Protectors 8

63.1K 6.1K 127
                                    


Matanya menerawang ke arah jendela, memandang matahari yang sedikit lagi tenggelam. Sinar senja yang menerpahi wajahnya, membuat rambut merahnya menjadi sedikit lebih mencolok.

Setelah matahari sudah benar-benar menghilang bersama sinarnya, kamar kecil Rea berubah menjadi gelap. Gadis itu kemudian mengambil sebuah lilin dilaci lemarinya, lalu menyalakannya dengan korek api. Karena memang selama di Black moon pack, Rea tidur hanya dengan penerangan cahaya api dari lilin, bukan dengan cahaya lampu.

Kemudian Rea teringat, diwaktu seperti ini, saat ia masih selalu mengurung dirinya dikamar, Erene selalu membawakan nampan berisi makanan untuknya.

"Bagaimana jika kita yang mengambilnya sendiri kali ini?"

Rea tersenyum mendengar mindlink dari Leona, "Aku memang ingin melakukannya."

Rea kemudian berjalan keluar dari kamarnya, seketika bau anyir darah langsung menyeruak masuk kedalam penciumannya. Hanya cahaya obor yang menerangi ruang bawah tanah disana, lebih tepatnya ruang tahanan Black moon pack. Rea memandang sedih para tahanan-tahanan yang dilewatinya, seorang lelaki tua dibalik jeruji besi dengan darah kering yang menghiasi wajah keriputnya, pemuda yang kakinya dipasung, bahkan ada yang terkulai lemas dengan lengannya yang sedikit terkoyak. Mata gadis itu terpejam, tidak tahan dengan pandangan-pandangan menyedihkan itu. Yang sialnya, akan selalu dipandangnya setiap hari.

"Bodoh! Cepat pergi dari sini!" Mindlink Leona yang kesal pada Rea, serigala itu merasa sedikit mual melihat kondisi para tahanan disana.

Dengan tangan yang gemetar, Rea melangkahkan kakinya dengan lebih cepat meninggalkan tempat itu.

Setelah keluar dari ruang bawah tanah, Rea berjalan ke setiap ruangan mewah disana, mencari keberadaan Erene atau Diego yang belum ditemukannya hingga detik ini. Tentu gadis itu tidak akan mencari keberadaan Alpha Samuel.

Rea kemudian berjalan memasuki ruang makan, dan apa yang ditemukannya adalah kosong. Tidak ada orang disana. Gadis itu menghela napas lelah lalu berjalan gontai memasuki satu-satunya ruangan yang belum ia datangi, dapur. Setidaknya kali ini Rea menemukan seseorang, disana para maid sedang sibuk dengan peralatan memasak. Matanya menelisik disetiap sudut ruangan, mencari keberadaan si saudara kembar identik yang lagi-lagi tidak ditemukannya.

"Oh ayolah Rea, untuk apa mereka didapur? Diego dan Erene adalah tuan rumah. Sangat tidak mungkin jika mereka ikut membantu para maid disini." Mindlink Leona jengah pada Rea.

Bibirnya mengerucut, "Kau benar, Leona." Timpal Rea.

Dengan kikuk Rea menghampiri salah satu maid, "Permisi,"

Maid itu menoleh lalu tersenyum, "Oh nona Rea, ada apa?" Katanya lalu kembali berkutat dengan sayur bayam ditangannya.

"Anda mengenalku?" Tanya Rea dengan sedikit malu-malu.

"Tentu saja. Kau bisa memanggilku Bibi Marlin. Aku adalah kepala maid disini."

Rea tersenyum, "Senang bertemu denganmu, Bibi."

Marlin balas tersenyum dengan ramah, wanita yang berumur pertengahan 40-an itu menolehkan kepalanya sejenak kearah Rea, "Jadi ada perlu apa kau kesini?"

"Bisakah aku membantu? aku ingin ikut mengerjakan sesuatu."

"Kau sangat baik, Rea. Tolong kupas semua bawang diwadah itu. Aku akan merebus beberapa telur disana." Ujar Marlin, tangannya menepuk pelan pundak Rea, lalu wanita itu kemudian pergi.

ProtectorsWhere stories live. Discover now