Bagian 11

13.9K 1.4K 14
                                    

DIRGAHAYU REPUBLIK INDONESIA YANG KE-71 🎉🎉🎉 MERDEKAA!!! ✊✊✊

-----

"Waw! Siapa dia?"

"Dia anak baru??! Ganteng banget!"

"Kayaknya bukan deh, gue ngerasa pernah lihat wajahnya."

"Ah masa sih? Eh iya, gue kok kayaknya juga enggak asing ya."

"Tunggu...tunggu...dia itu...NANDA?!"

"NANDA YANG BERANDALAN ITU?! OMG! Iya! Mukanya mirip banget!"

Alya mengerutkan kening saat samar-samar dia mendengarkan nama Nanda di sebut di luar kelas. Alya yang kebetulan duduknya berada di sebelah jendela dekat koridor, langsung membuka jendela di sampingnya. Dia menyundulkan kepalanya keluar jendela sedikit. Entah kenapa hari ini koridor kelas 11 menjadi ramai dan banyak anak gadis berteriak. Namun begitu melihat seseorang di tengah koridor, Alya tahu penyebabnya.

Ada seorang remaja lelaki memakai tas punggung hitam yang terlihat masih baru berjalan menyusuri koridor. Rambut hitam pendeknya tersisir rapi, membuat wajah tampannya terlihat segar. Seragamnya juga tampil rapi menghias badannya yang bidang dan gagah. Penampilannya semakin keren dengan jam tangan hitam yang melingkar di tangan kirinya dan sepatu kets hitam dikakinya yang masih baru..

Tidak salah lagi, pemilik mata hitam tajam itu adalah Nanda.

Alya melongo.

"Ya ampun! Iya itu, Nanda! Kyaaa, keren banget!"

Di tengah kerumunan, Alya bisa melihatnya dari celah para gadis yang berdiri di depan koridor kelasnya, Nanda berhenti. Lelaki itu menoleh. Pandangan mereka bertemu. Suasana hening. Semuanya menoleh pada Alya. Alya tak berkutik.

"Yo, Alya."

Untuk pertama kalinya dalam seumur hidup Alya, baru kali Nanda memanggilnya, sambil tersenyum. Terlihat lesung pipi di kirinya, yang baru hari ini Alya sadari. Jantung Alya seakan berheti berdetak sedetik, kemudian kembali berdetak dengan ritme yang cepat. Bukannya menyapa balik, gadis itu malah menatap Nanda kesal. Alya memasukkan kepalanya kembali dan menutup jendela kelasnya. Alya mendengus kesal.

Apa-apaan dia?!

***

Seharusnya Alya senang, melihat perubahan Nanda yang jungkir balik menjadi lebih baik. Tapi pada kenyataanya tidak begitu. Alya tidak mengerti bagaimana seorang Nanda yang keras kepalanya tingkat dewa tiba-tiba bisa berubah hanya dalam satu malam, bahkan tidak sampai 24 jam. Setelah kemarin Alya bercerita, Nanda mengantarkannya sampai rumah. Saat itu sudah jam 10. Jadi kurang lebih hanya dalam waktu 8 jam, Nanda berubah 180 derajat. Alya yakin, bahwa Nanda hanya kasihan padanya.

Alya berdecak kesal menatap Nanda yang dikerumuni banyak anak di kantin. Ini baru pertama kalinya Alya melihat Nanda datang ke kantin dan kemudian langsung dikerumuni banyak anak.

Seseorang menepuk bahu Alya. Alya menoleh. Aldo muncul dengan baju seragam basketnya dan wajah yang bersimbah keringat. Dahinya berkerut melihat kerumunan anak di salah satu meja kantin, meja Nanda.

"Siapa tuh?!" tanya Aldo heran. Dia duduk di sebelah Alya.

"Nanda!" jawab Alya ketus. Aldo mengangkat alis. Kemudian tersenyum miring.

"Wah kayaknya gue punya saingan baru nih."

Aldo menoleh pada Alya. "Kok bisa tuh anak jadi kayak gitu? Lo habis ngapain dia?"

Alya mendengus kesal. Dicengkramnya gelas plastik es jeruk miliknya yang sudah habis.

"Kesel aku sama dia! Udah aku bilangin jangan kasihan dengerin ceritaku, ternyata malah jadi kayak gini. Enggak mungkin kan orang kayak Nanda begitu simpati sama keluargaku. Apa coba namanya kalau bukan kasihan?"

Aldo mengerutkan. Beberapa detik kemudian, raut wajah Alya langsung berubah. Spontan dia menutup mulutnya dan kedua tangannya. Baru saja dia menyalakan sirine bahaya.

"Ups!"

Alya baru menyadari ucapannya.

"Maksud lo apaan?" selidik Aldo.

"Anu..jadi itu kemarin..hmm..ya gitu.."

Alya gugup. Seharusnya dia tidak bilang ke Aldo kalau dia sudah menceritakan masalahnya pada Nanda. Aldo pasti marah besar. Selama ini hanya Aldo yang mengetahui masalahnya. Tapi dia sudah menceritakan rahasia besar ini pada orang lain, yang sebenarnya jauh posisinya dibanding Aldo. Seolah-olah posisi Aldo dan Nanda adalah setara, dan Aldo pasti membenci itu. Alya sudah cukup tahu bahwa Aldo membenci Nanda, hanya sekedar mendengar namanya saja. Namun sekarang, sahabatnya justru menceritakan masalahnya kepada Nanda. Apa yang Aldo akan katakan setelah ini?

"Lo cerita ke Nanda tentang keluarga lo?"

Pertanyaan itu terlihat tenang, namun Alya bisa mendengar nada menusuk yang tersembunyi. Alya mengigit bibirnya. Tidak tahu harus berkata apa.

"Hmm.."

Aldo mendesah pelan. Alya menundukkan kepalanya. Sejenak, suasana hening diantara mereka. Hanya terdengar suara hiruk piruk kantin yang semakin ramai. Hingga tiba-tiba Aldo berdiri, berjalan meninggalkan Alya. Alya berdecak kecewa. Dia menatap botol plastik minuman Aldo yang tertinggal di atas meja. Botol itu rusak, bekas diremas. Alya mengusap wajahnya.

Sudah tidak perlu di tanya lagi, Aldo marah besar padanya.

----

Jangan lupa vote dan komennya 😊😊😊

[1/2] ALASANWhere stories live. Discover now