Part 2

35.1K 2.2K 22
                                    


"Kau masih saja membela mereka!! Setelah apa yang mereka lakukan selama ini denganmu?!" bentaknya padaku dengan emosi yang meledak.

Kemudian dia menarik selimut yang menutupi tubuh polosku sampai sepinggang. Aku bingung dan kaget, bagaimana ini aku sekarang benar-benar telanjang di depan pria mengerikan ini. Aku ingin menaikkan selimut itu untuk menutupi tubuhku tapi aku tak bisa, tangan dan kakiku diikat, aku menggeram frustasi.

"Apa yang kau lakukan!!" bentakku padanya dan dia hanya menyeringai.

Aku ingin menangis, berlari menjauh darinya. Sungguh rasanya sangat malu, marah, benci, jijik dan ingin rasanya aku menghilang saja dari bumi ini.

Dia kemudian membalik tubuhku menyamping dan menekan punggungku dengan jarinya. "Aaww...apa yang kau lakukan?!" geramku.

"Sakit ?" ujarnya datar.

Aku hanya diam, berusaha mengontrol emosiku dan perasaanku yang tak bisa dijelaskan.

"Jawab Vinsaku sayang...aku tak suka kau mengabaikanku." perintahnya penuh intimidasi. Aku masih diam bergeming.

Dia menekan punggungku lagi namun kali ini di bagian lain. Tapi kali ini aku tak menjerit atau mengeluarkan suara apapun. Sakit dan nyeri rasanya, hampir saja aku menangis lagi namun aku berusaha menahannya dengan menggigit bibirku.

"Kenapa kau diam saja ha!!" teriaknya padaku. "Jawab Vinsa!!" Kurasakan kini amarahnya telah meledak. Dia membalikan badanku dan kini aku berhadapan lagi dengannya.

Matanya memerah penuh amarah karena daritadi aku diam mengabaikannya. Aku tak peduli padanya, biar saja dia marah dan mungkin langsung membunuhku. Tapi bukankah itu bagus, aku bisa terbebas dari iblis tampan ini.

"Lihat ini!" dia menunjukkan tubuhku yang penuh dengan lebam yang kini berwarna biru keunguan. "Kau pasti tau kan perbuatan siapa ini? Dan kau masih membela mereka yang menyakitimu?"

Ya aku tau ini bekas lebam karena pukulan dari orangtuaku yang telah kau bunuh. Walaupun mereka memukuliku dan tidak menyayangiku tetap saja aku tidak bisa membenci mereka setelah mereka mati secara mengenaskan didepan mataku.

Aku mengalihkan mataku ke arah lain, tak mau menatap mata abunya. "Jawab aku Vinsa!!" Geramnya kemudian menekan daguku dengan jarinya yang membuatku jijik dengan jari itu, tangan yang telah merenggut nyawa ayah dan ibu yang kubenci sekaligus kusayangi.

Aku memejamkan mataku, masih enggan menatap mata elangnya. "Jangan membuat kesabaranku habis...dan membuatmu menyesal little angel."

Aku tak peduli brengsek!!! Memangnya apalagi yang harus kusesali selain bertemu dengan iblis berwajah malaikat sepertimu.

"Baiklah aku akan senang hati melakukannya lagi." Ujarnya dengan seringaian.

'Lagi' oh tidak jangan katakan jika maksudnya.....

Shit! Kurang ajar! Iblis mesum! Berbagai sumpah serapah kuucapkan dalam hati. Dengan tidak tau malunya bibirnya melumat bibirku rakus, siapa memakan bibirku tanpa ampun. Tak rela lebih lama bibirnya merajai bibirku, kugigit dengan kuat bibir hinanya hingga dia melepaskan bibirku.

Tangannya menyentuh bibirnya yang berdarah akibat gigitanku tadi, rasakan itu bahkan jika kau tidak mengikatku akan kulakukan lebih parah dari ini, dan lagi-lagi seringaian mengerikan itu muncul di bibirnya yang kurang ajar itu. "Kau ganas juga ya...tapi aku suka gadis pemberani daripada gadis yang hanya bisa ketakutan dan menangis."

"Lebih baik kau bunuh saja aku daripada kau melecehkanku seperti ini brengsek!!!" teriakku padanya dengan tatapanku yang penuh kebencian dan rasa jijik.

"Sayang sekali aku tidak akan mengabulkannya Vinsaku. Itu adalah hal terakhir yang akan kulakukan...atau mungkin hal terlarang yang kulakukan terhadapmu."

Dasar kurang ajar! Dan kini matanya malah menelusuri tubuh telanjangku yang tak tertutupi selimut sebatas pinggang.

"Iblis mesum apa yang kau lihat! Tutup mata kurang ajarmu itu!" Dia malah mengabaikankan ucapku barusan bagai angin lalu yang tak penting. "Aku bersumpah jika kau tak mengalihkan pandangan sialmu itu dari tubuhku...aku akan membunuhmu."

Double shit! Dia hanya tertawa meremehkan ancamanku bagai orang dewasa yang mendengar celotehan anak kecil.

"Silahkan my little angel. Aku akan menunggu saat itu." Untungnya dia mengalihkan pandangannya dari tubuhku dan menarik kembali selimut untuk menutupi tubuh polosku.

Akhirnya dia berdiri dari ranjang dan melangkah keluar, tapi sebelum tubuhnya hilang dibalik pintu dia berbalik lagi menatapku dengan pandangan yang sulit diartikan. "Aku tidak sabar menantikannya my angel."

Jadi apa dia menganggap ucapanku serius atau hanya candaan saja. Sudahlah terserah dia, tapi aku tidak akan tinggal diam saja. Lihat apa yang bisa dilakukan gadis lemah sepertiku terhadap iblis kejam sepertimu, Kevin.





Sorry kalo cuma dikit ya...

Jangan lupa Vote and Commentnya ya

Life With A PsychoWhere stories live. Discover now