2. Aileen Saralee Adinata

7K 315 25
                                    

Namaku, Aileen Saralee Adinata. Panggil saja aku Aileen.

Aku bersekolah di EHSH. Tidak pernah terpikir bagiku kalau diriku akan menjadi siswi East Hampton Senior High School. Sekolah ini termasuk salah satu sekolah favorit di Jakarta. Kebanyakan murid EHSH adalah anak-anak cerdas dan berprestasi. Sedangkan aku? otakku biasa saja, bisa dibilang agak lola malah.

Awal masuk EHSH aku tidak memiliki teman. Wajar memang. Tapi sangat sulit untukku, karena aku termasuk orang yang sulit untuk bergaul. Beruntung, tidak lama setelah duduk di kursiku, empat orang cewek idiot datang menghampiriku. Ya, mereka semua idiot! Tingkah mereka sangat memalukan! dan kini aku termasuk cewe idiot juga seperti mereka, hehe.

Mereka berempat adalah Alana, Alyssa, Fara dan Nesya. Dan kalian harus tau, hanya ada satu orang yang tidak begitu idiot di antara kami. Dia, Nesya. Nesya adalah temanku yang paling polos. Saking polosnya aku suka gregetan dengannya!

Tapi kadang aku suka heran dengan Nesya, dia itu anak indigo, dia sering tertawa sendiri, dan dia sering membaca isi pikiran kami!

"Sama Aiden?" bisik Nesya tepat di telingaku.

"Iyalah." jawabku. Aku tahu betul kenapa Nesya terlihat heran saat melihat Aiden ikut serta di rapat kali ini. Aiden memang pacarku tapi jarang sekali dia bisa menyempatkan waktunya untukku. Biasanya, dia selalu sibuk dengan jadwal tournament 'nya dan hanya mengabariku saat ia ingat --Catat saat ia ingat

"Tumben Aiden bisa."

"Dia lagi inget punya pacar Sya."

"Hahaha astaga."

Aku menoleh ke arah Aiden yang sedang menyandarkan tubuhnya di sofa dengan kedua mata yang terpejam. Aku sangat merindukan sepasang mata indah itu. Bola mata Aiden berwarna coklat muda, sangat indah sekali saat menatapnya.

Awalnya aku tidak pernah menyadari kalau kedua bola mata Aiden berwarna seperti itu. Keempat sahabatku yang menyadarinya duluan. Saat itu kami masih menduduki kursi kelas sepuluh. Aku memang termasuk ke dalam orang yang tidak pernah peka dengan keadaan sekitar. Tapi saat sahabat-sahabatku itu terus membicarakan kedua bola mata Aiden, aku menjadi penasaran.

Saat kelas sepuluh, Aiden bisa dibilang murid yang tidak bisa diam. Petakilan. Sedikit-sedikit pindah ke tempat si A, semenit kemudian ke tempat si B. Jalan-jalan terus deh pokoknya. Saat itu, kebetulan Aiden sedang duduk tepat di depanku. Dia membuka tempat pensilku dan mencorat-coret kertas paling terakhir di buku tulisku. Dan saat itu juga aku memperhatikan kedua matanya. Haha aku masih penasaran dengan kedua bola matanya yang katanya warna coklat itu.

"Mata lo coklat ya?" tanyaku saat itu. Kemudian Aiden membulatkan kedua matanya lebar-lebar, dan wow indah sekali matanya!

"Iya, ngapa emang?" tanya Aiden.

Mungkin itu awal kedekatakanku dengan Daylon Aiden Danadyaksa.

"Hoaam." aku menutup mulut Aiden yang sedang terbuka lebar.

"Hati-hati ada laler masuk."

"Sayang, jam berapa?" Tanya Aiden.

"Hampir jam tiga. " jawabku singkat.

"Yaudah yuk, langsung lunasin bis." Kata Daffa berdiri, dan diikuti oleh kami semua.

"Ayo bangun, udah pada mau berangkat itu ih." ujarku sembari menarik paksa tangan Aiden.

Aiden bangun dari posisi duduknya, mengucek-ngucek kedua matanya, kemudian mengacak rambutnya yang sudah sangat berantakan.

Lelaki itu membukakan pintu mobil untukku, aku masuk ke dalam mobil merah miliknya. Aiden mulai mengendarai mobil. Wajahnya terlihat sangat serius. Sesekali dia mengerjapkan kedua matanya. Mungkin masih mengantuk.

Geandert [Completed]Where stories live. Discover now