Protectors 11

69.2K 6.2K 396
                                    


"Selamat malam, Bi."

Bibi Marlin tersentak kaget saat mendengar suara lembut Rea, dengan wajah paniknya wanita berstatuskan kepala maid itu mematikan kompor, "Apa yang kau lakukan disini, Rea? Cepat keluar. Nona Erene akan marah jika melihatmu disini."

Rea tersenyum lebar hingga memperlihatkan deretan gigi putihnya, tangannya mengangkat sepiring nasi, "Aku ingin membuat nasi goreng."

Bibi Marlin menggeleng, "Tidak. Kau tidak akan kubiarkan memasak. Tunggu diruang makan, aku akan membuatkan nasi goreng untukmu."

"Tidak, Bibi. Aku akan membuatnya sendiri."

"Rea," Bibi Marlin memanggil nama gadis itu, namun tersirat nada mengingatkan disana.

"Baiklah. Tapi, aku akan berdiri disini, disamping Bibi." Rea tersenyum lalu meletakkan sepiring nasi yang sejak tadi ia bawa disamping kompor.

Bibi Marlin hanya menghela napas pelan, wanita itu kemudian mengiris beberapa bawang merah dan putih.

"Bagaimana kakimu?"

Rea melihat kearah betisnya, garis-garis biru keunguan dibawah sana sudah mulai memudar. Sepertinya salep pemberian Alpha Samuel kemarin benar-benar berguna, "Sepertinya sudah sembuh. Rasa perihnya juga sudah menghilang."

Bibi Marlin memasukkan irisan-irisan bawang tadi kedalam wajan, lalu mengaduk irisan-irisan tersebut sejenak dengan spatula, kemudian ia memasukkan sepiring nasi, tak lupa dengan lima butir cabai yang ia ikut sertakan kedalam masakan itu, "Syukurlah. Aku senang mendengarnya." Ujarnya sambil mengaduk-aduk apa yang ada didalam wajan dengan spatulanya.

Rea mengangguk lalu tersenyum, "Terima kasih."

"Aku baru tahu jika waktu makan malam-mu akan sedikit larut seperti ini."

Rea memalingkan wajahnya, mencoba mencari alasan apa yang akan ia jawab pada Bibi Marlin, "Mm, bu-bukan seperti itu, Bi. Entahlah, aku hanya sedikit lapar."

Bibi Marlin ber-oh ria, wanita itu memindahkan nasi goreng yang ia buatkan untuk Rea keatas piring, "Ini." Katanya, tangannya menyerahkan sepiring nasi goreng tersebut pada Rea.

Rea mengambil piring berisi nasi goreng itu, "Terima kasih, Bi. Apa Bibi tahu dimana Erene dan Diego? Sejak tadi aku tidak melihat mereka."

"Entahlah, sepertinya ada sedikit masalah. Tadi, aku sempat mendengar teriakan Alpha Samuel yang seperti membentak seseorang. Bahkan, bentakannya sampai terdengar didapur." Bibi Marlin berucap sambil bergidik ngeri.

Leona ikut bergidik ngeri didalam kepala Rea, "Benar-benar menakutkan. Malang sekali nasib seseorang itu yang terkena bentakan dari Alpha."

"Sudah. Kembalilah ke kamarmu. Jangan ikut melibatkan diri jika bersangkut paut dengan Alpha. Itu terlalu berbahaya." Bibi Marlin menepuk pundak Rea saat melihat gadis itu terlihat memikirkan sesuatu.

Rea mengangguk, "Sekali lagi, terima kasih, Bi. Selamat malam." Ujarnya. Sebelum gadis itu keluar dari dapur, ia menyempatkan dirinya terlebih dahulu untuk mengambil segelas air, Rea kemudian melenggang pergi dari sana.

Kakinya terus melangkah menuju ruang bawah tanah, tangan kanannya memegang sepiring nasi goreng, sedangkan tangan kirinya memegang segelas air. Pandangan Rea terus menelisik disetiap sudut, mencari si saudara kembar yang memiliki senyum lebar yang tak pernah memudar. Sepi, tidak ada orang disana. Mungkin Erene dan Diego sedang berada dikamarnya masing-masing, atau berada di ruang kerja Alpha Samuel, atau mungkin saja mereka sedang pergi. Entahlah, Rea berusaha tidak peduli, walau sebenarnya gadis itu sedikit penasaran dengan apa yang terjadi pada Alpha Samuel, sesuai dengan apa yang Bibi Marlin katakan padanya tadi.

ProtectorsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang