Protectors 13

79K 6.3K 734
                                    


Gadis bertubuh mungil itu tengah terduduk ditepi tempat tidurnya, tubuhnya berkeringat dingin, bahunya naik turun, tangannya bergetar takut, iris mata cokelat terangnya mengeluarkan air, disertai dengan isakan-isakan kecil yang keluar dari bibir tipisnya.

Terdapat seorang gadis berambut blonde yang ikut terduduk disampingnya tengah memijit pelipisnya frustasi, merasa bingung dengan apa yang harus ia lakukan agar gadis berambut merah itu berhenti menangis.

"Aku melihatnya, Erene. Andro mematahkan kakinya." Rea meremas dress biru yang melekat ditubuhnya, gadis itu berujar dengan suara bergetar, ia merasa sangat ketakutan dengan apa yang Leandro lakukan tadi saat ditaman. Suara teriakan kesakitan Frans masih teringat jelas didalam kepalanya. Bayangan-bayangan saat Leandro mematahkan kaki Frans seperti menghantui kepala gadis itu. Rea tidak menyangka bahwa Leandro akan melakukan hal yang sangat kejam seperti tadi, terlebih lagi Andro melakukan itu karena dirinya. Rasa bersalah akan apa yang terjadi pada Frans menimpa gadis itu.

Erene menghela napas, "Iya, Rea. Sudah sembilan kali kau mengucapkan itu." Ujarnya.

"I-ini salahku. Karena aku Frans jadi seperti itu. Ini semua gara-gara aku."

Erene tersenyum, gadis itu kemudian mengelus rambut Rea, "Tidak. Ini bukan salahmu. Andro memang seperti itu."

Rea menggelengkan kepalanya pelan, "A-aku takut pada Andro. A-aku--"

"Kau tidak perlu takut padanya. Andro sangat baik. Tapi, kalau sisi serigala dari Sam itu marah, memang menakutkan. Menurutku, Andro lebih menyeramkan dari pada Sam saat marah." Ujar Erene berbisik pada Rea, lalu tertawa cekikikan.

"Aku mendengarnya, Erene."

Rea tersentak kaget saat mendengar suara serak itu, kepalanya menunduk, seketika isakan tangisnya langsung berhenti begitu saja. Leona pun berubah menjadi panik didalam sana, "Sembunyikan kakimu, Rea! Mungkin saja kita akan menjadi korban selanjutnya dari serigala pemangsa kaki itu!"

Erene tertawa hambar sembari menggaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal, gadis itu terlihat salah tingkah, "Kakak-ku Andro, aku merindukanmu. Kau kesini juga?" Tanya Erene pada Andro, mengikuti perkataan yang sudah menjadi kebiasaan serigala itu jika menyapa dirinya dan Diego.

Andro mendengus, "Keluarlah, Erene. Biar aku yang menenangkan gadis kecil ini."

Dengan segera Rea memegang tangan Erene saat adik dari Samuel itu beranjak dari tempat tidurnya, mencoba mencegah gadis itu agar tidak pergi dari kamarnya. Rea menatap Erene dengan pandangan memohon, matanya berkaca-kaca, gadis itu sedang menahan air yang menumpuk dipelupuk matanya agar tidak jatuh membasahi pipinya.

Erene beralih menatap wajah Samuel yang tengah diambil alih oleh Leandro, "Aku tidak bisa--"

Leandro menggeram, "Jangan membantahku, Erene!"

Erene menghela napas, gadis berambut blonde itu kemudian mengelus lengan Rea, "Tidak apa-apa. Andro tidak akan menyakitimu." Ujarnya lalu melenggang pergi dari sana.

Rea menatap kepergian Erene, rasa takut menyerbu tubuhnya saat ia mengingat bahwa sekarang ia bersama Leandro, hanya berdua, didalam ruangan yang kecil. Kepala gadis itu kemudian menunduk kembali, tangannya yang gemetar itu ia sembunyikan dibelakang punggungnya.

Leandro berjongkok tepat dihadapan Rea, mensejajarkan tubuhnya agar menyamai tinggi gadis itu yang tengah terduduk diatas tempat tidur, "Apa kau marah?"

ProtectorsWhere stories live. Discover now