesaikan urusanku.

"Pindah? Kemana?" Vinsa terlihat bingung karena tiba-tiba aku menyuruhnya bersiap untuk pergi dari sini.

"Kau tidak perlu repot mengemasi barangmu karena aku sudah menyuruh pelayan mengemasi semua barangmu." Aku sengaja tidak menjawab pertanyaannya, ini adalah kejutan.

"Maksudmu kita akan pergi dari sini dan tidak akan kembali?" Istriku ini sangat lucu saat mengerutkan keningnya bingung. Pasti di dalam kepala cantiknya itu terlintas berbagai pertanyaan yang membuatnya penasaran.

"Iya." Jawabku singkat dan segera membawanya pergi dari sini.





Maaf ya saya baru bisa update hari ini dikarenakan kemarin, beberapa hari yang lalu saya sakit flu parah dan baru aja sembuh, walaupun masih ada sisa-sisa ingus yang mengganggu konsentrasi saya dalam membuat cerita. Jadi maaf bila banyak typo bertebaran ya. Jangan lupa vote dan komennya...

Life With A PsychoOnde histórias criam vida. Descubra agora