Amare #42

654 150 10
                                    

Pastikan kamu sudah vote sebelum membaca dan comment sesudah membaca😉

💫💫💫

Chapter 42 - The Choice

-

You gave me all your love and all I gave you was goodbye.

💫💫💫

  ENAM bulan kemudian..

  Dilla menyisir rambutnya dengan jari. Ini sudah bulan keenam sejak kepulangan Raffael ke Indonesia tanpa pamit dan ia tidak merasa baik-baik saja sampai sekarang. Ujian sudah berakhir, dan hari ini sudah memasuki liburan kenaikan kelas jika ia tinggal di Indonesia.

  "Morning," sapa Dilla sambil mengecup pipi Ferdi dan Lina sesampainya ia di meja makan untuk sarapan.

  "Morning, Dilla."

  Ferdi berdehem pelan, lalu melipat koran yang tadi ia baca dan menaruhnya di meja makan.

  "Satu bulan lagi, kamu akan berulang tahun," celetuk Ferdi sambil menatap Dilla yang sedang menghabiskan serealnya.

  "Ya, terus kenapa? Gak perlu ada pesta kok, Pa." Dilla menyahut dengan santai.

  "Kamu tahu, bukan itu maksud Papa," ucap Ferdi serius.

  "Kamu harus segera memilih kewarganegaraan kamu," timpal Lina.

  Dilla terdiam sebentar, lalu mengangguk. "Oke, Dilla bakal pikirin itu."

  "Bukannya Papa ingin mengatur, tapi lebih baik kamu tinggal di German bersama Papa dan Mama setelah urusan kami disini selesai," ujar Ferdi.

  "Papa ngomong begini bukan karena takut Dilla ketemu Raffael lagi, kan?"

  Ferdi terkekeh pelan mendengar pertanyaan putrinya itu. "Tentu saja bukan. Kamu sudah dewasa dan tahu mana yang baik, dan mana yang buruk."

  "Oke. Kalau begitu, Dilla pilih untuk tinggal di Indonesia," jawab Dilla tegas tanpa memperhatikan ekspresi Ferdi dan Lina.

💐💐💐

  "APA?! Raffael, kita gak bisa putus gitu aja dong," protes Kayra dengan suara keras. Tentu saja suara itu memancing perhatian seluruh siswa yang sedang makan di kantin.

  Raffael memutar bola matanya malas, ia sudah berbicara pelan-pelan, tapi malah di teriaki. Bukan salahnya kalau akhirnya cewek itu yang malu sendiri.

  "Gue udah bosen sama lo, Keysha. Jadi, kita putus aja ya?"

  "Nama aku Kayra, Raffael..," ralat Kayra sambil menangis kencang.

  Raffael menghela napasnya, lalu bangkit dari duduknya untuk meninggalkan kantin dan memberi isyarat pada Darsan untuk mengurus Kayra. Darsan tentu saja menerimanya dengan senang hati.

  "Gue gak suka kalau Raffael terlibat dalam acara MOS kali ini."

  Saat Raffael sedang melewati ruang OSIS, samar-samar ia mendengar suara Dani, selaku Ketua OSIS SMA Taruna Bangsa.

  "Apa alasannya? Menurut gue, Raffael sangat banyak membantu di acara MOS tadi," komentar Santi, selaku Ketua Panitia MOS.

  "Oh, sangat banyak membantu, atau buat lo bisa deket-deket dia tiap saat?"

  Raffael terkekeh pelan saat menangkap nada cemburu dari Dani.

  "Kok pembahasan lo jadi menyimpang gini?" tanya seseorang yang Raffael yakini adalah Wira, teman sekelasnya.

  "Gue yakin Raffael ikut campur dalam MOS karena dia pengen tebar pesona!"

  "Menurut gue, selama kinerja dia baik dan beneran ngebantu kita, gue gak masalah kalau dia tebar pesona. Atau, lo kesel karena gak ada satu adek kelas pun yang kemakan sama pesona lo?" tanya Fahri yang merupakan Wakil Ketua OSIS.

  Mendengar pertanyaan Santi, rahang Dani sontak mengeras. "Sama sekali enggak," jawabnya tegas.

  "Kalau gitu, lo harus setuju kalau dia ikut jadi panitia MOS kali ini," ucap Santi sambil menebar senyum kemenangan.

  Dani mendecak, "Oke. Gue akan kasih satu kesempatan buat Raffael," ujarnya malas.

  Raffael tersenyum, lalu berjalan santai menuju kelasnya.

  "Raffael!"

  Karena merasa dipanggil, Raffael membalikkan badannya, lalu mendecak pelan saat melihat Bu Hani, guru BK di sekolahnya datang menghampirinya.

  "Kenapa Bu?" tanya Raffael dengan nada polos.

  "Masih bertanya kenapa? Masukin dulu baju kamu ke dalam celana, lalu pakai dasi kamu!"

  Raffael mendengus pelan, lalu mengikuti segala perintah dari Bu Hani tanpa bantahan lebih lanjut.

  "Apa yang kamu lakukan terhadap Kayra?" tanya Bu Hani yang membuat Raffael melotot. Oh, ternyata Kayra adalah tipe cewek yang pengadu. Ia sedikit menyesal karena pernah menjadikan Kayra sebagai salah satu mainannya.

  "Saya putusin," jawab Raffael tenang.

  "Saya tahu. Tapi, pasti ada alasannya kenapa Kayra sampai menangis seperti itu."

  "Ya karena putus," balas cowok itu cuek.

  "Kalau kalian putus baik-baik, Kayra tidak akan menangis. Pasti kamu memutuskannya secara kasar kan?" tuduh Bu Hani, membuat Raffael menepuk dahinya pelan.

  "Serah Ibu, lah. Kalau saya kasarin Keysha, Ibu mau bawa saya ke ruang BK terus tambahin poin saya?"

  "Namanya Kayra, Raffael. Lagipula, Kayra adalah keponakan saya. Sangat wajar kan, kalau saya menghawatirkan keponakan saya sendiri?"

  Raffael kembali melotot. Oh, shit. Lain kali ia benar-benar harus cermat dalam memilih mainannya, kalau tidak ingin berada di posisi seperti ini lagi.

🍂🍂🍂

TBC

Amare [ALS #1] ✔️Onde histórias criam vida. Descubra agora