Bagian 15

12.3K 1.3K 8
                                    

"Bagaimana rasanya tinggal di panti asuhan?"

Alya berhenti melangkah saat tiba-tiba saja Nanda bertanya seperti itu. Kenapa Nanda tiba-tiba bertanya seperti itu padanya? Nanda  menatapnya.

"Elo udah tahu semuanya."

Alya menghela nafas. Dia berjalan mendekat dan duduk di sebelah Nanda.

"Sebenarnya gue enggak mau elo tahu tentang ini, tapi gue yakin elo sudah tahu," kata Nanda saat Alya duduk di sebelahnya.

Alya terdiam. Suasana hening. Alya menatap keramaian kota dari atas bukit ini. Apa yang bisa dia katakan pada Nanda? Sejujurnya dia tidak tahu kenapa dia mencari Nanda sampai sejauh ini. Kemudian sekarang dia hanya diam, karena dia juga tidak tahu bagaimana harus menghiburnya.

Tinggal di panti asuhan di saat masih punya orangtua? Itu adalah hal yang paling tidak bisa Alya bayangkan.

"Kenapa? Sekarang, di saat gue sudah punya semangat lagi, datang masalah yang lain," Nanda memecah kesunyian.

Alya menatapnya iba. Nanda menoleh.

"Kalau gini, gue otomatis berhenti sekolah, kan?"

Alya bisa melihat mata Nanda yang berkaca-kaca. Suaranya juga bergetar, menahan tangisan yang seharusnya sejak dari tadi sudah pecah.

"Kalau kamu ingin nangis, menangislah. Itu lebih baik daripada selalu kamu tahan," kata Alya akhirnya.

Setetes air mata jatuh dari mata  Nanda ketika Alya mengatakan itu. Alya menarik Nanda dalam pelukannya. Dia tahu, Nanda tidak ingin dia melihatnya menangis.

"Maaf, Nanda. Aku juga bingung harus bagaimana," kata Alya pelan. Sangat pelan nyaris tak terdengar karena tertutup suara angin yang berhembus kencang.

Nanda hanya diam dalam pelukan Alya. Tidak terdengar suara apa pun, namun Alya yakin cowok itu kini sedang menangis. Cukup lama mereka berpelukan, sampai akhirnya Nanda menarik tubuhnya. Penerangan yang remang-remang mampu menyembunyikan mata dan hidung merahnya.

Nanda menghela nafas panjang.

"Elo enggak perlu ngapa-ngapain, Al. Ini emang udah takdirnya," kata Nanda.

Alya menggeleng.

"Pasti ada cara, Nanda."

"Sudah jelas, Alya. Percuma kalau gue berjuang lagi, hasilnya pasti sama."

Alya mengerutkan kening.

"Kata siapa? Kamu belum coba,"

Nanda menatap Alya.

"Gue udah berusaha, dan gak ada gunanya. Sampai sejauh ini, mati-matian gue bertahan menghadapi mereka. Sekarang gue lebih baik bener ada di panti asuhan," kata Nanda putus asa.

Alya menatap Nanda lamat-lamat. Cowok itu mengeluarkan sesuatu dari saku bajunya. Sebuah plastik berisi serbuk. Juga sebuah suntikan. Alya menelan ludah.

"Kamu pakai narkoba, Nanda.."

Nanda menoleh lemah.

"Gue enggak kuat..."

Alya menggeleng. Buru-buru dia merebut serbuk dan suntikan itu, namun Nanda dengan cepat menyembunyikan serbuk dan suntikan itu di balik tubuhnya. Sekarang jarak mereka hanya beberapa senti.

Alya menatap Nanda tajam.

"Kamu enggak pernah berjuang, Nanda, kamu selalu lari..."

Alya berdiri.

"Silakan kamu gunakan itu sebanyak-banyaknya. Tapi kalau nanti nasibmu jauh lebih baik dari sekarang, berjanji padaku kamu akan membuang semua itu."

Tanpa menunggu jawaban Nanda, Alya langsung pergi. Dalam hati dia kecewa. Percuma dia mencari Nanda sampai larut malam begini kalau pada akhirnya dia hanya menyaksikan Nanda menggunakan suntikan itu.

Alya tidak akan menyerah. Meskipun ini untuk orang lain, dia akan berjuang.

***

Keesokan harinya menjadi hari yang lebih menegangkan. Ketika Alya dengan nekatnya berdiri di depan gerbang pintu rumah Nanda, menunggu kedatangan seseorang yang sama sekali tidak Alya bayangkan. Ketika semburat senja telah mengihiasti langit, sebuah mobil tiba di depan rumah Nanda. Seorang perempuan cantik dengan baju dress hitam selutut tanpa lengan muncul dari pintu belakang. Rambut panjangnya di ombre antara coklat dan pirang. Alya menganga. Baru kali ini dia melihat sosok ibu Nanda.

Perempuan itu melambaikan tangan pada seseorang yang menyetir sesaat ketika mobil itu akhirnya enyah di tikungan. Perempuan itu menatap Alya sebentar. Alya gugup. Perempum itu tersenyum.

"Kau ada masalah, Nak?" tanyanya ramah.

Alya kaget. Pikirnya dia akan di caci maki. Namun yang terjadi adalah sebaliknya. Alya tersenyum gugup.

"Anu...ini tentang...Nanda."

Senyuman yang tadi menghias wajah cantik perempuan itu pudar.

"Apa anak itu berbuat masalah lagi?"

"Ah, tidak, tidak. Saya Alya, temannya Nanda. Apa ibu ada waktu?"

Perempuan itu menatap Alya sebentar. Kemudian mengangguk.

"Tapi saya hanya punya waktu 10 menit."

Alya tersenyum dan mengangguk.

"Itu sudah cukup."

Rumah Nanda begitu luas. Lebih luas di banding yang Alya bayangkan. Halamanan belakangnya penuh dengan bunga warna-warni, baru kali ini Alya lihat. Tanaman bunga di sini seakan menyiratkan kebahagiaan. Sayangnya pemiliknya tidak.

"Saya sangat suka duduk di sini, memandang bunga-bunga itu, sambil memikirkan Nanda," kata perempuan yang tak Alya kenal namanya sambil duduk di kursi taman yang disediakan. Alya duduk di sebelahnya, agak ragu.

"Oh ya, nama saya Tya. Senang bertemu denganmu, Alya, temannya Nanda."

Alya tersenyum gugup. Alya bisa mendengar jelas kata 'teman' yang di ditekan oleh ibu Nanda. Beliau seakan ragu bagaimana Nanda bisa punya teman sesopan Alya.

"Saya tidak menyangka Nanda bisa punya teman yang baik sepertimu."

Sekali lagi Alya hanya tersenyum gugup. Tya menatap Alya.

"Jadi apa yang tadi mau dikatakan?"

Alya menarik nafas, kemudian menghembuskannya pelan. Berulang kali dia berusaha memberikan keberanian pada dirinya sendiri.

"Saya dengar, Nanda akan dimasukkan ke panti asuhan..."

Alya mengatakannya dengan sangat pelan dan hati-hati. Sebenarnya dia takut kalau tiba-tiba ibu Nanda tersinggung dan malah mengusirnya.

Mendengar itu, Tya terlihat lesu. Dia menatap hamparan bunga di hadapannya.

"Saya tidak pernah setuju dengan itu sejujurnya. Itu ide ayahnya."

Alya terdiam. Kalau dia pikir-pikir lagi, ibu Nanda ini sebenarnya adalah perempuan baik-baik. Hanya saja...mungkin ada alasan di balik itu. Lagi-lagi tentang alasan.

Tya menghela nafas panjang.

"Alya, saya percaya padamu. Tolong dengarkan cerita ini. Dan tolong bantu saya."

--------

Maaf baru bisa update 🙏🙏🙏Kemarin minggu-minggu UH enggak sempat buka wattpad 😥😥😥

Jangan lupa vote dan komennya... 😊😊😊😊

[1/2] ALASANUnde poveștirile trăiesc. Descoperă acum