Part 8

16.5K 1.4K 37
                                    

'Tok Tok Tok'

Ini pasti pelayan yang dimaksud Kevin tadi. Aku bisa menggunakanya untuk rencanaku kabur.

Tapi aku tidak mau melukainya dengan cara memukul dengan vas atau apapun, salah-salah bukannya pingsan tapi malah mati, itu pasti menambah masalah dan aku tidak mau menjadi seorang pembunuh.

"Silahkan Nyonya. Saya akan menunggu sampai anda menghabiskan semua makanan anda."

"Baiklah aku akan makan tapi bisakah kau rapikan dulu tempat tidurku."

"Baik Nyonya."

Aku harus mengunakan kesempatan ini dengan baik, saat dia lengah aku akan membekap mulutnya dan mengikat dengan kain-kain yang tadi sudah aku kaitkan satu sama lain sehingga menyerupai tali.

Semoga saja ini berhasil karena aku hanya pernah mempraktekannya lewat permainanku dulu dengan Rey. Rey hanya berselisih satu tahun usianya diatasku sehingga aku merasa nyaman bermain dengannya. Rey adalah temanku satu-satunya yang mau mengajakku bermain, ya walaupun bermain dengan sembunyi-sembunyi karena ayah dan ibu angkatku tidak mengijinkanku keluar rumah hanya untuk membuang waktu dengan melakukan hal yang menurut mereka tidak penting seperti bermain.

Jadi aku hanya bisa bermain dengan Rey saat kedua orangtuaku sedang pergi ke kota untuk menjual hasil panen mereka. Itupun aku harus menyelesaikan semua tugasku dengan baik dan cepat agar aku bisa bermain lebih lama dengan Rey.

Rey hanya tinggal dengan ibunya karena ayahnya telah lama meninggal saat Rey berusia 2 tahun akibat perampokan di sebuah Bank dimana ayah Rey bekerja sebagai petugas keamanan.

Selain Rey, Bibi Rose yang merupakan Ibu Rey juga orang memperlakukanku dengan baik. Bibi Rose selalu menyambutku saat aku bermain dengan Rey, menawariku kue buatannya yang sangat manis dan lezat membuatku ketagihan ingin memakannya terus.

Bibi Rose juga sering menolongku saat aku dihukum oleh ayah dan ibu. Dia memberiku makan dengan sembunyi-sembunyi agar tidak ketahuan orangtuaku karena jika sampai ketahuan maka hukumanku akan semakin berat.

Mereka berdua adalah orang yang aku sayangi selain kedua orangtuaku yang telah tenang di surga dan Elo, sahabatku saat di panti asuhan. Mereka semua adalah orang terpenting dalam hidupku.

Baiklah sekarang aku harus fokus. Aku tidak boleh gagal atau sama saja mati. Benar bukan? Menurutmu apa yang akan dilakukan psikopat jika mengetahui mangsanya ingin kabur tapi sayangnya aksinya itu tidak berhasil. Jadi pasti mati adalah jawaban yang tepat bukan.

Saat pelayan itu sibuk merapikan tempat tidurku dan tidak memperhatikanku, aku segera membekap mulutnya dan mengikatnya dengan kuat agar tidak lepas. Yap kerja bagus, aku berhasil. Tanpa menunggu lama aku segera mengganti pakaianku dengannya.

Aku segera keluar menggunakan pakaian pelayan. Dengan begini mereka tidak akan mencurigaiku. Bagus, aku mampu melewati para penjaga dengan baik dan sekarang pintu gerbang sudah di depan mata. Selangkah lagi untuk kebebasan, tapi bagaimana aku melewatinya.

Gerbangnya dijaga ketat oleh banyak pengawal, setiap yang keluar dan masuk akan diperiksa terlebih dahulu. Aku harus memikirkan cara untuk melewati gerbang kebebasanku.

Aku mengamati keadaan sekitar, mencari cara agar bisa menyelinap keluar tanpa ketahuan. Tak jauh dari tempatku berdiri dapat kulihat sebuah mobil pengantar bunga yang nampaknya akan keluar, mungkin aku bisa menggunakannya untuk bisa keluar dari sini.

