16. Egois

2.5K 179 11
                                    

Seorang laki-laki berjalan santai dengan tangan kiri yang dia masukkan ke dalam saku celananya. Lelaki itu mengenakan topi hitam berlambang salah satu brand sepatu yang kini tengah booming.

Dia menurunkan topinya, seraya berpura-pura mengetikkan sesuatu di ponselnya kala melihat rombongan Raymond keluar dari lift yang akan ia naiki.

Raymond melirik sekilas ke arah lelaki itu, kemudian dirinya kembali berjalan bersama teman-temannya seolah tidak peduli dengan apa yang baru saja dia lihat. Laki-laki berpenampilan aneh. Di dalam rumah Sakit, tetapi memakai pakaian serba tertutup. Pikir Raymond.

Lelaki tadi mengambil beberapa bingkisan yang sebelumnya sempat dia letakkan di lantai. Kemudian dia masuk ke dalam lift dan menekan tombol bertuliskan angka tujuh.

Pintu lift terbuka, lelaki itu langsung berjalan menuju tempat yang akan dia kunjungi.

Dia mengintip sejenak ke jendela kecil yang terdapat di pintu, untuk memastikan adakah orang di dalam sana.

Sebuah senyum terukir di wajahnya, mengetahui kalau hanya ada satu orang di dalam kamar itu. Seseorang yang sangat dirinya rindukan.

Seseorang yang kini tengah menatap kosong jendela besar di samping kanannya. Perlahan tapi pasti, lelaki itu membuka pintu kamar bertuliskan angka '713' membuat Nesya menoleh kearah pintu kamarnya yang sedang dibuka.

Gadis itu mengernyitkan keningnya saat melihat siapa yang datang.

"Rio?"

Rio tersenyum sambil menutup kembali pintu kamar Nesya, "Apa kabar, Sya?" tanya Rio.

Nesya mengangguk ragu, dia masih tidak percaya Rio berada disini, "Alhamdulillah udah enakkan." jawab gadis itu sambil memandang heran Rio yang kini tengah berjalan menghampirinya,

"Kok bisa masuk? Bukannya jam besuk udah abis?"

"Masa sih?"

Nesya mengangguk mantap, "Iya serius, tadi yang lain baru aja pulang, diusir sama sekuriti."

Rio menyipitkan kedua matanya, kemudian lelaki itu tertawa renyah, membuat Nesya semakin bingung. "Salah jadwal kali tuh sekuritinya. Buktinya ngga ada yang nge-jegat gue tuh pas mau kesini."

"Hmm mungkin." jawab Nesya ragu.

Rio memberikan se-bucket bunga mawar ungu yang tadi dia beli kepada Nesya, "Semoga cepet sembuh, Sya." ucap lelaki itu sembari mengusap lembut kepala Nesya.

"Makasih, Rio. Bagus banget bunganya," jawab Nesya, tersenyum senang. "Wangi lagi, hehe." lanjutnya.

Rio mengucapkan kalimat syukur di dalam hatinya mengetahui Nesya suka dengan pemberiannya. Sejurus kemudian lelaki itu menyapu pandangannya ke sekeliling kamar Nesya, "Ngga bosen, Sya, di sini?" tanya Rio.

"Bosen atuh kalau ditanya mah. Tapi mau gimana lagi, kondisi gue belum begitu membaik. Jadi yaa, gue harus berteman baik dengan kamar ini." .

Rio tertawa kecil mendengar jawaban dari Nesya, "Mau keluar ngga? Tadi gue liat di belakang ada taman yang bagus. Mau ke sana?"

Nesya diam sejenak, memikirkan jawaban yang akan dia keluarkan. Satu hal yang dia takuti, Nesya takut Raymond akan panik saat mengetahui dirinya tidak ada didalam kamar ini.

"Tenang aja Raymond ngga bakal nyariin lo. Tadi gue ketemu dia pas di lift. Gue udah bilang kok sama dia, kalau gue mau ngajak lo ke taman."

Nesya menatap intens kedua mata Rio, mencoba mencari kebenaran tentang apa yang baru saja lelaki itu ucapkan. Namun ada yang aneh, Gadis itu tidak bisa membaca isi pikiran Rio. Kepala Nesya malah terasa pening saat berusaha membaca pikiran lelaki itu.

Geandert [Completed]Where stories live. Discover now