Part 16

20.2K 1.1K 30
                                    

Aku terbangun merasa terganggu dengan cahaya matahari yang menerobos masuk melalui celah jendela. Kenapa rasanya tubuhku sakit semua, rasanya seperti habis kerja rodi saja.

Oh sial, tentu saja badanku sakit semua bahkan seperti tulang-tulangku remuk tanpa sisa. Aku sudah mengingat semuanya sekarang. Apa yang terjadi semalam atau mungkin sampai fajar tadi.

Tidak. Aku harap itu tadi hanya mimpi karena aku pasti sangat malu dengan apa yang telah terjadi semalam, pasti sekarang wajahku sudah memerah. Tapi itu hanya akan mwnjadi harapan saja karena aku merasakan sakit di bagian intimku dan perlahan aku menengok ke sebelah kananku dan kalian pasti bisa menebak siapa. Tentu saja si iblis Kevin. Oh apa sekarang aku sudah menjadi istri durhaka karena telah mengatai suamiku sendiri. Biarlah aku tidak peduli karena memang jauh sebelum aku menjadi istrinya aku sudah sangat membencinya dan berniat mengakhiri hidupnya bukan.

Aku memperhatikan makhluk di sebelahku itu dalam diam. Jika sedang tertidur seperti ini dia terlihat tampan dan polos tidak seperti seorang psikopat yang kejam.

Benar sekali.

Lihatlah bahkan bagian lain diriku yang biasanya selalu bertentangan denganku sekarang juga berpihak padaku.

Kau jangan bangga dulu, yang kumaksud benar adalah pertama kau bilang tampan, bukankah walaupun dia tidak sedang menutup matanya seperti itu kau juga mengakuinya jika dia memang tampan. Kedua yaitu polos, tentu saja itu sangat benar sekali Vinsa sayang karena di balik selimut itu dia tidak memakai apapun.

Sial dasar menyebalkan. Bagaimana bisa ada sesuatu dalam diriku yang menjengkelkan seperti dia. Sebenarnya makhluk seperti apa dia itu. Oh ayolah Vinsa berhenti mengurusi hal tak jelas seperti ini, anggap saja itu bagian dirimu yang lain yang harus kau terima.

Baiklah lupakan makhluk sialan yang tadi berbicara dalam diriku. Perlahan kualihkan lagi perhatianku pada objek perdebatanku tadi. Aku mengamati wajahnya yang terlihat damai lalu turun ke dada bidangnya yang bergerak naik turun seiring nafas teraturnya kemudian turun lagi ke bawah yang tertupi oleh selimut.

Salahkan mataku yang dengan kurang ajarnya melihat terlalu jauh yang membuat pipiku memerah lagi apalagi teringat dengan perkataan bagian-diriku-yang-lain tadi.

Aku menggelengkan kepalaku berusaha menghalau pikiran-pikiran kotor yang merasukiku karena jika tidak itu akan berbahaya, bisa saja kan aku menerkamnya sekarang dan aku benar-benar akan mati karena malu.

"Lakukan saja apa yang kau mau. Jangan ditahan." Suara berat Kevin yang baru bangu sungguh sangat menggoda imanku untuk benar-benar melakukan apa yang tadi aku pikirkan.

Hentikan pikiran kotormu itu. Sungguh menjijikkan.

Berhenti bicara padaku. Aku tidak ingin kau ada di dalam diriku.

Tentu saja tidak bisa karena aku adalah dirimu. Jika kau ingin aku menghilang maka kau harus mati dulu.Selesai.

Terserah.

"Apalagi yang kau tunggu." Lagi-lagi Kevin menghentikan perdebatan konyol dalam diriku.

"Memangnya apa yang akan aku lakukan!" Jawabku menantangnya.

"Sesuatu yang kau pikirkan." Kevin memiringkan tubuhnya ke arahku sambil menopang kepalanya dengan tangan kanannya.

"Kau tidak tahu apa yang aku pikirkan." Aku mengeratkan peganganku pada selimut yang kini menutupi tubuh polosku.

"Aku tahu sayang dan selalu tahu apa yang ada di kepala cantikmu itu." Tatapannya berusaha mengintimidasiku.

"Kau tidak tahu dan tidak akan pernah tahu!" Bagus Kevin memang juara untuk membuat emosiku naik.

"Baiklah akan aku katakan apa yang ada dalam pikiranmu jadi jangan malu ataupun menyesal nanti karena kau yang memaksaku baby." Kevin menyeringai memuakkan.

"Aku pastikan tebakanmu itu salah." Jawabku yakin walau dalam hati aku takut jika Kevin benar-benar mengetahuinya.

"Jika aku berhasil maka kau harus melakukannya." Kevin mendekatkan wajahnya ke wajahku hingga hembusan nafasnya terasa di kulitku.

Aku segera mundur untuk memberi jarak yang cukup aman, kurasa aku harus mempunyai jarak aman dari makhluk yang bernama Kevin itu. Namun karena gerakanku yang terbatas akibat mempertahankan selimut yang aku pakai agar tidak melorot yang membuatku malah jatuh tertidur dan membuat Kevin berada di atasku. Gerakan salah yang membuatku semakin terperosok.

Inisiatif yang hebat Vinsa.

Diam saja karena kau tidak membantu sama sekali.

"Lakukan apa yang kau inginkan daripada hanya memandangi dan memikirkannya saja." Hembusan nafas Kevin sungguh menggelitikku, menggodaku untuk mencicipi bibir panas itu.

Apa aku harus membantumu untuk mengembalikan otakmu yang salah itu Vinsa?

Mungkin kali ini aku harus berterima kasih padamu.

"Ha ha tebakanmu salah tuan Kevin." Aku memberikan tatapan mengejek padanya berusaha menutupi kebenarannya.

"Jika kau tetap tak mau mengakuinya maka biarkan aku saja yang melakukannya." Seringai Kevin yang langsung menarik selimut yang aku pakai.

Dan Kevin benar-benar melakukan apa yang tadi aku pikirkan. Kumohon siapapun tolong ingatkan aku untuk tidak berpikir yang aneh-aneh saat di dekatnya.

Pasti dan selalu.

Kuharap bukan kau orangnya.

***

"Apa rencanamu pagi ini sayang?"

"Apa ada yang salah dengan otakmu ha? Kau pikir ini masih pagi?!" Sindirku padanya.

Bagaimana bisa dia berkata masih pagi setelah mengulangi kejadian semalam hingga matahari telah tinggi seperti ini. Apa dia itu tak punya rasa lelah. Dasar monster iblis.

"Hei jangan berkata seperti itu atau nanti akan kuhukum hmm?"

Kenapa dia selalu mengancamku. Sebenarnya dia menganggapku ini istrinya atau tawanannya sih. Jika dia memperlakukanku seperti ini terus bagaimana aku bisa jatuh cinta padanya.....lagi.

"Jangan melamun. Bicaralah apa yang kau inginkan." Aku tidak menyadari jika Kevin kini telah berada di hadapanku dengan jarak wajah diluar batas aman. Bukankah sudah kubilang aku harus memiliki batas aman dengannya.

"Aku tidak sedang melamun." Jawabku dengan sedikit memundurkan badan dengan hati-hati karena aku tidak mau kejadian tadi pagi terulang kembali.

"Baiklah kurasa kau butuh waktu. Aku akan bersabar menunggu." Balasnya dengan senyum tulus. Aku seperti melihat Kevinku yang dulu. My guardian prince.

"Namun jika kau masih keras kepala aku tidak akan bisa menahan diriku karena kau tahukan jika kesabaranku itu sangatlah tipis."

Seharusnya aku tidak boleh berbaik sangka dulu padanya. Uhh apaan-apaan ini sebentar manis sebentar kemudian seperti setan. Benar-benar psikopat aneh.

Tentu saja dia aneh, dia kan psikopat.

Kukira suara aneh itu sudah pergi ternyata diriku juga aneh.

Ah sudahlah ini membuatku gila jangan sampai aku jadi seperti Kevin.

Life With A PsychoWhere stories live. Discover now