Aku berjalan dengan hati-hati mendekati mobil itu dan mengamati sekitar, jangan sampai ada yang memperhatikanku dan mencurigaiku. Saat keadaan sepi, aku segera membuka pintu belakang mobil dan beruntung saja karena pintunya belum dikunci sehingga aku bisa masuk dengan mudah.

Tak berapa lama kudengar suara kaki mendekat dan suara orang orang berbincang, kurasa itu pemilik mobil bunga ini.

"Tom apa kau sudah mengunci pintu belakang?"

"Kurasa belum. Aku akan menguncinya dulu."

'Klik'

Kurasa pintunya sudah dikunci sekarang, itu berarti mereka kan segera pergi dari sini. Bagus akhirnya aku bisa keluar dari tempat mengerikan ini.

Hatiku berdebar, entah bahagia karena bisa bebas atau takut jika nanti tertangkap oleh Kevin lagi?

Dalam hati kupanjatkan doa, semoga aku tidak bertemu dengan Kevin lagi.

Mobil melaju semakin kencang menjauhi mansion mewah Kevin. Aku pasrah kemanapun mobil ini membawaku pergi dan berharap semoga hidupku menjadi lebih baik lagi, hingga aku merasa mataku sangat berat dan aku menyerah untuk terlelap dalam mimpi di dalam mobil yang entah akan membawaku kemana.

***

Aku membuka mataku perlahan dan mengamati sekitarku, dimana aku sekarang? Apa aku sudah jauh dari mansion Kevin atau mungkin aku sudah berada di luar kota?

Aku mengendarkan pandanganku ke sekeliling, kulihat aku sekarang sedang berada di sebuah ruangan yang serba hitam. Aku merasa seperti de javu, sepertinya aku mengenal ruangan ini. Jangan katakan jika ini kamar ini adalah kamar yang sama dengan kamar temapt Kevin mengurungku.

Ini tidak mungkin aku sudah bisa melarikan diri dari mansion Kevin, tidak mungkin jika tadi hanya mimpi.

Ini mustahil. Kukerjapkan sekali lagi mataku, mengusapnya berkali-kali agar pandanganku semakin jelas dan kesadaranku bisa kembali sepenuhnya. Dan apa yang kulihat?

Semuanya masih sama. Aku masih berada di kamar terkutut ini. Bagaimana mungkin? Aku benar-benar tidak habis pikir. Seharusnya aku tidak tertidur tadi, apa mungkin tadi benar-benar hanya mimpiku saja? Jadi kalau pelarian diriku hanya mimpi apa mungkin rencana pernikahanku dengan Kevin juga mimpi?

Kutarik rambutku sendiri, merasa frustasi dengan hidupku.

"Jangan mencoba menyakiti dirimu sendiri lagi. Setelah rencana kaburmu gagal." Sebuah suara yang tak asing mengagetkanku.

Aku melihat Kevin berdiri menjulang dihadapanku dengan aura yang menakutkan penuh intimidasi. Wajahnya memerah penuh amarah, rahangnya mengeras, dan sorot matanya menatapku tajam seperti mata pisau yang siap menghunusku.

Jadi aksi kaburku gagal dan aku kembali lagi dalam genggaman Kevin gila itu. Aku hanya mampu menelan ludah dengan susah payah karena aku benar-benar tidak bisa menggerakkan tubuhku, tubuhku serasa kaku. Aku benar-benar seperti patung hidup yang tak bisa berbuat apa-apa,

Saat ini hanya satu yang menunjukkan bahwa aku masih hidup, yaitu detak jantung yang menggila yang masih bisa aku rasakan. Mungkin sebentar lagi aku tidak akan dapat merasakannya karena sekarang aku telah tamat.





Ini aku nulis habis bangun tidur karena kebangun gara-gara saudara aku yang baru dateng pas udah malem...Daripada sia-sia ya udah aku nerusin cerita ini aja. Jadi adakah yang menunggu cerita ini???Makasih banyak karena ternyata banyak yang nunggu cerita absurd ini haha...(author lagi sableng gara-gara tidur cantiknya keganggu) #abaikan                                                               Ok kalau mau lanjut nunggu sampai 300 vote...boleh???

Life With A PsychoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang