19. Surat Kaleng

2.5K 179 19
                                    

Suara riuh kantin terdengar dari tempat Nesya berdiri saat ini, sepertinya kantin tengah ramai sekali. Hal itu bisa Nesya dengar sebab kini gadis itu sedang berdiri menunggu kedatangan Rio yang tengah membeli minuman pelepas dahaga untuk mereka berdua.

"Misi, Kak Nesyaa.."

"Iya lewat aja." Nesya tersenyum manis kala adik kelasnya menyapa dirinya.

Gadis itu memang sudah dikenal baik di sekolahnya. Kepribadiannya yang ramah, serta nilainya yang sempurna itulah yang membuat Nesya dikenal di seantero sekolah.

Nesya menundukkan kepalanya. Beberapa detik kemudian seseorang mencengkram keras pergelangan tangan Nesya, menarik paksa gadis itu entah kemana.

Nesya meringis kesakitan saat kuku-kuku orang itu menancap di pergelangan tangannya. Mungkin kalau cengkraman itu dilepas akan menyisakan bekas pada pergelangan tangan gadis itu.

"Kalian siapa.." lirih Nesya sembari menatap dua orang yang tengah memunggunginya.

Salah satu diantara mereka menoleh, lalu tersenyum sinis saat melihat wajah ketakutan Nesya, "Arin?" kata Nesya bingung, menautkan kedua alisnya.

Bruk!

Tubuh mungil Nesya dihempas dan membentur dinding koridor sekolah. Nesya kembali meringis kesakitan sembari mengusap lengan atasnya. Inilah satu keburukan yang masih sering terjadi di EHSH, bullying.

"LO KAN YANG NGIRIM SURAT-SURAT INI KE GUE?!" bentak Jean, melempar puluhan surat tepat diwajah Nesya.

Nesya mengangkat kepalanya, menatap bingung Jean yang sedang berkacak pinggang di hadapan gadis itu,

"Ini surat apa?" tanya Nesya tidak mengerti apa yang Jean ucapkan.

"GAUSAH SOK POLOS LO!" bentak Jean lagi, sembari membenturkan kepala Nesya di tiang sekolah.

"Gue bener-bener ngga tau surat-surat ini, Jean." jawab Nesya dengan darah yang mulai mengalir dari keningnya.

Tidak usah ditanya lagi bagaimana rasa sakit yang gadis itu rasakan. Dengan tangannya yang mulai melemas, Nesya mengambil sepucuk surat yang berada tak jauh dari dirinya, kedua matanya menyipit saat dia membaca kata demi kata yang tertera pada surat itu.

Jauhin Raymond. Kalau engga, hidup lo akan gue buat sengsara. 

–Nesya

Nesya menatap tak percaya sebuah tulisan yang baru saja dia baca. Terlebih lagi, ada namanya di surat itu.

Ini bukan perbuatan Nesya! teriak Nesya di dalam hatinya.

"Gini yaa, Nesya sayang. Akhir-akhir ini, sahabat gue, Jean. Sering banget dapet surat teror kayak gitu. Itu lo yang ngirim?"

Kedua mata Nesya membulat sempurna. Gadis itu menggeleng cepat, "Nesya berani sumpah, Rin surat-surat ini bukan Nesya yang kirim." jawabnya sedikit panik.

"Tapi di surat itu ada nama lo, Nesya." tandas Arin melipat kedua tangan di depan dadanya.

"Ini fitnah, bukan Nesya yang ngirim surat-surat itu."

"Woi bolot! Petugas kebersihan sekolah ini juga tau kalau lo IRI sama hubungan gue dan Raymond! Jadi gausah sok gatau apa-apa gitu! Kalau lo iri yodah iri aja, gausah neror-neror gue kayak gini! Terima aja nasib lo!"

"Iri? Nesya ngga iri kok,"

Jean membulatkan sempurna kedua bola matanya melihat keberanian Nesya, kemudian gadis itu mengangkat tangan kanannya ke udara, siap untuk mendaratkan tamparannya pada pipi mulus Nesya.

Geandert [Completed]Opowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz