Bab 17 "Stay With Me"

541 164 22
                                    

"Asli, gue bosen banget makan bubur," Liam menghela napas seraya menatap sebal ke arah sendok bubur yang diarahkan Evelyn menuju mulutnya.

"Gue lebih milih makan nasi sama garem daripada makan bubur, gak ada rasanya, hambar."

"Ya lu kan masih belom sepenuhnya sehat Li, tuh liat rahang lu aja buat ngomong masih sakit kan? Gimana caranya lu mau makan makanan yang keras-keras kayak nasi gitu? Kalo bubur kan udah cair,"

Lagi-lagi perkataan Evelyn sama seperti dua hari yang lalu, gayanya sudah benar-benar seperti perawat, bahkan melebihi dari seorang perawat, lebih cerewet.

"Tapi makan begini-an tuh bener-bener gak ada tenaganya tau Lyn. Mana gue bisa cepet sembuh kalo makan bubur lembek begini," tolak Liam sambil mendorong pelan sendok yang diberikan Evelyn.

"Mending gue makan lewat infus aja,"

Evelyn mengangkat bahunya, "Terserah lu kalo lu gak mau makan, kan yang sakit elu, kalo lu mau, gue tinggal bilang ke dokter, biar lu dirawat disini satu minggu lagi,"

Sial, Evelyn benar-benar tau bagaimana cara membuat Liam tertekan. Jelas Liam tidak mau tinggal di rumah sakit lebih lama.

Ia juga ingin segera keluar dari sini, ia sudah bosan menjadi pasien tak berdaya, terlebih mukanya sekarang sudah seperti mumi yang digulung-gulung dengan gulungan perban.

"Sini gue makan," Liam akhirnya menyerah, dengan kesal ia mengambil sendok dari tangan Evelyn, dan memasukan bubur tanpa rasa pada mulutnya.

"Gitu donk, good boy," Evelyn mengusap-ngusap rambut Liam seperti mengelus peliharaan kesayangannya.

Liam membiarkan tangan Evelyn di rambutnya. Ia tidak mungkin berbicara sekarang, bisa-bisa ia memuntahkan bubur dari mulutnya.

"Oh iya, gue kasih tau tante Meli dulu ya, kalo lu udah boleh keluar besok," Evelyn melepaskan tangannya dan ingin berbalik menuju ponselnya.

"Gausah Lyn," suara Liam menghentikan Evelyn dan membuat-nya menatap Liam meminta penjelasan.

"Gue gak mau ngrepotin dia, jarak rumah gue dari sini kan lumayan jauh, lagian kan udah ada lu yang bisa gue suruh-suruh,"

"Sialan lu!" Evelyn melemparkan gumpalan tisu pada Liam.

"Mending gue balik deh kalo kayak gitu," Evelyn menarik tasnya dan kembali berbalik, hendak pergi.

Liam meraih tangan Evelyn,

"Mau kemana? Jangan pergi, malem ini gue gak mau sendirian lagi, temenin gue Lyn, please..." ucap Liam merajuk, namun nadanya terdengar geli di telinga Evelyn.

"Li-Li, lu tuh sekarang udah kayak anak kecil aja deh, minta di temenin segala, udah segede tiang listrik gitu juga..." Evelyn menggeleng-geleng kepala.

Liam berdecak kesal, "Bukan gitu Lyn, disini tuh kalo malem sepi banget kayak kuburan, gue gak mau sendiri lagi Lyn. Please, temenin gue,"

Dari sorot matanya, ia berharap Evelyn mau menemaninya kali ini, betapa leganya Liam saat Evelyn mengangguk dan kembali duduk.

**
Liam tidak tau pasti apa yang terjadi padanya, yang pasti rasa sakitnya membuat dirinya berubah bertingkah seperti anak kecil.

Ia ingin Evelyn menemaninya, ia akan merasa bosan jika sendirian, dan akan merasa kesepian jika tidak mendengar suara Evelyn.

Sungguh menyebalkan merasa lemah seperti ini, semuanya karena Jeff sialan itu.

"Telpon Lyn," Liam melihat ponsel Evelyn berdering di sebelah ranjang rawatnya.

Whispering Love (In A Pretty Night Sky)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang