13. Setitik Rasa

3.1K 189 8
                                    

Aileen menghembuskan nafasnya lega saat bis yang mereka naiki kini terparkir sempurna di komplek perumahan rumah Raymond.

Jarum jam menunjukkan pukul satu dini hari, Langit Jakarta yang sangat gadis itu rindukan kini masih tampak hitam. Ribuan bintang di langit pun masih terlihat, sinarnya seolah berlomba siapa yang paling bersinar maka dia lah juaranya.

Awalnya Aileen mengira kalau dirinya tidak bisa lagi menikmati suasana kota Jakarta. Bencana longsor yang sempat menghalangi perjalanan mereka, membuatnya terperangkap di hutan yang gelap. Membuat Nesya terkena gigitan laba-laba beracun, serta membuat dia, Raymond, dan Nesya harus melawan empat orang yang tidak mereka kenal.

Aileen menyesal, sesekali ia menghembuskan kasar nafasnya, mengapa dia tidak membuka topeng anonymous mereka, dan malah membiarkan mereka berlari begitu saja?

Dan, Aiden.

Betapa terkejutnya mereka saat melihat apa yang Aiden bawa. Pisau itu sama persis seperti pisau yang orang-orang itu bawa. Raymond hafal betul bagaimana bentuk pisau tersebut. Aiden sendiri tidak kalah terkejutnya dengan mereka bertiga, matanya membulat sempurna saat mereka berteriak kencang.

-Flashback on-

"AAAAAA!" teriak Aileen dan Nesya, saat Aiden mengangkat pisaunya ke udara.

Keduanya tampak terkejut, Berbagai macam pertanyaan dan pikiran-pikiran negatif muncul dibenak mereka berdua. Bagaimana bisa lelaki itu mendapatkan pisau yang sama persis seperti itu? Apa mungkin, Aiden termasuk dari mereka?

Raymond berjalan ke depan, tubuh tegapnya seolah melindungi Nesya dan Aileen dari Aiden yang akan menerjang mereka.

Aiden mengernyitkan alisnya, "Lo pada ngapa sih?" tanya Aiden bingung.

Perkataannya membuat Nesya semakin kalut, sebab lelaki itu terus melangkah mendekati mereka. Tangan Nesya mencengkram erat polo T-shirt Raymond. Sementara Aileen, memeluk ketakutan tubuh mungil Nesya.

"Buang tuh pisau!" sungut Raymond sembari menendang kasar tangan Aiden yang terangkat di udara.

"Dih, kan lumayan ini." jawab Aiden memungut kembali pisau itu.

"Lo gila ya, Den! Ngelawan kita bertiga make topeng kayak tadi, dan sekarang dengan bangganya lo nunjukin muka lo itu?" Aileen bergidik ngeri membayangkan wajah sangar Aiden yang berada di balik topeng anonymous tadi.

Aiden melongok tak mengerti, "Ngomong apa sih?" tanya Aiden.

Aileen memutar malas kedua bola matanya sembari melepas pelukannya pada Nesya, kemudian gadis itu memberanikan diri untuk berjalan menghampiri Aiden. "Lo kan yang tadi ngelawan kita?" tanya gadis itu tegas.

"Ngelawan?"

"Iya, lo kan yang tadi ngelawan kita?! Buktinya pisau yang lo bawa sama pisau mereka sama! Mau ngelak apa lagi?!"

"Pisau?" Tanya Aiden bingung, "Ini maksud lo?" Aiden mengangkat pisau itu ke udara, membuat gadis itu mundur beberapa langkah,

"Jadi dari tadi lo semua ngira gue orang jahat? Hahaha!" lelaki itu tertawa kencang, bukan tawa yang biasa membuat hangat, melainkan tawa yang membuat Aileen sesak.

"Pisau ini," nada suaranya serius, lelaki itu mengusapkan pisau tersebut pada pergelangan tangannya,

"Gue nemu." lanjutnya singkat. Membuat mereka semua mengernyitkan kening,

Geandert [Completed]Where stories live. Discover now