Protectors 16

65K 5.2K 498
                                    


Kaki beralaskan high heels itu melangkah masuk menuju bangunan mewah yang tak jauh dari hadapannya. Bibir gadis itu membentuk sebuah senyuman manis, senyuman yang ia tujukan pada setiap warrior maupun maid yang di lewatinya.

Tubuh seksi gadis itu di baluti dengan dress berwarna orange. Rambut blondenya itu terurai dengan indah di kedua bahunya. Mata gadis itu melirik ke segala arah, memandangi hutan dan tanaman-tanaman hias di sekitar pack housenya secara bergantian.

Sekilas, gadis itu memandang ke arah taman bunga mawar hitam peninggalan mendiang Ibunya. Kening gadis itu berkerut bingung saat ia menyadari akan sesuatu. Ada yang kurang di taman itu. Bukan. Bukan tentang keindahannya atau ada kerusakan. Melainkan, di taman itu, ia tak menemukan keberadaan seorang gadis berambut merah disana. Dimana setiap kali ia datang mengunjungi pack housenya di pagi hari seperti ini, maka ia selalu mendapati gadis itu disana, di taman itu.

Namun, gadis berambut blonde itu mencoba untuk menghilangkan pikiran-pikiran buruknya mengenai keberadaan si gadis berambut merah. Mungkin saja gadis itu berada di dalam pack housenya, bukan? Ya, itu benar.

Meskipun ia sedikit khawatir, gadis bertubuh seksi itu mengangkat bahunya, mencoba untuk tidak peduli. Ia kemudian berjalan masuk melewati pintu besar pack house Black moon. Senyuman lebar terukir di bibirnya saat ia melihat saudara kembarnya disana.

Gadis itu kemudian berjalan menghampiri pria itu lalu menghempaskan bokongnya di atas sofa sehingga membuat saudara kembarnya itu terlonjak kaget, "Diego, adikmu ini sangat merindukanmu."

Diego memutar bola matanya malas, "Menjijikan," Katanya, yang sontak membuat adiknya itu mendengus kesal. Ia kemudian kembali berkata, "Dari mana saja kau, Erene? Sudah puas berkencannya?"

"Aku tidak pernah puas jika menyangkut soal Harris." Ujar gadis itu dengan sedikit menyeringai disana.

Diego memandang sinis adik perempuannya itu, ia kemudian menidurkan kepalanya di atas paha Erene yang lantas membuat saudara kembarnya itu mengelus pelan rambutnya.

"Dimana, Sam?"

Diego memejamkan matanya, menikmati elusan tangan Erene di rambutnya, "Sam sedang membantu Nicholas. Gold moon pack di serang."

"Apa ada yang terluka?" Tanya Erene pada Diego dengan pandangan khawatirnya.

"Kemarin perut Luna Cathrine di tusuk pedang. Yang aku tahu, keadaan Luna baik-baik saja, begitu pula dengan bayinya. Tapi untuk hari ini, aku tidak tahu siapa yang terluka. Semoga Sam baik-baik saja."

Tangan Erene reflek menutup mulutnya terkejut, "Goddes," Gadis itu kemudian memijit pelipisnya, "Goddes, lindungi kakakku."

Diego tersenyum, pria berdagu terbelah itu kemudian mengelus pelan pipi adiknya, "Jangan khawatir, Sam pasti bisa mengatasinya."

Erene mengangguk lalu ikut tersenyum, "Ah ya, dimana Rea? Tadi aku tidak melihatnya di taman."

Diego menghela napas, "Rea sedang sakit, bahkan belum sadar dari kemarin."

"Apa yang terjadi padanya?"

"Kepalanya terbentur di dinding hingga berdarah. Sam yang membuat Rea terluka seperti itu."

ProtectorsWhere stories live. Discover now