Bab 27 "Kebahagiaanmu, Kebahagiaanku"

391 77 21
                                    

Liam berlari menerobos hujan ke arah mobilnya di pelataran parkir pusat perbelanjaan yang ramai. Meskipun suhu udara hari ini sangat dingin, meskipun langit mendung, dan meskipun hujan sudah mulai turun sejak Liam menjemput Evelyn tadi, Liam tetap merasa hari ini tidak mungkin lebih sempurna lagi. 

Bagaimana tidak? Hari ini ia melihat Evelyn sangat ceria dan terus tersenyum sepanjang jalan, tidak ada gurat kesedihan sama sekali pada wajah Evelyn hari ini, membuat Liam juga tertular efek kebahagiaan yang ditimbulkan Evelyn.

Liam mengarahkan mobilnya ke pintu utama pusat perbelanjaan, tempat Evelyn menunggu bersama barang-barang belanjaan mereka. 

"Gue sempet pikir kita gak akan bisa keluar terus mati sesak di dalem," gerutu Evelyn sambil membantu Liam memasukkan barang-barang belanjaannya ke bagasi Lexus. 

"Gue gak ngerti kenapa lu baru belanja keperluan sama hadiah Natal seminggu sebelom hari Natal. Lu tau? Biasanya orang tuh udah siap-siap belanja buat Natal dari satu bulan atau dua bulan yang lalu. Nah lu?"

"Emangnya lu sendiri udah beli keperluan Natal?" Liam balas bertanya ketika mereka sudah berada di dalam mobil Liam yang hangat.

"Iyalah," sahut Evelyn, seraya memasang sabuk pengaman, sementara Liam melajukan mobilnya keluar dari area pusat perbelanjaan. 

"Gue gak suka belanja waktu akhir-akhir. Gue hampir kejepit bareng kerumunan kayak tadi." 

"Hei, lu kenapa?" tanya Liam agak khawatir ketika melihat Evelyn memejamkan mata dan memijat-mijat pelipisnya dengan satu tangan. 

Evelyn menggeleng. "Cuma pusing dikit. Lu beruntung gue gak pingsan di dalem karena kekurangan oksigen," katanya sambil tersenyum kecil. 

"Lu kan tau gue benci tempat rame. Gue gak tau kenapa gue setuju temenin lu hari ini."

Liam terkekeh pelan. "Mungkin karena lu lagi diajak nemenin cowok ganteng kayak gue?" 

Evelyn mengerutkan hidung, lalu kembali tersenyum. "Iya-iya aja deh. Sekarang jadi lu sih yang suka kege-eran begini Li?" 

Liam mengangkat bahu. "Gak tau nih. Tapi nanti gue traktir deh, karena lu udah temenin dan setuju bilang gue ganteng," ucap Liam dengan alis bertautan. 

"Beneran?" kata Evelyn dengan mata berkilat-kilat senang.

 "Kalo gitu, gimana kalo kita gak makan di restoran Canson's punyanya Bibi Liana? Lu masih inget kan Bibi Liana?" 

"Inget donk, gue juga sering ngajak keluarga gue makan di sana. Bibi Liana sering nanyain kabar lu juga."

"Oh ya?" tanya Evelyn sambil tersenyum. "Gimana kabar Bibi Liana sama anak-anaknya?" 

Liam mengangguk. "Mereka baik-baik aja. Mereka juga tanya kenapa gue gak ajak lu ke sana. Waktu gue ngomong kalo kita berantem terus lu gak mau berurusan sama gue lagi, mereka langsung ngomelin gue." 

Evelyn mengangkat alis. "Apa lu kasih tau mereka alasan kita berantem?" 

"Gak, gue gak kasih tau mereka tentang kondisi lu. Tenang aja. Gue Cuma ngomong kalo kita berantem gara-gara gue ngomong hal bodoh yang buat lu marah dan ngambek sama gue," kata Liam. 

Evelyn tersenyum, tapi tidak berkata apa-apa.

"Terus gue dilarang dateng lagi, kalau gue belom baikan sama lu," lanjut Liam. Mata Evelyn melebar. 

"Mereka gak mungkin ngomong kayak gitu." 

"Emang gak. " kata Liam sambil tersenyum lebar, dan Evelyn memukul lengannya pelan. 

Whispering Love (In A Pretty Night Sky)Hikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin