Amare #8

1.3K 228 7
                                    

Pastikan kamu sudah vote sebelum membaca, dan comment setelah membaca😉

💐💐💐

Chapter 8 - Taruhan?

+

Lagian kalo lo kesel sama gue, apa ngaruhnya buat gue?

💐💐💐

  "BUKA materi yang kemarin saya ajarkan, dan pelajari. Saya akan ke ruang guru sebentar karena ada urusan dengan orang tua murid," ujar Bu Desi, guru Kimia.

  Pintu kelas tertutup beriringan dengan suara penghuni kelas yang mulai berisik. Dilla berdecak, lalu membuka bukunya sesuai dengan arahan Bu Desi dan mempelajarinya.

  "Lo pelajarin materi itu? Rajin amat," celetuk Ghina, yang duduk didepan Dilla.

  "Kan tadi disuruh," sahut Dilla santai.

  "Lo liat sekitar lo, Dill. Cuma lo yang bener-bener buka buku," ujar Ghina sambil memperhatikan sekelilingnya, diikuti Dilla.

  Dilla melihat Renata yang sedang duduk melingkar dengan cewek-cewek lainnya. Dilla menoleh ke sekumpulan cowok yang sedang memainkan laptop yang entah milik siapa. Dilla juga melihat kearah cewek cewek yang asik foto-foto dengan background mading kelas.

  Dilla kembali menoleh kearah Ghina. "Mereka itu sekumpulan orang-orang males. Daripada lo ikutan mereka, lo mending belajar deh, daripada lo kaget ngedenger kata ulangan dadakan," bisik Dilla pada dua kata terakhir, langsung membuat wajah Ghina pucat.

  Ghina mengangguk cepat. "Lo bener, kayaknya gue juga harus belajar," ucap Ghina membenarkan perkataan Dilla. Ghina pun membuka bukunya dan mempelajari materi yang terakhir kali diajarkan Bu Desi.

  Beberapa saat kemudian, Bu Desi datang beriringan dengan kelas yang tiba-tiba sepi. Bu Desi datang membawa setumpuk kertas yang mendadak membuat wajah seluruh murid kelas itu pucat, kecuali Dilla yang tersenyum miring. Pas sekali dugaannya.

  "Kalian sudah pelajari materi tadi kan? Latihan akhir Bab sudah, dan satu Bab sudah saya jelaskan. Terakhir, ulangan," kata terakhir yang keluar dari bibir Bu Desi terdengar horror bagi  murid kelas Dilla.

  Bu Desi sendiri terlihat senang melihat wajah pucat dan panik seluruh murid dikelas yang diajarkannya.

  "Beri jarak antara teman sebangku kalian, saya mau meja kelas ini jadi 5 baris," lanjut Bu Desi yang membuat kepanikan murid kelas 11 IPA 2 makin menjadi.

  "Gue mau deket Dilla dong."

  "Ish, gue kan udah bilang kalau ulangan gue yang disebelah Dilla."

  "Biar adil, gue aja yang deket Dilla."

  "Gue sahabatnya Dilla. Gue mau deket Dilla," celetuk Renata ikut-ikutan.

  Dilla memijat pelipisnya.

  Braakk!

  Satu kelas menjadi hening ketika Bu Desi menggebrak meja guru.

  "Kalian ini kenapa?! Saya minta kalian susun meja menjadi 5 baris, bukan untuk duduk didekat Dilla!" bentak Bu Desi.

  Dilla pun ditempatkan oleh Bu Desi dipaling depan. Setelah tersusun 5 baris, kertas ulangan pun dibagikan. Baru 5 menit  ujian berlangsung, beberapa murid kelas Dilla langsung menoleh ke kanan dan ke kiri.

  Plukk

  Dilla mengerutkan keningnya ketika ada segumpal kertas yang mengenai kepalanya. Dilla melihat sekeliling, dan melihat Raffael yang sedang melambai kearahnya. Dilla pun melihat sekilas kearah Bu Desi dan melihat Bu Desi yang sedang tertidur. Dilla menggelengkan kepalanya, lalu matanya kembali menatap Raffael yang menatap Dilla seolah berkata 'buka kertas itu'. Dilla pun membuka kertas itu.

Amare [ALS #1] ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang