Bab 29 "Whispering Love"

353 70 8
                                    

Apa yang dirasakan Evelyn masih sama seperti terakhir kali ia menginap di rumah Liam. Entah angin apa yang merasukinya, atau mimpi apa yang menghiasi malam tidurnya, namun ia merasa sangat sehat dan teramat segar setelah ia menjawab sambutan sinar mentari pagi ini. Rasa lelah dan cemasnya seolah hilang begitu saja. 

Dan dengan kenyataan itu, Evelyn rasa ia dapat berjalan sekali lagi bersama Liam, sebelum besok ia akan pergi bersama keluarganya ke Semarang.

Mengingat, kemarin Liam sempat menunda niatnya untuk mengajak Evelyn ke suatu tempat, akibat serangan jantung terkutuknya itu.

Jadi di sinilah ia, berdiri dengan satu cangkir kopi di tangannya dan mengintip pada ambang pintu tempat Liam tertidur. Ia tidak menyangka, semua menjadi serba terbalik seperti ini, dulu dirinyalah yang selalu malas untuk bangun pagi, yang tentunya mengakibatkan seluruh pekerjaannya terbengkalai.

Tapi sekarang, coba lihat Liam, ia tidur dengan sangat pulas bagaikan seorang bayi, seolah tidak menyadari jika saja ada petir yang menyambarnya.

Evelyn tersenyum memikirkan segala pemikirannya melihat Liam yang tertidur begitu damai, begitu tenang, mungkin selama ini deskripsi ibunya memang benar, imajinasinya memang terlalu tinggi di atas awan. Mana mungkin ada petir di pagi hari yang cerah seperti ini?

"Li..." Evelyn memanggil Liam, mencoba untuk menghiraukan pemikiran gilanya. Melihat yang dipanggil belum menyahut juga, ia memanggil lebih keras, "Li!! Li!!" Namun, tetap saja hasilnya nihil. 

Jika terus seperti ini, suaranya bisa habis ditelan udara akibat membangunkan Liam. Bahkan sekarang Liam hanya mengerang tidak jelas tanpa mencoba untuk membuka matanya, untungnya Liam tidak menghisap ibu jarinya juga. 

Evelyn mencibir, ia harus menahan diri untuk tidak menuang secangkir kopi yang masih mengepul di tangannya di atas wajah Liam. Sekarang ia baru benar-benar menyadari penderitaan ibunya selama ini untuk membangunkannya setiap hari, ternyata seperti ini susahnya.

Evelyn berjalan menuju meja nakas tepat di samping tempat tidur Liam, dan menaruh cangkir kopi di atasnya. "Li! Li! Kebakaran! Kebakaran!!" teriak Evelyn tidak tanggung-tanggung tepat di atas telinga Liam. 

"Ha?! Ha?! Mana kebakaran??!" Liam mengedarkan pandangannya dengan panik, sebelum mendengar suara tawa Evelyn yang menggelegar mengisi ruangan. 

"Lyn? Lu ngerjain gue ya?!" Liam menatap Evelyn kesal. 

"Hehee...abisnya lu! Dibangun kayak kebo gitu!" saut Evelyn menjulurkan lidah, lalu kembali tertawa dengan keras mengingat raut wajah Liam yang kebingungan tadi.

Setelah tawanya mereda, Evelyn menarik lengan Liam, menghiraukan tatapan tajam yang diberikan kepadanya. "Ayo Li, ayo abis ini pergi..."

"Pergi? Maksudnya pergi kemana?" tanya Liam bingung. 

"Iya, kan katanya lu mau ngajak gue pergi ke suatu tempat kan kemaren?" jawab Evelyn mengambil cangkir kopi dan memberikannya kepada Liam.

Liam meniup kopinya sebelum menyeruput sedikit demi sedikit kopi itu. 

"Lyn, mendingan lu istirahat deh hari ini... Nanti lu kecapekan kayak kemaren. Nanti juga bakal dateng pohon natal kan?"

"Gue udah gapapa Li...iya maksud gue kita pergi abis kita selesai hias pohon natalnya." jelas Evelyn mengambil cangkir kopi di tangan Liam dan mengembalikannya di atas meja.

"Iya, tapi tetep aja nanti lu kecapekan...Lu juga tau kan lu gak boleh kecapekan lagi Lyn," bantah Liam seraya turun dari kasurnya menuju lemari baju. 

"Li...ayolah...gue janji sama lu gue bakal baik-baik aja," rajuk Evelyn mengikuti arah jalan Liam yang entah kenapa menjadi tak menentu.

Dengan sekeras tenaga Evelyn menarik-narik lengan kekar Liam mencoba untuk mencairkan pemikiran dan kekhawatiran Liam yang menurutnya berlebihan.

Whispering Love (In A Pretty Night Sky)Where stories live. Discover now