Amare #25

742 162 8
                                    

Pastikan kamu sudah vote sebelum membaca dan comment sesudah membaca😉

💫💫💫

Chapter 25 - Stay, or Leave?

<>

No matter how long you're gone, I'm always gonna want you back.

💫💫💫

  SETELAH mendengarkan penjelasan selengkap-lengkapnya dari Mbok Sumi yang kebetulan melihat dengan jelas pertengkaran orang tuanya dan adiknya, Dilla, Raka langsung menghembuskan napasnya kasar. Dilla terlalu bertindak gegabah, dan sekarang adiknya itu dengan mudahnya memaafkan kedua orang tuanya.

  "Tapi, Kak, Tuan dan Nyonya sering nanyain kabar Kakak dan Adek ke Mbok. Tiap malem gak pernah absen nelfon Mbok," ujar Mbok Sumi. Ia memang memanggil Raka dengan sebutan kakak dan Dilla dengan sebutan adek.

  "Tapi harusnya Papa dan Mama nelfon Raka atau Dilla, Mbok." Raka benar-benar menyayangkan apa yang dilakukan orang tuanya. Membuatnya salah paham selama ini.

  Mbok Sumi menepuk bahu Raka yang sekarang terlihat frustasi. "Tuan dan Nyonya sayang sama Kakak. Percaya sama Mbok."

  "Beberapa bulan yang lalu, Nyonya pernah nangis waktu nelfon Mbok. Katanya kangen sama Kakak dan Adek. Mau ke Indonesia, tapi kerjaan gak bisa ditinggal."

Mendengar cerita Mbok Sumi, Raka menghembuskan napasnya berat. Ia salah, ia tahu itu.

  "Makasih, Mbok." Raka tersenyum kecil, lalu berjalan ke kamar Dilla. Entah kenapa, ia merasa kalau ia harus kesana.

  Raka memandang sekeliling kamar Dilla, lalu ia menaikkan sebelah alisnya saat melihat setumpuk berkas.

  "Pertukaran pelajar ke Paris?" gumamnya sambil meneliti berkas itu. Dilla sudah mengisi formulir itu, dan sebagai walinya, ada namanya yang tertulis disana.

  Tin.. tin

  Raka menarik napasnya dalam-dalam, lalu berjalan menghampiri Dilla dan orang tuanya sambil membawa berkas-berkas yang masih membuatnya penasaran.

Bruk!

Raka mematung saat Dilla memeluknya erat. "Bang, Dilla kangen."

"Abang juga kangen sama kamu," sahutnya. Tangannya masih menggenggam erat berkas itu.

Tanpa menghiraukan orang tuanya yang datang dan menatapnya, Raka mengangkat berkas itu. "Apa ini?"

Dilla menatap berkas itu penuh tanya. Saat mengetahui apa yang ada ditangan Raka, Dilla membulatkan kedua matanya. "I—itu.."

Ferdi mengambil alih berkas itu, lalu membacanya dengan teliti. "Kamu ikut pertukaran pelajar ke Prancis?"

"Tadinya iya, tapi gak jadi."

"Kenapa gak jadi?" tanya Lina.

"Tadinya aku kesana buat ngeliat perkembangan mode disana, sekalian biar lebih deket sama Mama dan Papa. Tapi, aku sadar itu percuma."

  Ferdi menghembuskan napasnya kasar. Tentu saja semua ini salahnya.

  "Habis urusan Papa disini selesai, Papa mau dinas ke Paris. Kamu bisa pindah kesana," ujar Ferdi yang membuat Dilla menaikkan sebelah alisnya.

"Tidak perlu," sahut Raka dingin.

"Raka, apa kamu masih belum bisa percaya kalau Mama dan Papa sayang sama kamu dan juga Dilla?" tanya Lina.

Raka menggeleng, mengingat perkataan Mbok Sumi tadi. "Aku percaya. Tapi cara Mama dan Papa itu salah."

"Lalu, kenapa kamu melarang Dilla ikut ke Paris?"

"Paris itu terlalu jauh," jawab Raka sambil bersidekap.

"Jerman juga jauh," sahut Lina sambil menaikkan sebelah alisnya, lalu tersenyum. "Pilihannya ada di tangan Dilla."

"Kapan Papa ke Paris?" tanya Dilla.

"Mungkin dua minggu setelah kamu ujian," jawab Ferdi.

"Jadi, bagaimana?" tanya Lina pada Raka.

Raka mendengus pelan. "Semua keputusan ada di tangan Dilla."

  Ini bukan pertukaran pelajar, tapi pindah, dan Dilla sadar itu. Semua keputusan ada ditangannya. Tapi, apa yang membuatnya ragu?

  "Aku.. aku mau ikut pindah ke Paris," jawab Dilla. Entah mengapa, jantungnya tiba-tiba yang berdegup kencang.

🍂🍂🍂

Amare [ALS #1] ✔️Where stories live. Discover now