20. Pengakuan

2.6K 183 11
                                    

"Gue ngga suka lo main tangan kayak tadi sama Nesya." Raymond menatap tajam Jean yang sedang menyeruput Ice cappucinonya.

Kini mereka berdua tengah berbincang serius mengenai hal yang baru saja dilakukan oleh Jean.

Raymond benar-benar tidak mengerti jalan pikiran Jean. Mengapa gadis pemilik hatinya itu bisa melukai dengan mudah seorang Nesya yang sudah Raymond anggap sebagai bagian dari keluarganya sendiri.

Jean memutar malas kedua bola matanya, lalu menurunkan gelas Icenya, "Aku juga ngga suka kamu belain Nesya kaya tadi." Jawab Jean santai, lalu menyeruput kembali minumannya.

Raymond mendengus kesal, lelaki itu menatap frustasi kekasihnya, "Je," kata Raymond, berusaha mengontrol emosinya.

"Apa sih, Ray?" gadis itu menyibakkan rambut panjangnya ke belakang punggung, "Kayaknya kamu udah lupa deh sama janji kamu." Lanjut Jean.

"Kaga, gue nggak sepikun itu."

"Terus, kenapa tadi kamu belain dia?" tanya Jean menaikkan sebelah alisnya.

"Lo udah kelewatan, Je!"

"Okay, biar aku nggak kelewatan lagi, aku harus gimana?"

Untuk beberapa saat Raymond terdiam. Ingin sekali rasanya lelaki itu mengeluarkan semua yang ada di pikirkannya. Tapi Raymond tahu hal itu tidak mungkin dia lakukan, sebab Jean pasti akan mengancamnya dengan kata putus.

"Jangan pernah lo sentuh Nesya kayak tadi atau bikin dia nangis kayak tadi." Kata Raymond penuh penekanan di setiap katanya.

Jean melongok tidak percaya, sejurus kemudian gadis itu tertawa renyah sembari bertepuk tangan, "Wah, Ray, kamu pahlawan kesiangan Nesya banget ya haha. Aku jadi iri deh sama Nesya."

Raymond menautkan kedua alisnya, lalu memalingkan pandangannya, "Gue serius."

"Okay okay, aku akan lakuin permintaan kamu. Tapi, kamu juga harus ngelakuin janji kamu yang kemarin."

Raymond mengepal kuat kedua tangannya hingga urat di pergelangan tangannya itu menonjol. "Iya." jawab lelaki itu.

"Jangan iya doang dong."

Lelaki itu menarik dalam nafasnya lalu menghembuskannya perlahan, "Iya, gue janji." jawabnya berbohong.

Mana mungkin dia bisa menjauhi Nesya kalau gadis lemah itu selalu tertindas seperti tadi.

Salah gue apa coba ada di posisi kayak gini. gumam Raymond di dalam hati.

***

Aileen POV

Hari ini adalah hari yang cukup menjengkelkan untukku! Ralat, bukan cukup lagi, namun benar-benar men-jeng-kel-kan!

Bagaimana tidak, tadi Aiden kembali berulah. Masa ya, dia berkata pada Raymond kalau aku lah yang agresif dalam hubungan kami, dan dia juga bilang pada Raymond kalau dia yang mutusin aku! Padahal faktanya tidak seperti itu. Sudah jelas sekali kalau Aiden mem-fitnahku. Yang aku fikirkan adalah sudah berapa orang yang ia beri tahu hal-hal semacam itu?

Oh Tuhaan, mengapa aku harus di pertemukan dengan ciptaanmu yang seperti itu. Aku sungguh membencinya dan aku tidak ingin kembali terlibat dengan kejadian yang berhubungan dengannya.

Aku tersentak kaget saat ponselku bergetar. Jemariku mulai menari-nari di atasnya, membuka password yang sengaja ku atur sedemikian rumit agar tidak ada yang dapat menghafal kecuali diriku sendiri.

Keningku mengernyit saat aku membaca rangkaian pesan yang masuk di ponselku, kemudian kuputar malas kedua bola mataku saat aku tahu bahwa si LELAKI KARDUS lah yang mengirim pesan tersebut. Dia menyuruhku untuk menemuinya di parkiran sekolah. Males banget nggak sih?

Geandert [Completed]Where stories live. Discover now