26. Arsya dan Rival

3.5K 203 23
                                    

Langit hitam mulai terlukis sempurna di atas sana. Rembulanpun mulai menampakkan senyuman indahnya. Begitu pula dengan ribuan bintang yang seolah menempel di langit hitam itu.

Bulan bisa tersenyum, namun tidak dengan pria tua yang kini tersungkur lemah di atas rerumputan. Di atas pria itu ada seorang lelaki. Lelaki itu masih mengenakan kemeja kerjanya yang saat ini sudah berlumuran darah.

Dia adalah Rival.

Sekali lagi Rival menusuk perut pria di bawahnya. Kemudian dia tertawa puas sembari menendang kuat perut korbannya yang sudah tidak berdaya.

Pria itu menatap Rival dengan pandangannya yang mulai kabur, lalu dia meludahi wajah Rival. Membuat Rival membulatkan kedua matanya sembari mengangkat kembali pisau tajamnya ke udara dan menusukkan pada mulut pria itu.

"Jangan pernah macem-macem sama gue, parasit!" teriak Rival mencabut pisaunya dari mulut pria tadi.

Rival menarik dasi kerjanya. Lalu dia membuka kasar kancing kerah kemejanya. Lelaki itu menjilati darah segar di jari-jarinya.

Darah pria yang baru saja dia bunuh.

Rival memang sangat mengerikan ketika dia merasa tidak suka dengan seseorang.

Hal apapun akan Rival lakukan untuk menghancurkan atau bahkan mengakhiri hidup seseorang, jika dia merasa orang tersebut adalah masalah untuknya.

Rival tersenyum sinis sembari menatap pria di bawahnya. Kemudian dirinya beranjak pergi meninggalkan mayat itu tergeletak begitu saja dengan kepuasan di hatinya.

 Kemudian dirinya beranjak pergi meninggalkan mayat itu tergeletak begitu saja dengan kepuasan di hatinya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


Baru beberapa langkah Rival berjalan langkahnya kembali terhenti.

Lelaki itu mengerjapkan kedua matanya berkali-kali, rasa pusing menghinggapi kepalanya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Lelaki itu mengerjapkan kedua matanya berkali-kali, rasa pusing menghinggapi kepalanya. Rasanya, saat ini kepalanya terasa seperti dihantam oleh balok besar. Lelaki itu mencengkram erat rambutnya. Rival benar-benar tidak tahan.

Tubuh Rival tersungkur di atas tanah.

Pisau yang semula dia genggam kini sudah tergeletak di sampingnya. Rival teriak kesakitan, cengkraman tangannya semakin kuat.

Geandert [Completed]Where stories live. Discover now