21 - Calon Mantu Ayah.

4.3K 228 1
                                    

Rio terus tersenyum bahagia mendapat respon yang baik dari Syifa. Terlebih Syifa menganggukkan kepalanya ketika ia menyebutkan do'anya. Rio benar-benar bahagia melihat gadisnya kembali bersamanya. Rio ingin melihat sejauh mana gadisnya mencoba menyembunyikan perasaannya.

Setelah mengganti baju kaos dan juga celana pendek, Rio memutuskan keluar kamar untuk makan malam bersama keluarganya. Hari ini Ayah dan Bundanya ada dirumah, dan itu harus melakukan makan malam bersama. Sangat jarang, Ayahnya berada dirumah.

"Gilak lo!"

"Lo gilak!"

"Gue mau balik dulu. Nanti jam 9 lo kerumah gue!" Ucap Ariel sembari melempar kunci motor Rio.

"Thanks nyuk." Balas Rio setelah ia menerima cantik kunci motornya.

"Fak!"

Ariel pergi meninggalkan rumah Rio yang terlihat sepi. Lagi-lagi Rio tertawa melihat Ariel menggerutu karena dirinya.

"Gilak lo!"

Rio menoleh, mendapati Rian yang baru saja turun dari lantai atas.

"Lo gilak!" Balas Rio.

"Bang, makan dulu sini!" Teriak Ariana melihat kedua anak kembarnya hanya berdiri. Keduanya pun menghampiri meja makan yang terlihat sudah full.

"Eh ada adik ipar." Celetukan Rian tidak dapat diterima, alhasil ia mendapat keplakan dikepalanya. "Apaan sih songong banget lo jadi adik!" Sewot Rian.

"Bibir lo kayak nggak punya tulang!"

"Darimana asalnya bibir ada tulangnya bodoh!"

"Aduh abang-abangku yang ganteng. Bisa nggak sih jangan berantem mulu. Mulutnya mending digunain buat makan aja dari pada buat adu mulut!" Decak kesal Rinda yang sudah duduk disamping Ariana.

"Kalian ini kebiasaan adu mulut terus. Malu dong ada calon mantu Ayah."

Rian dan Rio baru saja akan menarik kursi pun terdiam. Menatap satu sama lain, keduanya melongo. Lain dengan Ariana dan Syifa yang sudah tersenyum.

"Mantu, Yah?" Ulang Rinda.

"Sama yang mana nih, Mas? Jagoan kita kan ada dua?" Timpal Ariana menggoda kedua anaknya.

"Sama yang bandel aja. Kalo yang bawel kan udah ada calonnya." Sahut Ayah.

Dengan cepat Rian duduk disamping Ridho dan Rio duduk disamping Rian.

"Ayah bercanda kan?" Pastikan Rian.

"Udah makan aja."

Akhirnya Rian dan Rio dapat bernafas lega. Terlihat Ayahnya bercanda.

"Yan, nanti antetin Fara balik. Gue mau pergi ada janji sama Ariel." Pintanya pada Rian setelah ia menyelesaikan makannya.

"Fara nginep kali!" Sahut Rinda.

Rio menatao Syifa yang duduk disampingnya, Syifa menganggukkan kepalanya sebagai jawaban dari tatapan mata Rio.

"Oh... Bagus lah. Nggak baik cewek sendirian dirumah." Ucap Rio tenang. "Berarti besok kita kerumah lo dulu?" Tanyanya pada Syifa dan lagi-lagi Syifa hanya menjawab dengan anggukan kepalanya.

"Kalian mau kemana?" Tanya Ariana.

"Biasa, Bun. Anak muda."

"Yaudah jaga mantu ayah baik-baik ya, Bang." Sahut Ridho tanpa beban.

Rio melongo menatap Ayahnya, lain dengan Rian dan Rinda yang sudah tertawa kencang.

"Ayah ngomong apaan sih." Sebal Rio lalu berdiri. "Abang pergi dulu, Yah, Bun." Pamitnya lalu pergi meninggalkan meja makan.

"Aku juga mau ke kamar, Yah, Bun." Pamitnya, "Yuk, Fa!" Syifa pamit pada Ridho dan Ariana, menyusul Rinda yang sudah berjalan lebih dulu.

"Abang juga mau pergi dulu, Yah, Bun." Rian ikut berpamitan pergi.

Melihat anak-anaknya sudah pergi meninggalkan meja makan dan pergi untuk bermalam minggu yang menjadi rutinitas anak muda. Ridho dan Ariana saling pandang, mereka tersenyum bahagia melihat ketiga anak mereka sudah tumbuh dewasa. Untuk mendapatkan ketiga anak kembarnya, Ridho dan Ariana harus melewati tujuh tahun barulah mereka mendapatkan anak. Jika mengingat kembali kenangan saat awal pernikahan akan membuat Ariana menangis.

"Ternyata anak-anak kita sudah besar ya, Na. Padahal dulu masih kecil-kecil. Kita repot banget harus ngurus mereka bertiga." Ujar Ridho pada Ariana.

"Nggak kebayang nanti mereka nikah dan mereka punya anak. Aku bahagia banget liat perkembangan mereka, Mas." Timpal Ariana.

"Terimakasih masih mau bertahan denganku dan memberiku anak-anak seperti mereka, Ana." Ucap Ridho tulus menggenggam erat tangan Ariana.

"Aku pun terimakasih masih mau mempertahankan aku sebagai istrimu, Mas."

"Jangan pernah tinggalkan aku, Ana!"

"Mas, udah ya, jangan bikin aku inget yang dulu. Aku mau nangis nih."

Ridho tertawa. "Gitu aja mau nangis." Ledek Ridho melihat wajah merah Ariana.

"Ohya, Mas, kamu beneran ngomong gitu ke Rian dan Rio?" Tanya Ariana mencoba mengalihkan.

"Iya aku beneran." Ariana menghela nafas panjang. Apa yang Ridho katakan, tidak pernah main-main.

"Aku udah jodohin Rio dan Syifa sejak mereka kecil. Saat nanti Rio lulus kuliah dan Syifa menyelesaikan pendidikan pramugarinya, aku akan menikahi mereka."

"Kamu tau dari mana Syifa sekolah pramugari?"

"Lukman mengatakannya langsung padaku." Jawab Ridho menyebut Ayah Syifa.

"Lalu Rian?"

"Sahabat aku semasa kuliah dulu. Kamu juga kenal dia. Dia memiliki anak gadis satu tahun lebih muda dari Rian. Aku ingin Rian bersamanya."

"Apa Rian tidak boleh memilih pilihannya sendiri, Mas?" Tanya Rian hati-hati.

"Keputusanku sudah mutlak, Ana!"

********

Sahabat Kembar [ENDING]Donde viven las historias. Descúbrelo ahora