25. Kaisan Arsya Percival

2.7K 200 40
                                    

Senja sudah tiba saat Raymond tengah berada di perjalanan menuju suatu tempat yang dia sendiri tidak yakin benar atau tidaknya. Tidak hanya Raymond. Di dalam mobil Raymond ada Agra, Fara, Alyssa, dan juga Alana.

Sesekali Raymond memukul kasar stir mobilnya saat dia kembali teringat ucapan Rio. Raymond tidak habis pikir mengapa dirinya bisa dibodohi semudah itu oleh Jean. Lelaki itu sudah ditipu habis-habisan selama ini.

Raymond bersumpah, kalau dia tahu sejak awal akan berakhir seperti ini, dirinya tidak akan pernah mengikuti permintaan Jean untuk menjauhi Nesya!

Suasana mobil itu benar-benar sunyi. Tidak ada yang berbicara satu sama lain, mereka semua terlalu sibuk dengan pikiran masing-masing. Membayangkan apa yang kini sedang dilakukan oleh Aileen dan Nesya.

Bagaimana keadaan mereka saat ini?

Atau..

Masih hidupkah mereka?

Alyssa menangis tersedu-sedu. Entah sudah berapa lembar tissue yang sudah dia gunakan hanya untuk menghapus air matanya.

"Kemarin 'kan gue udah ngomong kalau mereka diculik." ucap Fara sembari menatap kosong luar kaca mobil Raymond, "Kalian 'kan tau, telepati gue sama Nesya itu kuat." lanjutnya, kemudian dia menarik dalam-dalam nafasnya dan menghembuskannya perlahan.

"Tapi siapa sih Far yang mau kalau sahabat sendiri diculik!" kata Alyssa di sela-sela tangisannya.

"Gue juga ngga mau mereka diculik, tapi mungkin kalau kemarin kita langsung cari informasi, Nesya sama Aileen udah ada sama kita sekarang."

Agra mendengus pelan, "Udah ngga usah ribut, mending lo semua berdoa biar Aileen sama Nesya baik-baik aja sekarang." kata Agra menenangkan.

"Bener apa kata Agra. Gaada gunanya kita debat sekarang, yang bisa kita lakuin cuma berdoa." ucap Alana sembari mengusap punggung Alyssa dan Fara.

"Lo emang harus baik-baik aja, Sya. Kalau nanti gue nemuin lo dalam keadaan kaga baik-baik aja, gue bakal nge-jitak pala lo." gumam Raymond di dalam hati.

Flashback on

"Ray, boleh ngga Nesya manggil nama Raymond jadi Rayap?"

Raymond tertawa miris saat dirinya kembali mengingat kejadian itu.

Saat itu mereka berdua sedang berada di dalam perpustakaan. Raymond yang meminta Nesya untuk menemaninya mengerjakan beberapa tugas sekolah yang belum Raymond kerjakan sejak dua minggu lalu.

"Dih najis, jelek amat. Masa ganteng kayak gini dipanggil Rayap." jawab Raymond yang kini sedang menulis di buku tugasnya.

Sudut bibir kiri Nesya terangkat. Lalu gadis itu menatap intens wajah Raymond yang sedang serius, "Tapi Ray, kalau Nesya liat yaa. Nama Raymond itu terlalu bagus buat Ray tau!" kata Nesya lugu.

Raymond meletakkan kasar pulpennya di atas meja, kemudian lelaki itu memutar malas tubuhnya menghadap Nesya yang tengah menahan tawanya.

Raymond menatap datar wajah Nesya, membuat gadis itu tertawa kencang.

Kedua mata Raymond membulat saat Nesya tertawa, sepertinya gadis itu lupa kalau kini dirinya sedang berada di dalam perpustakaan. "Berisik, bodoh." ujar Raymond membekap mulut Nesya seraya menarik gadis itu ke dalam pelukannya. Lelaki itu benar-benar memeluk erat tubuh mungil Nesya saat ini.

Nesya tersenyum sambil menarik dalam nafasnya, merasakan aroma tubuh Raymond yang membuatnya sangat nyaman. Kalau Nesya boleh meminta, dia ingin waktu berhenti berputar saat ini juga.

Geandert [Completed]حيث تعيش القصص. اكتشف الآن