Part 7

29.2K 1.7K 54
                                    

Aku terbangun karena suara gaduh di lantai bawah. Ada apa memangnya? Biasanya rumah ini seperti kuburan, sangat sunyi bahkan saking sunyinya hembusan anginpun mampu didengar.

Aku meraba keningku, mengukur panas tubuhku yang ternyata sudah menurun. Kurasa aku sudah baikan hanya masih sedikit pusing saja.

Karena penasaran dengan suara gaduh yang tak segera berhenti, aku memutuskan untuk melihat keluar jendela kamar ini yang sudah dipasang teralis besi. Bukankah sekarang aku seperti burung dalam sangkar. Dari sini aku dapat melihat para pelayan sibuk menyiapkan sesuatu, seperti pesta, mungkin.

Apa mungkin Kevin akan mengadakan pesta? Tapi pesta untuk apa? Setahuku pesta identik dengan keramaian, sedangkan Kevin adalah tipe orang yang tidak suka dengan keramaian. Lalu apa motifnya mengadakan pesta?

Huh berpikir sendiri disini membuatku tambah pusing saja. Selalu saja jika berhubungan dengan Kevin membuatku pusing.

Tiba-tiba ada yang mengetuk pintu kamar, siapa? Tidak mungkn Kevin karena dia tidak pernah mengetuk pintu sebelum masuk.

Disana muncul seorang wanita paruh baya dengan diikuti dua orang yang membawa banyak gaun dibelakangnya.

"Maaf Nyonya, mengganggu istirahat anda. Perkenalkan saya Gabriel, desainer khusus yang diperintahkan Tuan Kevin untuk merancang gaun anda."

"Gaun? Untuk apa?"

"Tentu saja untuk acara pernikahan anda dengan Tuan Kevin, Nyonya."

"APA!! Bagaimana Bisa!!" Teriakku kaget. Apa yang dipikirksn Kevin sehingga melakukan ini.

"Maaf Nyonya, tapi itulah perintah yang diberikan Tuan Kevin pada saya." Jawab Gabriel sedikit gugup, mungkin takut salah bicara.

"Bawa semua gaunmu kembali! Aku tidak mencobanya karena aku tidak mau menikah dengan pria gila itu."

"Tapi Nyonya...."

"Keluar.Sekarang." Ucapku datar tapi penuh penekanan

"Nyonya saya mohon jangan seperti ini. Saya bisa kehilangan pekerjaan saya bahkan mungkin nyawa saya juga."

Aku masih punya nurani, tidak ingin menyusahkan orang lain hanya untuk egoku. Dengan berat hati akhirnya aku mau mencoba gaun yang diberikan Gabriel untukku.

"Kapan acara itu dimulai?" Tanyaku saat Gabriel membantuku mengenakan gaun yang sangat indah menurutku jika keadaannya tidak seperti sekarang ini.

"Maaf, maksud anda pernikahan anda?"

"Ya."

"Nanti malam pukul tujuh."

Masih nanti malam kan.Itu artinya aku masih mempunyai kesempatan untuk kabur dari pernikahan terkutuk ini.

Aku harus segera memikirkan cara agar bisa kabur dari sini secepatnya sebelum jam tujuh nanti.

Aku yakin aku bisa kabur dari sini karena saat ini pasti semua orang sedang sibuk menyiapkan pesta pernikahan.

Mungkin aku bisa keluar dengan menyamar agar tidak ketahuan tapi bagaimana caranya aku keluar dari kamar ini dulu. Pintu jelas terkunci, jendela sudah dibuat seperti penjara, pintu rahasia? Mana mungkin disini ada pintu rahasia, kau pikir Kevin itu bodoh, gerutuku kesal.

Disaat aku mondar-mandir, bingung memikirkan cara untuk keluar dari sini, pintu kamar dibuka tanpa ketukan atau salam terlebih dahulu. Kalau ini aku tahu siapa, tentu saja si pemilik rumah yang sangat menyebalkan.

"Kau sudah makan?" Tanyanya angkuh.

Datang-datang sudah nyerocos saja. Kau pikir aku ini anak kecil yang setiap ketemu selalu ditanya 'sudah makan?' Itu sungguh membosankan.

"Aku tidak mau kau tiba-tiba sakit lagi. Jadi sebaiknya kau menurut dan segera makan." Perintahnya seenaknya sendiri.

"Memangnya apa pedulimu."

"Kau tanya apa peduliku? Tentu saja aku peduli. Aku tidak mau kau merusak acaraku." Jawabnya dengan kejam.

"Kau bilang acaramu?! Kalau begitu urus saja acaramu itu, tidak usah pedulikan aku karena aku tidak akan ikut dalam acaramu itu Tuan.Kevin.Yang.Terhormat." Sengaja aku menekan kata-kata terakhir untuk menyindirnya.

"Kau akan ikut dalam acaraku itu karena aku yang menentukan siapa yang hadir dan tidak." Ucapnya dengan penuh keangkuhan yang membuatku semakin muak dengannya.

"Kau bukan Tuhan yang berhak menentukan takdirku."

"Aku memang bukan Tuhan tapi aku adalah takdir yang Tuhan kirimkan untukmu." Jawabnya diiringi seringaiannya.

Aku sungguh tidak tahan bila berdekatan dengannya apalagi jika harus berdebat dengannya, itu membuat darahku naik. Terserah dia saja, lebih baik aku diam dan tidak menanggapinya lagi.

"Sebentar lagi akan ada pelayan yang membawakanmu makan jadi kau harus memakannya sampai habis. Jangan ada sisa walau hanya sedikit!"

Kenapa dia selalu memperingatiku seperti itu, aku bukan anak kecil. Tapi daripada harus berdebat dengannya lagi aku hanya menganggukan kepalaku saja agar dia segera pergi dari sini. Lagipula aku masih harus memikirkan cara untuk kabur bukan, jadi aku tidak boleh membuang waktuku hanya untuk meladeninya.

"Bagus. Jadilah gadis manis yang penurut seperti Vinsaku yang dulu." Ujarnya sambil mengusap kepalaku lembut seperti kebiasaannya dulu saat semuanya baik-baik saja. "Aku akan mengeceknya nanti."

Enak saja dia bilang seperti itu. 'Jadilah gadis manis yang penurut seperti Vinsaku yang dulu.' Memangnya kau juga Kevinku yang dulu. Vinsa yang dulu ikut mati bersama Kevinku.





Maaf baru update karena saya lagi sibuk di dunia nyata jadi baru bisa update sekarang
Gak kerasa ya puasa udah hampir sebulan...besok puasa hari terakhir dan lusa udah lebaran...
Sebelum hari lebaran datang saya mau ngucapin Mohon Maaf Lahir dan Batin dan semoga puasa kita diterima. Amiin.

Life With A PsychoWhere stories live. Discover now