Bab 14 "Miss You"

547 194 16
                                    

Hari ini Liam sangat lelah, setelah pencariannya kemarin malam tidak berhasil, ia terus meminta maaf pada kedua orangtua Evelyn dan menjelaskan semua yang sebenarnya terjadi antara Liam dan Evelyn.

Dengan sedikit malu dan ragu, Liam telah menjawab semua pertanyaan Linda dan Nico, untungnya mereka bisa mengerti dan tetap bijaksana.

Sepulangnya pun, Liam tidak bisa tidur tenang. Tidak dengan keadaan seperti ini. Liam tidak mungkin tidur tenang, sementara ia tidak tau keadaan Evelyn disana yang mungkin sedang meraung-raung, atau menderita.

Dengan terpaksa, Liam berjalan malas menuju ruang makan untuk sarapan sebelum berangkat sekolah.

"Halo sayang, yuk makan," seperti biasanya, Meli menyambut Liam riang.

Liam hanya tersenyum tipis ke arah ibunya.

"Kamu kenapa Li? Kok ditekuk gitu mukanya?" Meli menatap khawatir ke arah Liam yang terlihat murung, sekitar matanya juga terlihat bengkak dan menghitam.

"Gapapa Ma, aku cuman kurang tidur aja kemaren," bohong Liam, tidak ingin membuat Meli khawatir lebih lama.

"Ya ampun Li, makannya jangan begadang donk, yaudah makan dulu yuk," Meli merangkul Liam duduk.

Liam tidak nafsu makan, biasanya saat ia menghirup bau sedap dari masakan mamanya ia langsung berselera, namun tidak kali ini. Liam hanya menusuk-nusuk makanannya dengan garpu.

Pikirannya kembali tertuju pada Evelyn. Apa yang ia sudah makan dari kemarin? Pasti Evelyn kelaparan.

"Li? Kok ditusuk-tusuk doank? Kenapa sih kamu? Ada masalah ya? Cerita donk sama Mama," Meli merajuk.

Liam sejak kecil memang sangat dekat dengan ibunya, meski ia lelaki, ia lebih senang menceritakan keluh kesahnya pada ibunya, menurut Liam ibunya-lah orang yang paling bisa dipercaya.

"Evelyn ilang Ma, dia diculik," Liam menunduk.

Meli langsung terbelakak kaget, "Apa? Diculik? Kok bisa?"

"Iya, kayaknya pelakunya temen seangkat-an, namanya Jeff,"

Teman? Liam menggeleng jengah mengakuinya, sejak kapan Jeff menjadi teman? Bisa jadi Jeff masuk dalam kategori musuh dalam hidup Liam.

"Kamu udah lapor polisi?" suara Meli membuyarkan pikiran Liam.

"Udah Ma, kemaren abis aku cari Evelyn,"

"Cari Evelyn? Kapan? Kok Mama gak tau?" Liam tidak bisa berbohong lagi, ia juga harus menceritakan semuanya pada ibunya.

"Kemaren Ma, jam 12, Mama udah tidur," Liam mengangkat kepalanya.

"Maaf ya Ma," Liam segera meminta maaf sebelum ibunya mulai menerocos.

Meli menggeleng-gelengkan kepalanya lalu tersenyum, "Iya gapapa, pantesan mata kamu item gitu, pasti kamu gak tidur kan?" tebakan ibunya selalu benar.

"Yaudah kamu yang sabar ya, Mama yakin Evelyn pasti ketemu," Meli bangkit dari duduknya dan menenangkan Liam. Liam tersenyum pada Meli.

**
"Woy Li! pinjem buku fisika lu donk, biasa..." Raysen mengerlingkan mata menuju Liam.

"Woo, tumben lu gak banyak protes, beneran ikhlas nih?" tanya Raysen melihat Liam memberikan begitu saja bukunya tanpa banyak omong.

Raysen duduk di sebelah Liam dan mulai menyalin pekerjaan Liam.

"Nih Li," Raysen memberikan buku Liam kembali. Liam masih tetap termenung tanpa menyahut sedikitpun.

"Woy! Lu kenapa sih?" Raysen meneloyor kepala Liam. Liam lagi-lagi hanya memutar bola matanya.

Whispering Love (In A Pretty Night Sky)Opowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz