15. Kehangatan

3K 175 20
                                    

Kehangatan sinar matahari menyeruak, mendarat di kulit pucat seorang gadis yang kini tengah duduk di kursi rodanya. Gadis itu tersenyum hangat seraya membuka mulut kala lelaki dihadapannya itu menyuapinya dengan sepotong apel.

Wajahnya memang pucat, namun mata indahnya memancarkan cahaya kebahagiaan yang menular untuk Raymond. Sesekali gadis itu tertawa kencang sambil menutup mulutnya, Apa lagi saat Raymond melontarkan guyonan-guyonan yang lucu. Seperti saat ini, lelaki itu tengah menceritakan kejadian lucu nan memalukan yang pernah ia alami saat sedang bersama Nesya. Gadis itu tertawa cukup kencang, bahkan kini tawanya membuat kedua sudut bibir Raymond terangkat seraya ikut tertawa juga.

Untuk beberapa saat Nesya terdiam di tempatnya sambil memandang wajah Raymond. Kebersamaan yang indah untuk Nesya. Entah kapan itu, ada firasat buruk di hati kecil gadis itu mengingat kini Raymond sudah memiliki pacar. Pasti dirinya akan terabaikan. Cepat atau lambat, Raymond akan selalu ada untuk Jean, bukan untuk Nesya lagi.

Raymond berdeham saat dirinya mendapatkan Nesya tengah memperhatikannya, "Mau masuk ngga?" tanya lelaki itu.

Nesya mengangguk semangat, sebab sinar matahari mulai membuatnya merasa pusing.

"Yaudah masuk sana sendiri."

Kening gadis itu mengernyit, "Terus yang dorong kursi rodanya siapa?"

"Dorong sendiri lah!" jawab Raymond sembari menahan tawanya.

"Kok jahat sih."

"Kenapa jahat sih, Nesyaaku?"

"Iya, Rayap jahat! Masa biarin Nesya dorong sendiri." jawab gadis itu sembari cemberut kesal.

Sepertinya Nesya tidak sadar kalau Raymond baru saja mengucapkan kalau Nesya adalah miliknya.

"Kan Nesya masih punya tangan, kenapa ngga digunain, hm?" jawab lelaki itu mendekatkan wajahnya pada Nesya.

"Au ah!"

Raymond tertawa kencang melihat perubahan sikap Nesya yang berubah secepat itu, lelaki itu menoyor pelan kepala Nesya lalu mengacak-acak rambut gadis itu. "Ayo masuk yooo." kata Raymond beranjak dari tempatnya duduk.

Nesya tertawa kecil kala kedua bahunya di pegang oleh Raymond, "Eh salah, gue kira dorongan kursi roda." ucap Raymond bercanda.

"Ngelawak, Ray?"

"Ngga,Syaa, Ngga."

Gadis itu tertawa kecil.

Nesya benar-benar bahagia saat ini. Dia sudah tidak memperdulikan lagi kalau Raymond tidak tau bahwa di hatinya ada sebuah rasa untuk lelaki itu.

Menjadi sahabat baiknya saja, Nesya sudah sangat bersyukur. Sebab, gadis itu bisa puas menikmati tawa indah Raymond serta puas menghabiskan waktu bersama lelaki itu. Persetan dengan status pacaran Raymond saat ini.

Selama Raymond bisa tetap bersamanya, Nesya tidak peduli.

"Ketawa, Sya?"

"Engga Ray, nangis."

"Jangan nangis dong, ntar jeleknya ilang."

Gadis itu kembali tertawa, kali ini lebih kencang dari sebelumnya, "Yaa bagus dong kalau jeleknya ilang!"

"Kaga ngga bagus. Ntar kalau lo ngga jelek, ngga gue temenin."

Wajah gadis itu memerah, menahan tawa, "Emang Rayap doang yang otaknya ngga bener." kata gadis itu menggelengkan kepalanya.

"Hahaha kalo ngomong!"

"Suka bener ya, Ray?"

"Asli!Hahaha!" jawab Raymond semangat, membuat tawa Nesya kembali meledak.

Geandert [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang