27. Love you, Goodbye

3.2K 200 27
                                    

Angin berhembus kencang seolah Tuhan sengaja meniupkannya. Suara lolongan serigala menjadi backsound langkah demi langkah beberapa orang yang kini sedang berjalan menghampiri sebuah bangunan tua dihadapannya.

"Lo yakin di sini?"

"Kok jadi serem banget sih nih vila, perasaan waktu kita kesini ngga seserem ini dah."

"Asli! Horor banget, gila."

"Pintu masuknya mana?" tanya Aiden.

Kalimat-kalimat itu terucap saat Aiden dan teman-temannya sampai di depan vila. Mereka semua memandang tidak percaya bangunan tersebut. Vila ini sangat terlihat berbeda seperti saat mereka mengunjunginya. Bahkan pintu masuk vila ini pun tidak terlihat, sebab Veno sudah menyuruh anak buahnya untuk menutup pintu itu dengan tanaman merambat.

Aiden dan Raymond berjalan mendahului temannya yang lain. Rio berada di barisan kedua dengan Angga dan Adskhan yang berada di sampingnya. Agra berjalan sembari menggenggam tangan Fara. Sementara yang lainnya berada di barisan paling belakang.

"Pintu masuknya sama kayak dulu, Den. Veno sengaja nutup tuh pintu, biar kita pada bingung." jawab Rio.

Aiden mengangguk mengerti, lelaki itu mempercepat langkah kakinya. Dia mencoba mencabuti tanaman merambat tersebut, namun tanaman itu terlalu kuat. Teman-teman Aiden yang berdiri di belakang meringis kesakitan saat melihat telapak tangan Aiden mengeluarkan darah.

Rio menepuk bahu Aiden, "Astaghfirullah!" teriak Raymond melihat Rio menyodorkan sebilah pisau kepada Aiden.

"Berisik, onta!" sungut Agra menjitak kepala Raymond.

"Bege nih si Rayap." kata Aiden menggelengkan kepalanya sambil mengambil pisau tersebut.

"Buset hewan semua." kata Raymond.

Aiden memutar malas kedua bola matanya, kemudian dia memotong tanaman merambat itu dengan pisau yang tadi Rio berikan. Kini, daun pintu vila sudah terlihat. Hanya satu langkah lagi yang harus mereka lakukan. Membuka paksa pintu itu.

"Sini gue yang buka." Raymond menggulung lengan bajunya.

Biar apa sih Ray? Pikir semua teman Raymond.

Bruk!!

Raymond menendang keras pintu itu hingga terbuka, menderitkan bunyi yang mengerikan, menggema di bangunan tua yang tampak tidak berpenghuni itu.

Suasana vila yang begitu kotor terlihat jelas di mata mereka. Aroma tidak enak juga terhembus, mulai dari bau sumpek, bau bangkai, bau darah, semua bersatu. Beberapa tikus berlari kesana kemari saat cahaya rembulan masuk kedalam vila itu, begitupun dengan kelelawar yang langsung terbang keluar saat pintu vila itu Raymond buka.

"Nesya beneran di sini?"

"Koala gue beneran di sini?"

Dua pertanyaan itu terlontar bersama dari mulut Raymond dan juga Aiden. Pasalnya, mereka sedikit tidak yakin melihat kondisi vila yang begitu menjijikan ini adalah tempat persembunyian Veno dan yang lainnya.

Rio melangkah masuk mendahului Aiden dan juga Raymond, lalu lelaki itu memberikan isyarat kepada temannya yang lain untuk tidak mengeluarkan suara. Mereka semua pun mengikuti perintah Rio. Dengan mulut yang terkatup mereka berjalan perlahan mengikuti langkah kaki Rio.

Veno tersenyum sinis sembari melihat layar tabletnya. Layar tersebut menayangkan aktifitas yang tengah dilakukan oleh Rio dan yang lainnya.

Veno terlihat seperti singa saat ini. Dia hanya terdiam, namun kapanpun dirinya mau, dia dapat menerjang mangsa-mangsanya dengan mudah.

Geandert [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang