10. Terjebak

3.1K 196 9
                                    

Aileen POV

"See? Mending lo sama gue aja, Sayang."

Kalimat yang terlontar dari mulut Veno sukses membuat bulu kudukku merinding. Tidak bisa kubayang 'kan jika aku harus bersamanya. Walaupun hanya tersisa satu pria di dunia ini pun aku tidak mau bersamanya. Tak akan pernah!

Bukannya aku sok jual mahal, atau apapun itu. Tapi, berbagai macam berita buruk tentang Veno telah banyakku dengar. Tentang orang tuanya yang di hukum mati karena kasus pembunuhan berencana, tentang Veno yang terjerat kasus narkoba, dan masih banyak lagi.

Memang, tidak selamanya cowo seperti Veno itu buruk. Tapi, aku lebih baik mencari aman saja. Berdekatan dengannya seperti ini saja sudah cukup membuatku ingin berlari kencang. Tapi entah dengan mantra apa, tatapan tajam dari lelaki itu seolah menghipnotisku agar tetap berada di kamar ini.

Dan kalian harus tau satu hal lagi, ternyata tidak hanya di kamarku saja kalimat teror itu berada, dan bukan aku saja yang mengalami teror ini. Veno pun mengalaminya! Aku baru saja membaca dengan mata kepalaku sendiri kalimat yang tujuannya sama persis seperti kalimat yang berada di langit-langit kamarku.

Aku mendorong tubuh Veno yang semakin dekat dengan tubuhku, menyisakan sedikit jarak antara wajahku dan wajahnya, bau asap rokok dari bajunya terhirup oleh hidungku. Membuatku langsung memalingkan wajahku.

"Tenang aja, Leen, gue ngga sebrengsek cowok lo." ujar Veno.

"Kalau lo ngga brengsek, lo apaan dong?"

"Gue?" Veno tertawa kencang mendapatkan pertanyaan dariku. Cowo aneh.

"Iya elo." jawabku santai.

"Gue, yaa Veno. Alveno Draven. Seorang laki-laki yang akan selalu mengejar lo sampai dapat, tikus kecil." kata Veno menekankan kalimat terakhir.

Kedua mataku membulat, "Ngaco lo!"

"Jiahahaha."

Aku mengibaskan tanganku ke udara seolah tidak peduli dengan topik yang sedang kami bicarakan, "Gue mau balik ke kamar, Kak."

"Perlu gue anterin?"

"Gausah, makasih."

Veno menganggukkan kepalanya, kemudian mengusap puncak kepalaku, "Jaga diri baik-baik yaa, tikus kecil."

Kutepis tangan besar Veno dari kepalaku. Kemudian melangkah besar meninggalkan kamar mengerikan ini. Bau amis darah dari tulisan di langit-langit kamar tadi cukup membuatku merasa mual. Aku ingin cepat-cepat pulang dari tempat ini!

🎭🎭🎭

Nesya POV

Kudapati diriku tengah berdiri di depan cermin besar sambil menatap pantulan diriku di sana, mataku sedikit sembab karena belum lama air mataku keluar cukup banyak. Aku tak tahu mengapa aku bisa selebay ini, menangisinya yang bahkan tidak tahu jika aku menyimpan rasa untuknya.

Yang aku tahu, saat ia mengucapkan semuanya, selama satu menit aku baik-baik saja. Lalu pada menit berikutnya aku tidak sabar untuk menghilang dari hadapannya, aku kacau mendengar semua kisahnya dengan Jean. Aku terlalu semangat berlari dan tidak menyadari ada kerikil kecil di hadapanku, kini kerikil kecil itu sukses membuatku terjatuh kembali di lubang yang sama seperti tiga tahun silam.

"Kau kenapa?"

Kedua bahuku terangkat, malas rasanya membalas pertanyaan Muchtar.

"Tidak ingin cerita?"

"Kamu udah tau, Muchtaaar." jawabku sedikit malas.

Bagaimana tidak tahu, ia sesosok hantu, pasti dari tadi Muchtar mengikutiku dengan terbang diatas kepalaku. Aku tahu itu. "Memang aku sudah mengetahuinya, namun apakah aku salah kalau aku ingin mendengarnya langsung dari mulutmu?"

Geandert [Completed]Where stories live. Discover now