Bab 30 "Last Minute"

352 54 29
                                    

Evelyn dan Liam berjalan di bawah sinaran lampu pada jalan setapak. Mereka berhenti dan duduk di bangku tepat di seberang kedai kopi untuk sekedar beristirahat. Hujan belum berhenti turun, dan sekarang Evelyn mulai kedinginan, ia memeluk dirinya sendiri. 

Melihatnya, Liam merangkul dan menggelantungkan jaketnya di sekeliling pundak Evelyn, "Lyn, gue mau beli kopi dulu ya, lu tunggu di sini dulu aja. Lu mau gue beli-in sesuatu?" bisik Liam lembut. 

Evelyn menengadah dan tersenyum menjawab, "Boleh, gue mau caramel cookies & cream." 

"Ok, jangan kemana-mana ya?" 

Evelyn mengangguk, tanda ia bersedia menunggu Liam. Setelah itu, Liam sedikit mengibaskan bajunya yang basah sambil melihat kiri dan ke kanan sebelum berjalan cepat menyeberangi jalan ke arah salah satu bangunan bertingkat tiga yang berderet di seberang jalan, di salah satu area pemukiman di Coffee Break.

"Satu caramel cookies & cream, satu hot dark chocolate-nya Mbak," ucap Liam memesan pesanannya dan Evelyn setelah ia masuk ke dalam kedai. 

"Baik, silakan ditunggu." 

Liam mengangguk dan duduk di kursi sambil menunggu pesanannya. Rasanya hari ini tidak dapat terlupakan baginya, ia telah menyatakan perasaannya dan meyakinkan Evelyn bahwa semua akan baik-baik saja dan ia tidak perlu mengkhawatirkan masalah penyakitnya. 

Ia ingin meyakinkan Evelyn bahwa selama Liam bernapas, ia tidak akan membiarkan menanggung semuanya sendiri, bahkan jika bisa ia berharap dapat menggantikan seluruh beban Evelyn.

Evelyn sungguh tidak pantas mendapat semua ini, ia hanya seorang gadis polos yang membutuhkan perlindungan, Liam tahu jelas tentang semua itu. 

Dan Liam bersedia menjadi pangkuan Evelyn, menjadi wadah seluruh tumpahnya keluh kesahnya, kapanpun gadis itu membutuhkan.

Ia berjanji pada dirinya sendiri bahwa ia akan menjaga dan menemaninya, persis seperti apa yang ia katakan pada Evelyn tadi di dalam pelukannya. 

***

Evelyn menggosok-gosokan kedua tumitnya, ia mulai resah sekarang.

Kemana perginya Liam?

Kenapa untuk memesan kopi saja membutuhkan waktu yang lama seperti ini? 

Mungkin kenyataannya waktu belum berjalan secepat yang Evelyn kira, namun Evelyn merasa waktu berdetik sangat cepat, laksana putaran kilat yang mengelilingi bumi di angkasa. Entah mengapa, mungkin karena ia tidak menikmati dinginnya suasana malam ini. 

Meskipun perasaannya senang dan sangat bahagia kali ini, namun tubuhnya telah berdusta dan berkata lain. Dan ia menyesal tidak mengenakan sepatu lengkap dengan kaus kakinya malam ini, ia pergi dengan Liam hanya mengenakan sandal terbuka.

Evelyn semakin melekatkan jaket yang diberikan Liam di tubuhnya, dan ia meniupkan hawa napas di celah kedua tangannya, menangkupkannya pada pipi, berharap ia dapat mengurangi dingin yang semakin menjalar dan menusuk ke bawah kulitnya. 

Namun sepertinya, semua cara ini tidak berhasil, nyatanya angin semilir yang semakin menderu memperparah semuanya, kepalanya mulai pening dan berat, napasnya mulai tercekat, dan jantungnya mulai berdegup tak wajar. 

Evelyn berusaha menahan dirinya tetap berdiri tegap, namun kakinya mendustai keinginannya, tanpa ia sadari yang ia rasakan hanya sekelilingnya yang berputar dan mulai memudar.

Lampu sorotan di atasnya pun tidak kuasa menandingi kegelapan yang ia rasakan saat ini, tidak ada daya untuk berdiri kembali seolah-olah gaya gravitasi semakin menariknya kebawah.

Whispering Love (In A Pretty Night Sky)Where stories live. Discover now