Bagian 12

13.6K 1.4K 4
                                    

Sosok Nanda yang tinggi menjulang berdiri di depan parkiran sepeda motor. Menunggu seseorang. Tidak lama kemudian, muncul seorang gadis dengan tas hitam di pundaknya. Wajahnya datar, tidak menunjukkan keceriaan atau ketenangan. Gadis itu memasuki parkiran motor, menghiraukan kehadiran Nanda. Nanda mengangkat alis. Dengan cepat, dia menarik tangan gadis yang rambutnya di kuncir ekor kuda itu.

Alya menoleh. Menatap Nanda datar.

"Apa?"

Nanda mengerutkan kening.

"Elo kenapa?" tanya Nanda heran.

"Enggak apa. Kamu mau bicara apa? Cepetan aku harus kerja," kata Alya malas.

Nanda melepaskan genggaman tangannya di pergelangan Alya.

"Oyaudah elo kerja aja sana," balas Nanda cuek.

"Apaan sih? Dasar aneh!"

Alya segera enyah dari hadapan Nanda dan berjalan menuju motornya. Sejak kejadian di kantin tadi, mood-nya langsung turun drastis. Pikirannya tetap satu, yaitu Aldo. Dia merasa tidak enak hati pada Aldo. Seharusnya dia ingat, cowok itu memang cemburuan. Alya mendesah pelan mengingat kebodohannya tadi. Andai dia bisa mengulang kejadian yang tadi, dia ingin merubahnya. Tapi nasi sudah jadi bubur. Aldo bahkan tidak mau menyapanya.

Alya menyalakan mesin motornya. Tanpa basa basi lagi, dia langsung pergi, meninggalkan parkiran motor, juga Nanda yang sejak tadi menatapnya diam-diam.

Entah apa yang terjadi pada Alya, Nanda tidak tahu. Bahkan dia lebih tidak tahu dengan sikapnya tadi. Tiba-tiba menarik tangan Alya? Ya Tuhan, yang benar saja! Seolah dirinya minta diperhatikan. Sebenarnya sengaja dia menunggu di parkiran motor, menunggu kehadiran Alya yang seharian tidak menggubrisnya. Padahal dia sudah berubah. Nanda mendengus kesal. Yang tadi itu semua murni dari otaknya.

"Aldo!" seru seseorang membuat Nanda menoleh.

Nanda melihat seorang lelaki tampan dengan jaket kulit berjalan mendekat menuju parkiran motor. Seorang lelaki berseragam basket menghentikannya. Ah, Nanda ingat. Lelaki berjaket kulit hitam itu lelaki yang sama dengan orang yang dia lihat bersama Alya tempo hari.

"Elo enggak latihan?" tanya lelaki yang memakai seragam basket itu.

Cowok bernama Aldo itu menggeleng. "Gue ijin sehari."

Lelaki yang satunya terdiam sejenak. Raut wajahnya berpikir.

"Elo lagi marahan ama Alya ya? Tuh anak tadi di kelas juga diem aja."

Mendengar nama Alya di sebut, Nanda refleks membalikkan seluruh badannya. Membuat Aldo menoleh, menyadari kehadirannya. Aldo terdiam sebentar menatap Nanda yang juga menatap Aldo tanpa arti. Kemudian Aldo menoleh pada teman basketnya. Dia tersenyum masam.

"Mungkin. Udah ya gue mau pulang dulu," tanpa menunggu balasan temannya, Aldo beranjak pergi. Dia berjalan menuju motornya. Tidak jauh dari tempat Nanda yang sedang duduk di atas motornya.

"Oh nama elo Aldo?" tanya Nanda tiba-tiba.

Aldo yang baru saja duduk di atas jok motornya menolehkan kepala.

"Kenapa?" tanya Aldo malas.

"Siapanya Alya?"

Aldo memutar bola matanya mendengar pertanyaan Nanda. Hampir satu sekolah tahu, Aldo itu siapanya Alya.

"Kenapa elo enggak tanya Alya aja?" tanya Aldo sambil memakai helm.

Nanda terdiam sejenak. Menatap Aldo curiga yang kini sedang menyalakan mesin motornya.

"Pacarnya Alya?"

Aldo yang sudah bersiap pergi dari parkiran motor, berhenti sejenak. Kaki kirinya menumpu di tanah. Dia membuka kaca helmnya.

Senyuman tak jelas menghias bibirnya.

"Mungkin. Tanya aja sama Alya."

***

Alya tidak bisa tidur. Jam sudah menunjukkan pukul 11 malam. Sejak pulang dari kerja, dia langsung mengunci diri di kamar. Beruntung ayahnya sudah tidur. Ibunya? Entahlah, Alya jarang melihatnya di rumah. Sejak pulang tadi, tangannya selalu memegang ponsel. Hampir setiap seperempat jam dia menyepam pesan kepada Aldo, tidak ada yang dibalas. Telfon, awalnya tidak angkat. Kemudian di matikan. Alya jadi gemas sendiri lama-lama.
"Duh Aldo kenapa gini banget sih marahnya?! Nyebelin!"

Alya ingin pasrah. Dia melemparkan ponselnya ke samping tubuhnya. Alya menghela nafas panjang dan memejamkan matanya.
Dia lelah. Seharusnya Aldo mengerti keadaannya. Tapi mungkin ini juga salahnya. Ah semua serba salah di sini.

Entah dari mana tiba-tiba ada sebuah kedipan cahaya yang menembus jendela dan masuk diantara celah kecil tirai coklat kamarnya. Alya membuka mata. Kemudian menoleh.

Kedipan cahaya itu muncul kembali dan kali mengganggu pandanganya. Alya berkerut.

"Ada aja orang iseng jam segini!" keluh Alya kesal. Dia dengan kesal turun dari ranjangnya dan kemudian berjalan menuju jendelanya. Kedipan cahaya telah berhenti. Namun Alya masih tetap kesal. Dia menyibakkan tirainya. Di luar sangat gelap. Namun dari tempat dia berdiri sekarang, pandangannya tertuju pada seorang di luar sana. Seseorang yang berdiri di tengah kegelapan di depan rumahnya, sendirian.

Alya memicingkan mata. Dia merasa pernah kenal dengan perawakanya. Alya mendelik. Nafasnya tertahan saat menyadari siapa sosok itu. Mata tajamnya yang Alya sangat kenal.

"Aku pikir cowok itu sudah enggak waras."

------

Akhirnya bisa update juga 😆😆😆 maaf agak lama (emang lama sih) udatenya soalnya lagi numpuk tugas dan kegiatan organisasi ☺☺☺

Keep reading!! 📗📘📙📚📔📒📑📓📕📖

Jangan lupa vote dan komennya 😊😊😊


[1/2] ALASANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang