Protectors 21

57.9K 4.9K 655
                                    


"Huh? Mm--itu,"

Matanya terpejam kesal setelah menerima tanggapan dari seseorang yang sedang berdiri membelakanginya. Kakinya lalu berbalik melangkah pergi meninggalkan si gadis yang sedang panik mencari bunga untuknya disana. Ia sempat berpikir, tingkah si gadis berambut merah itu sangatlah jauh berbeda jika berhadapan dengan dirinya dan Andro. Mengapa? Bukankah itu sangat tidak adil? Jujur saja, ia merasa cemburu. Gadis itu tak pernah tersenyum padanya, ia hanya selalu menerima penundukan kepala dari gadis beriris cokelat terang itu.

Lalu apa dirinya harus bertingkah seperti Leandro agar gadis itu akan selalu tersenyum padanya? Atau haruskah ia memberikan barang-barang mewah agar gadis berambut merah itu selalu ingin berdekatan dengannya? Mengingat pertanyaan terakhirnya, membuat Samuel kembali berpikir bahwa gadis bertubuh mungil itu bukanlah gadis yang termasuk dalam karakter matrealistis, tidak seperti adiknya, Erene. Jadi, memberikan barang mewah bukanlah solusi yang terbaik untuknya. Tetapi, mengapa ia bisa berpikiran sekonyol ini hanya karena gadis berambut merah itu?

"Sudahlah. Seberapa keraspun usahamu, Rea akan tetap takut padamu. Itu karena kau kejam, kau hanya selalu melukainya. Dasar pria bodoh."

Samuel menggeram marah setelah mendengar sahutan Leandro. Ia lalu membuang bunga yang diberikan Rea untuk serigalanya itu dengan kasar ke tanah. Sehingga Andro yang melihat itu sontak ikut menggeram marah pula. Samuel terus melangkahkan kakinya dengan cepat menuju pintu besar pack housenya, tanpa memperdulikan umpatan-umpatan serapah yang dikatakan serigalanya itu padanya. Alpha dari Black moon itu lalu melangkah masuk ke dalam pack house, pandangannya kemudian bisa melihat keberadaan Diego dan beberapa warrior disana.

Penasaran, Samuel menghampiri adiknya itu yang terlihat serius berbincang dengan lima warrior, "Ada apa?" ia menatap para warrior itu secara bergantian, merasa curiga karena saat ia datang, Diego berhenti berbincang dengan para warrior itu.

"Ada sedikit masalah. Beristirahatlah, Sam. Biar aku yang mengurusnya," sahut Diego dengan nada setenang mungkin, berusaha agar Samuel tidak tertarik untuk mengetahui permasalahan yang sedang ia perbincangkan saat ini.

"Ada apa?" tanya Samuel kembali dengan suara yang penuh penekanan. Mata bermanik hitam kelamnya menatap tajam pria berdagu terbelah itu saat dirasanya Diego sedang menyembunyikan sesuatu darinya.

"Hai, kakak-kakak tersayangku. Ada apa ini?" Erene yang baru saja datang berkunjung ke pack house Black moon itu dengan segera menghampiri Samuel dan Diego saat melihat kedua kakaknya itu saling melemparkan tatapan tajam. Oh ralat, hanya Samuel yang memberi tatapan tajamnya pada Diego.

Diego menghela napas lelah, "Ayolah, Sam."

Samuel menoleh pada para warrior lalu mencengkram kuat lengan salah satu di antaranya, "APA YANG TERJADI?" tatapan matanya semakin menyeramkan saat tak ada jawaban yang terdengar di telinganya, "JAWAB PERTANYAANKU, SEBELUM AKU MEMOTONG LIDAHMU!"

Seorang warrior yang sejak tadi berdiri dengan kaki gemetar itu menelan salivanya takut setelah mendengar ancaman Alpha Samuel yang ditujukan padanya. Ia lalu membuka mulutnya hendak berkata, tanpa memperdulikan gelengan kepala Diego yang melarangnya untuk memberitahu Samuel, "Se-setelah kepulangan anda dari Moonlight pack, tahanan rogue kawanan Xart k-kabur, Alpha."

Rahang Samuel mengatup setelah mendengar perkataan warrior itu. Tangan kanannya tergerak mengambil guci di sampingnya lalu ia lempar ke jendela dengan kasar, "MENGAPA KALIAN TIDAK MEMBERITAHUKU KEMARIN SAAT AKU SUDAH SADAR?" tanya Samuel dengan suara bentakan penuh amarah.

Erene reflek menutup kedua telinganya terkejut saat mendengar suara pecahan kaca. Entah harus berapa guci lagi yang akan di lempar kakak tertuanya itu. Sekarang ia membenarkan perkataan ini, buah jatuh tak jauh dari pohonnya. Sifat Samuel dan Ayahnya, mendiang Alpha Silvador, sangatlah tak jauh berbeda. Namun kali ini, Erene mengakui bahwa sikap Samuel lebih kejam daripada Ayahnya. Sungguh ironi.

ProtectorsWo Geschichten leben. Entdecke jetzt