Bab 22 "Fools"

545 130 16
                                    

Liam membuka matanya yang berat dan duduk di ranjangnya dalam satu gerakan mulus.

Ia menguap sejenak sebelum mengayunkan kakinya ke lantai dan melirik beker di meja nakasnya.

Jam 07.10.

Liam berdiri dan berjalan ke pintu, matanya masih samar-samar sempoyongan mengikuti gerak kakinya.

Ia bermaksud pergi ke kamar seberang untuk melihat keadaan Evelyn, namun begitu membuka pintu, aroma kopi yang harum menyerangnya.

Evelyn sudah berada tepat di depan pintunya. Sejak kapan Evelyn disini? Liam mengucek-ucek mata untuk menerangkan pandangannya.

"Pagi Li," ucap Evelyn mendekatkan cangkir kopi ke depan hidung Liam.

Liam bergumam tidak jelas dan menerima cangkir kopi yang dipegang Evelyn dan duduk di kursi meja makan.

Seperti biasanya, kedua orangtua Liam telah berangkat kerja dan besok mereka akan kembali masuk sekolah, sedangkan hari ini mereka masih dalam suasana libur nasional.

"Ya ampun," kata Evelyn mengamati wajah Liam dengan saksama.

"Lu keliatan serem. Mata lu bengkak item gitu. Tidur lu gak nyenyak ya semalem?"

Liam memang merasa mengerikan.

Ia masih mengantuk dan lelah dan semua itu karena ia bangun setiap jam sepanjang malam untuk memeriksa keadaan Evelyn dan memastikan Evelyn baik-baik saja.

Ia lega melihat Evelyn tertidur pulas sepanjang malam.

Tetapi tentu saja ia tidak bisa mengatakan itu kepada Evelyn. Sebagai gantinya ia bertanya, "Gimana keadaan lu pagi ini?"

"Baik banget," sahut Evelyn girang.

"Tidur gue nyenyak banget. Ajaib kan? Lu tau beberapa hari ini gue jarang tidur lebih dari empat jam. Bener-bener wow! Hari ini gue tidur delapan jam, gue ngerasa sehat banget hari ini," Evelyn bertepuk tangan kekanak-kanakan.

Liam tersenyum, "Gue seneng dengernya," katanya.

"Kalo gitu, artinya lu harus sering-sering tidur di rumah gue, supaya bisa tidur nyenyak," ucap Liam bergurau.

Mendengarnya, alis Evelyn bertautan namun detik berikutnya ia tertawa geli.

"Dasar! Itu mah maunya lu. Atau mungkin gara-gara kemaren lu dongeng-in gue?" Evelyn meletakan telunjuknya berpura-pura menimbang-nimbang.

"Apa lu mau lanjutin ceritanya hari ini?" Evelyn mencodongkan tubuhnya ke arah Liam.

"Boleh kalo lu mau, tapi sekarang waktunya lu jelasin semua ke gue," Liam menaruh cangkirnya di meja dan menatap Evelyn meminta penjelasan.

Melihatnya, membuat Evelyn merinding, seolah-olah tatapan Liam adalah tatapan laser yang sangat menusuk.

Tapi mau tidak mau, apa boleh buat?

Evelyn harus menjelaskan semuanya sekarang, seandainya saja ia tidak mendapat serangan kemarin, pasti semuanya masih tersegel rapat.

"Apa lu mau sarapan dulu? Gue mau goreng telor," ucap Evelyn mencoba mengalihkan pembicaraan.

Betapa leganya Evelyn saat melihat Liam mengangguk.

Sepuluh menit kemudian, mereka sudah saling berhadapan di meja makan. Liam menyesap kopinya sementara Evelyn meneguk jus buahnya.

"Jadi? Lu mau kan jelasin ke gue tentang kejadian kemaren?" tanya Liam.

"Eh itu telor lu keburu dingin. Apa gak sebaiknya kita sarapan dulu?" tanya Evelyn, ia berharap ia dapat mengulur waktu lebih lama lagi.

Whispering Love (In A Pretty Night Sky)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang