Part 15

22.3K 1.3K 90
                                    

'Bagaimana ini aku belum siap. Aku harus mengalihkan perhatiannya.'

Aku terus memikirkan berbagai cara agar Kevin tidak menagih haknya tapi otakku benar-benar tidak bisa berpikir saat ini.

Kemudian aku melihat pintu balkon yang terbuka, entah kenapa aku melangkahkan kakiku kesana.

Pertama yang kurasakan saat melewati pintu balkon adalah udara sejuk yang menerpa kulitku juga hamparan pemandangan yang indah tersaji di depan mataku. Kurasa rumah ini tidak seburuk yang kupikirkan, air yang berwarna biru jernih terhampar indah menampilkan seluruh isi di dalamnya. Disini aku dapat melihat ikan berwarna-warni berenang dengan lincahnya, membuatku ingin bergabung dengan mereka di bawah sana.

Lalu perkataan Kevin mengenai monster yang berada di dalam air itu apa benar adanya atau itu hanya bualan Kevin saja agar aku tidak kabur darinya lagi. Tapi Kevin bukanlah orang yang hanya suka membual saja.

Tanpa aku sadari sepasang lengan kekar telah melingkari perutku dan kurasakan bahu kananku menjadi berat karena saat ini Kevin telah memelukku dari belakang dan menyandarkan dagunya di pundakku.

"Kau menyukainya?" Tanya Kevin ikut melihat pemandangan yang tersaji di depan.

Entah kenapa aku tidak keberatan dengan perlakuan Kevin saat ini, justru aku merasa senang dan nyaman. Sehingga aku membiarkan kami dalam posisi intim seperti ini.

"Pemandangan yang indah." Jawabku tanpa menutupi kekagumanku.

Aku dapat merasakan Kevin mengangguk di atas bahuku.

"Ya tapi tak ada yang lebih indah melebihi dirimu sayang." bisik Kevin dengan suara berat dan seksinya di depan telingaku, menghembuskan nafas panasnya mengirimkan gelenyar aneh dalam diriku.

Tubuhku menegang seketika. Aku bahkan lupa dengan rencanaku meredam hasrat singa buas ini.

"Kevin..."

"Sssttt." Kevin mengabaikan penolakanku dan malah menciumi leherku semakin dalam.

Aku berusaha melepaskan diri dari kukungan tubuh kekar Kevin, namun tak membuahkan hasil yang ada Kevin semakin mengeratkan pelukannya pada pinggangku.

Memang awalnya terasa geli dan aneh tapi entah kenapa ciuman Kevin membuat sesuatu dalam diriku bergejolak. Sensasi yang selama ini belum pernah kurasakan.

Pikiran dan tubuhku tidak sejalan, pikiranku mengatakan untuk melawan sentuhan Kevin namun tubuhku seakan tak tersinkronasi hingga diriku hanya diam saja menerima perlakuan Kevin.

Oh kurasa diriku ini mulai munafik ingin melawan namun juga menikmatinya dan aku benci hal seperti ini terjadi padaku. Hanya Kevin yang mampu melakukannya.

Bahkan tanpa sadar aku mengerang menikmati cumbuan Kevin. Pasti saat ini Kevin tengah tertawa puas mengejek diriku.

Tubuhku benar-benar mengkhianati pikiranku, aku terus saja menerima dan menikmati sentuhan Kevin tanpa mampu memberontak sedikitpun hingga tanpa sadar aku sudah berada di ranjang bersama Kevin.

Kapan dia membawaku kesini, kenapa aku tidak menyadarinya.

Tentu saja kau tidak menyadarinya. Bukankah kau menikmatinya hingga tidak menyadarinya sedari tadi. Dewi batinku mengejek kebodohanku.

"Lepaskan aku." Pikiranku kembali setelah mendengar ejekan dewi batinku.

"Tidak sayang. Aku tau kau juga menginginkannya." Jawab Kevin dengan suara serak dan mata yang mulai menggelap terbakar gairah.

Oh tidak, tamat sudah riwayatku kali ini.

***

"Hen....tikannn" Aku berusaha menahan gairah diriku. "Kevin...kumohon." Kali ini aku berharap Kevin mau mendengarnya.

"Memohon apa sayang?" Jawab Kevin menggoda dengan semakin memasukka jari-jarinya lebih dalam memasuki intiku.

Aku tidak bisa menahannya lagi, sesuatu dalam diriku seolah ingin meledak. Namun tiba-tiba Kevin menghentikan aksinya.

Apa lagi yang dipikirkannya, kenapa dia suka sekali menyiksaku. Kali ini yang kulakukan hanya mendesah kecewa.

"Apa yang kau inginkan baby?" Katanya serak membuat bagian bawah tubuhku berkedut mendamba.

Aku sunguh malu jika berkata jujur, bisa-bisa dia akan besar kepala dan mencemoohku. Aku tidak akan mengorbankan harga diriku. Kupastikan kali ini kau tak akan menang Kevin.

"Menyingkir dan lepaskan aku!" Susah payah aku mengatakkannya dengan tegas, menyembunyikan ketidakberdayaan diriku akan kuasa Kevin.

Dia hanya menatap remeh ucapanku barusan. Apa dia pikir aku hanya menggertaknya dengan suka rela. Oh jangan berharap itu terjadi selama otakku masih waras.

"Kau pikir aku main-main!" Aku menatapnya geram.

"Aku suka wajahmu yang memerah seperti itu sayang. Kau sungguh membuatku bergairah."

'Kevin sialan!' Rutukku dalam hati.

Aku masih berusaha melawan Kevin yang berusaha menguasai tubuhku. Tidak. Sebenarnya yang lebih berat adalah melawan gairahku sendiri. Jelas saat ini Kevin tak akan menyia-nyiakannya.

Akhirnya aku harus merelakan mahkota yang kujaga selama 20 tahun hidupku. Ya menyerahkan pada suamiku, Kevin Giraldo Navarro.

***

"Aku mohon sudah." Entah sudah berapa kali kami melakukannya. Kevin benar-benar monster.

"Tidak sampai kau meneriakkan namaku saat pelepasan, Vinsa." Ucapnya parau.

Memang sedari tadi aku menggigit bibirku sendiri agar tidak mendesah apalagi sampai meneriakkan namanya. Aku tidak akan membuatnya senang.

Otakku terus menyemangatiku agar tidak menyerah dan tunduk pada Kevin tapi tubuhku sudah tidak kuat lagi. Entah berapa lama karena rasanya tulangku seakan melorot dari tubuhku. Aku tidak dapat merasakan apapun lagi, aku sudah tidak punya tenaga lagi untuk melawan Kevin.

Apakah aku harus kalah lagi dari Kevin. Apa Kevin akan selalu mendapatkan apa yang diinginkannhya. Aku mohon biarkan kali ini aku membuktikan padanya bahwa dia tidak bisa mendapatkanku. Membuktikan bahwa seorang Kevin tidak harus selalu mendapatkan apa yang dia mau.

Tapi mungkin memang nasib baik selalu berpihak padanya karena tubuhku benar-benar tidak kuat menahannya lagi.

Mungkin inilah batas tubuhku menahan keganasan Kevin. Hingga saat pelepasan yang entah keberapa kali itu tiba akhirnya aku menjeritkan namanya.

"Keviiiinnnnnn...." Teriakan terakhirku yang membuat Kevin tersenyum menang dan sebelum semuanya memburam kemudian kegelapan mulai menyergapku.




Haiii saya kembali lagi setelah sekian luammmaaa tidak pernah update hehehe....
Terima kasih buat kalian semua yang masih setia nunggu kelanjutan cerita ini. Pasti kalian bertanya-tanya kenapa saya lama lanjutin ceritanya. Sebenarnya banyak alasan buat saya nggak melanjutkan cerita ini mungkin kalo dijabarin ada 1000 alasan hehe banyak banget ya tapi karena dukungan dari kalian yang buat aku punya 1001 alasan untuk melanjutkan cerita ini.
Jadi aku tunggu vote dan komennya ya...buat suntikkan semangat :)
Salam sayang untuk semuanya....

Life With A Psychoजहाँ कहानियाँ रहती हैं। अभी खोजें