Part 6

17.6K 1.3K 35
                                    

"Apa maumu?" Kevin masuk tanpa permisi, membanting pintu kasar memimbulkan suara berdebam keras. Memang selain kejam dan arogan, dia juga tidak mempunyai sopan santun.

Aku hanya diam, malas menanggapinya. Jika aku menjawabnya yang ada aku akan naik pitam dan kepalaku akan semakin pusing.

"Jawab Vinsa!!! Apa maumu dengan tingkah kekanakanmu?!" Rupanya Kevin sudah kebakaran jenggot.

Kurebahkan kembali tubuhku, malas meladeninya. Rasanya badanku lemas dan mendengar celotehan Kevin membuat kepalaku semakin sakit.

"VINSA!!!" Kali ini dia mengeluarkan suara penuh kuasanya yang menggelegar.

Aku tetap diam memunggunginya. Sudah kubilang bukan, aku tidak akan tunduk kepadanya.

Tiba-tiba selimut yang kupakai ditarik dengan kasar. Kevin....kenapa dia selalu bertindak tiba-tiba dan semaunya. Dasar makhluk menyebalkan.

Tanpa aba-aba dia menggendongku paksa menuju....kamar mandi. Apa yang akan dia lakukan?

"Lepas! Turunkan aku!" Teriakku panik dan berusaha lepas dari rengkuhannya.

Byuurrrr

Dasar pria gila! Apa yang dilakukannya. Sudah tahu aku sedang sakit dia malah menceburkanku ke bath up yang telah terisi air dingin. Apa dia mau membunuhku.

"Apa yang...brrr....kau lakukan!" Bentakku padanya yang serupa desisan karena kondisiku yang lemah ditambah menahan dingin berendam dalam air dingin.

Sekarang giliran dia yang diam. Dia hanya berdiri angkuh sambil memasukkan kedua tangannya ke dalan saku celana yang dia kenakan, menonton diriku yang mati-matian menahan rasa dingin. Memang kurang ajar kan dia!

"Jawab bodoh!" Kesabaranku sudah habis.

Bukannya menjawab, dia malah tersenyum meremehkan. Membuatku semakin geram.

"Dasar psikopat! Pria gila! Tidak sopan! Kasar! Pembunuh!" Seluruh umpatan aku ucapkan sepenuh hati bahkan aku lupa dengan rasa dingin yang kurasakan.

"Menuruti kemauanmu." Jawabnya datar.

"Apa maksudmu?" Aku tidak mengerti dengan pemikirannya. Pemikiran seorang psikopat gila.

"Bukankah kemarin kau belum puas berendam seharian." Jelasnya dengan suara dingin. "Aku akan mengabulkan keinginanmu itu."

Ya memang kemarin setelah aku bangun dari mimpi indah yang palsu itu, aku memutuskan berendam seharian dan memyebabkan aku sakit. Sebenarnya tidak hanya itu, setelah berendam cukup lama, aku tidak menyentuh makanan yang diantarkan pelayan untukku sehingga semakin memperparah kondisi kesehatanku. Hal itu kulakukan untuk menjernihkan pikiranku kembali. Aku tidak boleh terlena, itu hanya masa lalu. Dia yang sekarang telah berubah dan tidak akan pernah menjadi seperti dulu.

"Sekarang aku akan menunggumu hingga kau puas berendam." Ucapannya membuyarkan lamunanku.

Dia kini bersedekap dada dan manik abunya terus menatap nyalang padaku.

Kau pikir dengan begini aku akan menyerah. Kau jelas salah Tuan Kevin Psikopat.

***

Berjam-jam sudah berlalu, keadaan kami masih sama. Tunggu aku bilang apa tadi 'kami'. Aku dan dia tidak akan pernah menjadi 'kami'. Jadi aku koreksi, keadaanku dan dia masih sama. Aku yang semakin menggigil kedinginan juga kepalaku yang semakin sakit seperti dihantam palu bertubi-tubi. Sedangkan dia masih betah menungguku untuk menyerah, memohon agar diselamatkan dan masuk dalam dekapannya. Jika itu yang dia pikirkan, silahkan bermimpi saja.

Sial! Badanku sudah tidak kuat lagi. Apa aku harus menyerah dan memohon kepadanya? Tapi egoku terus berkata 'Jangan menyerah disini dan membiarkan harga dirimu terinjak. Tunjukkan padanya kau bukan gadis lemah!'

Itulah yang membuatku bertahan selama berjam-jam berendam di air dingin dengan keadaan tubuhku yang lemah.

Aku yakin saat ini wajahku pasti sudah pucat seperti mayat. Bahkan aku tidak mampu menggerakkan tubuhku sedikitpun, jangankan untuk menggerakkan tubuku, untuk merasakan sentuhan saja aku tidak bisa. Tubuhku seakan mati rasa, yang kurasakan hanya rasa sakit disekujur tubuh dan berat seperti ditimpa beban ratusan ton.

"Jangan keras kepala!" Geram Kevin tak suka dengan menatapku tajam.

Kepalaku berdengung-dengung dan sangat berat seperti akan pingsan. Aku ingin menyerah tapi bibirku seakan kaku tak mampu berbicara.

Seolah mengerti maksudku, Kevin segera mengangkatku keluar dari bath up, membungkusku dengan handuk tebal. Berteriak-teriak memanggil pelayan wanitanya untuk segera mengganti pakaian basah yang aku kenakan dan setelah itu mataku tak mampu lagi untuk terbuka, samar telingaku mendengar suara derap langkah tergesa-gesa menuju kamarku sebelum kegelapan mengambil alihku kembali. Menghilangkan rasa sakit yang telah berada di ujung batas kemampuan tubuhku, membawaku menyelami gelapnya alam bawah sadar.

'Dia masih sama seperti dulu. Mengerti dirimu tanpa kau harus memberitahunya.' Suara dewi batinku menggema dalam kegelapan dan kesunyian jiwaku, membawa cahaya kehidupan untukku. Cahaya yang selama ini hilang atau mungkin bersembunyi di dalam diriku, di bagian yang tak tersentuh, jauh di dasar jiwaku.





Sesuai janjiku kemarin, aku udah lanjut cepet kan

Seperti kemarin juga kalau ini votenya banyak aku akan post next chapter cepet

See u next :)

Life With A PsychoWhere stories live. Discover now