Bab 16 "I Want Too, But..."

601 177 36
                                    

Sudah seminggu lebih Liam belum sadar juga, entah sampai kapan Liam akan terus tenggelam dalam mimpinya.

Kondisinya tidak memperlihatkan kemajuan. Kondisi Liam tidak dapat ditebak, cedera yang dialami kepalanya lumayan parah.

Evelyn, Sri, Raysen, kedua orangtua Evelyn dan juga orangtua Liam masih terus bergantian mengunjungi.

Terlebih Evelyn ia tidak lelah menunggu Liam, ia merasa kesepian, penyesalannya semakin memuncak melihat kondisi Liam seperti ini.

Evelyn merasa rapuh tanpa Liam, seperti kehilangan arah. Selama ini, ia terus mencurahkan keluh-kesahnya pada setiap lembaran kosong di buku hariannya.

Meski mungkin Liam nantinya tidak mau berbicara padanya atau tidak ingin Evelyn berbicara padanya, Evelyn hanya ingin selalu berada disisi Liam.

Jeff dan Brandon sudah dikeluarkan dari sekolah atas apa yang dilakukan mereka pada Evelyn. Evelyn sudah merasa lega sekarang.

"Li, lu harus sembuh Li...please...gue kangen banget sama lu," Evelyn berkata dengan isakan di sela-sela ucapannya.

Evelyn merasa, seharusnya Evelyn-lah yang berada dalam posisi Liam. Tapi kenapa semuanya harus berbalik seperti ini?

Seharusnya sejak awal ia tidak mengecewakan Liam, kenapa pula ia harus bertemu bahkan sempat memiliki perasaan istimewa pada lelaki pecundang seperti Jeff?

Sekarang ia benar-benar menyadari, bahwa:

Seseorang yang benar-benar mencintaimu, tidak akan pernah meninggalkan dan melepaskanmu, bahkan jika ada ratusan alasan untuk menyerah, dia selalu punya satu alasan untuk bertahan.

Andai saja, ia dapat memutar balik waktu kembali, jika saja Jeff tidak memasuki kehidupannya, Liam tidak akan menjadi seperti ini. Evelyn sudah mengetahui semuanya sekarang.

"Lyn," suara Raysen terdengar di ambang pintu.

Evelyn menghapus air matanya, dan mencoba tersenyum pada Raysen.

"Kenapa Sen?" tanya Evelyn.

"Ini kayaknya punya Liam deh, gue temuin jatoh dari tasnya," Raysen memberikan satu kotak yang terlihat seperti sebuah album.

Evelyn melihat album itu dengan seksama, tanpa sengaja matanya tertuju pada sebuah gulungan kertas di dalamnya, Evelyn langsung membukanya;

"Seandainya kau tau, aku-lah yang selama ini kau cari sampai ke ujung dunia, orang yang selalu berada disisi-mu, memandangi dan menemanimu diwaktu senang maupun sedih...Mungkin aku memang bukan lelaki sempurna seperti yang kau harapkan, tapi bolehkah aku berharap? Hanya 'seandainya' saja kau dapat mengetahui dan dapat benar-benar menyadari bahwa aku selalu memiliki cinta yang sempurna untukmu."

Evelyn langsung terperanjat membaca semua kata-kata yang terukir dalam tulisan itu, kata-kata yang sangat menusuk hati Evelyn bertubi-tubi.

Evelyn mencoba untuk menahan perasaannya, dan menoleh kembali pada Raysen.

"Ok Sen, thanks ya,"

Setelah Raysen berlalu, Evelyn memutuskan untuk keluar sejenak ke taman rumah sakit membawa album Liam.

Semilir angin, terasa begitu menyegarkan menghampiri wajah Evelyn yang terlihat begitu lelah.

Semua terasa sangat indah disini, meski sederhana, taman ini dimanjankan dengan bunga-bunga cantik dan pohon-pohon yang menari-nari dan menunjukan kegagahannya.

Semua orang yang berada di taman itu terlihat sangat santai, menikmati sore hari yang cerah dan sekedar menenangkan diri dari ketegangan yang ada.

Whispering Love (In A Pretty Night Sky)Where stories live. Discover now