Bagian 10

14.3K 1.5K 12
                                    

"Kamu tidak berguna, Alya!" 

"Seharusnya kamu tidak lahir!" 

"Kamu sama saja kayak ibumu! Pelacur!" 

"Mati saja kamu!" 

"HAH!"

Alya terbangun dengan nafas tersenggal-senggal. Keringat dingin membasahi keningnya. Entah bagaimana kejadiannya, sosok mengerikan itu datang dalam benaknya. Kali ini dia sadar, tidak hanya saat tertidur sosok itu akan datang. Setiap kali dirinya memejamkan mata, sosok mengerikan itu akan muncul dalam benaknya. 

Alya menatap dirinya sendiri. Dia baru menyadari keadaannya.  Tertidur di atas kursi mobil yang dia tidak tahu milik siapa. Alya menoleh. Di sampingnya, seorang lelaki berpenampilan acak-acakan menatapnya heran. Lelaki yang sangat dia kenal. Tidak salah lagi, dia Nanda. 

"Elo itu pingsan atau tidur?" 

Alya mendelik. Alya dengan buru-buru menarik gagang pintu untuk keluar. Nihil, pintunya terkunci. Alya menarik pengunci pintu mobilnya. Namun belum sampai dia berhasil menarik gagang pintunya, Nanda sudah kembali mengunci pintunya. 

"Hei, tenang! Gue enggak berniat macem-macem sama lo!" seru Nanda. 

Kepanikan Alya berhenti sejenak. Dia menatap Nanda tidak yakin sekaligus ngeri. 

"Trus kenapa dikunci lagi pintunya???" 

Nanda mengangkat alis. Kemudian geleng-geleng kepalanya. Betapa polosnya gadis di hadapannya ini. 

"Elo lihat sekarang ada di mana? Ya kali elo mau turun di sini," jawab Nanda gemas. 

Alya melihat pemandangan di luar. Sepi dan gelap. Alya tidak tahu di mana ini berada. Bukannya sadar, Alya semakin bergidik ngeri. 

"Kok malah diajak ke tempat gelap? Aku mau pulang!" kata Alya takut. 

Nanda menghela nafas panjang. 

"Astaga! Gue udah bilang, gue enggak macem-macem! Ngeyel banget sih elo!" kata Nanda frustasi. 

Alya cemberut. "Trus kenapa aku di sini?" 

"Elo lupa? Tadi gue mampir ke salah satu toko kue, namanya Lullaby Bakery, dan gue ngelihat elo ada di sana. Dan enggak sampe satu menit, elo tiba-tiba pingsan," cerita Nanda. 

Alya terdiam. Dia baru mengingat kejadian sebelumnya. Kepalanya saat itu sedang pusing berat. Dan kemudian sosok Nanda itu datang membuat dirinya jadi syok. Seharusnya hanya Aldo yang tahu tentang pekerjaannya. Kini ada seorang yang lain. Yang baru dikenalnya.

"Maaf." 

Satu kata singkat yang hanya bisa Alya ucapkan setelah berulang kali menuduh Nanda melakukan hal yang tidak-tidak. Nanda tidak menjawab. Kemudian suasana hening dan berubah canggung. 

"Kalau boleh tahu, ini di mana ya?" tanya Alya memecah keheningan. 

"Di perumahan rumah gue."  

"Oh." 

Suasana kembali hening. Tidak ada musik yang mengalun di radio. Ataupun suara jangkrik yang biasanya berderik di malam hari. Suasananya benar-benar sunyi dan senyap. Hingga akhirnya kali ini Nanda yang angkat bicara. 

"Elo belum cerita," kata Nanda. 

Alya mengigit bibir. Dalam hati, dia sudah menebak malam ini juga Nanda akan memintanya bercerita. Tapi entah kenapa, saat ini Alya merasa gugup dan takut. Takut jika Nanda mengetahui semua ceritanya. Padahal sebelumnya dia yang mencari Nanda, ingin segera menceritakan kisahnya. Sekarang situasinya berebda. 

[1/2] ALASANWhere stories live. Discover now