Bagian 6

15.3K 1.4K 11
                                    

Nanda bolos.

Alya mendengus kesal. Sudah hampir 45 menit dia berdiri di depan pintu gerbang sekolah, tapi tidak ada sosok Nanda yang datang. Alya pasrah. Daripada waktunya sia-sia hanya untuk menunggu Nanda, dia memilih kembali ke kelas. Berbeda dengan Alya, Aldo terlihat senang mengetahui kabar Nanda tidak masuk.

"Bagus dong, enggak ada yang gangguin elo," kata Aldo santai. Alya menjitak kepala Aldo.

"Eh kamu itu bantuin kasih saran gitu, malah seneng. Kalo aku gagal, beasiswaku bisa dicabut!" keluh Alya.

Aldo meringis. Dia mengusap kepalanya.

"Iya, iya, maaf. Terus elo mau ngapain?" tanya Aldo.

Alya terdiam sejenak. Otaknya sedang berpikir. Tiba-tiba muncul sebuah ide di otaknya.

"Aha! Kita nyamperin ke rumahnya!"

Aldo mendelik.

"Jangan gila, Alya! Gue enggak ngijinin elo berurusan sama dia di luar sekolah!" bentak Aldo.

"Tapi kalau kamu temenin enggak apa, kan?" rayu Alya dengan wajah melas. Biasanya wajah melas Alya bisa membuat hati Aldo luluh. Namun tidak untuk hari ini. Aldo menggeleng tegas.

"Enggak! Bahaya! Siapa tahu kalau ternyata dia hidup di sarang preman? Makannya tingkahnya jadi brutal kayak gitu," kata Aldo.

Alya cemberut. "Ih, jadi orang itu enggak boleh suudzon."

"Siapa yang suudzon, Alya. Gue cuma berspekulasi. Kalo elo kenapa-kenapa gimana?" kata Aldo.

Alya menghela nafas panjang. Kalau sudah begini, dia tidak bisa menolak. Mau sampe mulutnya berbusa, Aldo juga tidak akan mengijinkannya. Alya harus memikirkan cara lain. Namun setidaknya dia diam lebih dulu saat ini. Nanti jika beberapa setelah hari ini dia belum masuk, Alya harus memikirkan cara untuk menggeret cowok berandal itu masuk ke sekolah lagi.

***

TAK!

Bola softball melayang jauh. Alya berlari. Melewati base pertama dan kemudian lanjut ke base selanjutnya. Teman-teman satu timnya berteriak heboh menyemangatinya. Sedangkan tim musuhnya kebingungan mengejar bola yang menggelinding jauh dari arena utama permainan.

"HOME RUN!"

"YES!"

Teman-teman tim Alya bersorak saat Alya berhasil selamat kembali ke home dalam sekali pukul. Alya bersorak kegirangan. Memang Alya yang selalu menjadi rebutan di ekstra softball. Semua anak ekstra softball tahu bagaimana hebatnya Alya ketika memegang pemukul.

"Hebat, Alya!" seru Karin teman satu timnya. Alya melakukan high five dengan Karin. Alya tertawa. Tiba-tiba, tanpa sengaja tatapan Alya bertemu dengan seseorang yang berdiri di luar lapangan. Sosok laki-laki itu memakai kaos hitam dengan celana jeans yang sobek di lutunya. Di belakangnya ada sebuah motor ninja terparkin.

Sososk itu adalah Nanda.

Alya berhenti melonjak dan tawanya langsung pudar. Nanda menatapnya tanpa arti dari luar lapangan sana. Bukan tatapan benci maupun suka. Tayapan matanya menyiratkan seauatu. Tatapan Nanda yang baru ini Alya tahu. Sejenak, mereka berdua hanya saling bertatapan. Alya menunggu apa yang Nanda lakukan.

"Hei, Alya!" seru Karin menepuk pundak Alya. Alya kaget. Dia menoleh pada Karin.

"Ngapain? Ayo istirahat!"

Alya mengangguk. Sekali lagi dia menoleh ke arah tempat Nanda berdiri. Namun cowok itu ternyata baru saja pergi dengan motor ninjanya. Alya menatap motor ninja Nanda sampai akhirnya motor ninja itu menghilang dari pandangannya. Alya bekerut.

Dia itu...sama sepertiku?

***

Satu minggu sudah Nanda tidak masuk. Alya mulai gopoh. Alya harus segera bisa meyeret cowok itu kembali ke sekolah. Sebelum kepala sekolah yang menyeretnya ke ruangan kepala sekolah yang paling Alra benci.

"Do, ayolah, temenin aku ke rumahnya. Kalau dia bolos terus nanti dia enggak naik kelas, aku juga yang kena," keluh Alya kesal.

Aldo menurunkan buku PJO dari pandangannya dan kemudian menatap Alya.

"ENGGAK!"

Alya menghela nafas panjang. Sudah berapa kali dia membujuk Aldo untuk menemaninya ke rumah Nanda, tapi Aldo tetap tidak mau dan tidak akan pernah mengijinkannya. Lama-lama Alya jadi ingin pasrah saja. Biarkan saja beasiswa dicabut. Mengejar Nanda sama saja mengejar bayangan.

Tiba-tiba sebuah ide lain melintas di otak Alya.

"AKU TAHU!"

"Sssst!!" Bu Nina, penjaga perpustakaan, menatap jengkel Alya. Alya menutup mulutnya. Aldo hanya tersenyum kecil melihat tingkah Alya.

"Aku tahu! Aku pergi dulu ya. Dah Aldo..."

Tanpa menungu jawaban Aldo, Alya langsung pergi. Aldo geleng-geleng kepala. Dia tidak pernah setuju dengan sikap Alya yang menerima permintaan kepala sekolah. Tapi mau bagaiamana lagi. Semakin ditolak, Alya semakin menjadi.

Alya keluar dari perpustakaan dan berlari menuju ke suatu tempat. Melewati kantin dan kemudian berjalan menuju taman belakang sekolah. Pintu berkarat di dinding taman belakang terbuka sedikit. Alya mengintip. Terlihat Diaz dan Arya berada di lorong sempit, markas kecil mereka, sambil berbincang. Tidak ada rokok.

Alya keluar. Diaz dan Arya menoleh. Mereka mendelik melihat kedatangan Alya. Sontak mereka berdiri dan bersiap kabur dari Alya. Tapi dengan cepat Alya menghentikannya.

"Tunggu!"

Diaz dan Arya berhenti.

"Aku mau tanya sesuatu,"

Suasana hening sejenak.

"Tentang Nanda."

Kedua lelaki itu menoleh dan menatap Alya kaget.

"Nanda???!"

------

Jangan lupa vote dan komennya 😊😊😊

[1/2] ALASANHikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin