Protectors 17

64.5K 5.4K 655
                                    


"Rea--"

Rea melangkah menjauh dari Gerald, gadis itu menggeleng takut dengan buliran air matanya yang masih mengalir, "J-jangan dekati aku." Lirihnya, yang setelah itu membuat pandangan Gerald berubah menjadi sendu saat melihat kepergian gadisnya.

Gerald merasakan tangannya bergetar, Rea menjauhinya, ini semua salahnya. Cukup, ia tak sanggup lagi menerima hukuman yang diberikan MoonGoddes untuknya, cukup hanya rasa penyesalan ini saja yang selalu menghantuinya, ia tak mau jika Rea menjauhinya, apa lagi sampai meninggalkan dirinya.

Membayangkan hal yang begitu mengerikan itu, membuatnya melolong pilu. Alpha dari Moonlight itu merasakan rasa sesak di dadanya. Sampai kapan rasa sesak yang sungguh sangat menyiksa ini menghilang? Rea sudah berada disini, di sisinya, ia tengah berusaha membangun hubungan baru bersama Lunanya, tapi mengapa hambatan selalu berdatangan? Terlebih lagi hambatan itu adalah kesalahannya, masa lalu, yang jika semakin ia mengingatnya, akan sungguh sangat membuat rasa penyesalan itu seperti membakar dirinya.

Gerald berlari keluar dari ruang kerjanya, pria bermanik zamrud itu mengedarkan pandangannya ke setiap sudut ruangan pack housenya dengan matanya yang sedikit memerah. Ia tengah mencari keberadaan gadisnya dengan mengandalkan aroma gadis itu. Raut keputusasaan terhias di wajah tampan Gerald, seperti mengatakan bahwa pemilik dari raut wajah yang menyedihkan itu sedang mengalami penderitaan yang membuatnya sangat tersiksa.

"REA!"

Sesaat Gerald mengerutkan keningnya saat aroma itu membawanya ke dalam ruang tahanan Moonlight pack. Pria itu kemudian berjalan memasuki ruangan yang beraroma anyir darah itu lalu menghampiri salah satu warrior disana, "Dimana Lunaku?"

Warrior itu menundukkan kepalanya, memberi penghormatan pada Alpha packnya, "Luna sedang berada di dalam ruang tahanan nona Arina, Alpha."

Gerald menggeram, ia kemudian mendorong tubuh warrior itu dengan kasar, "MENGAPA KAU MEMBIARKAN LUNAKU BERTEMU DENGAN JALANG SIALAN ITU?"

"M-maaf, Alpha."

Gerald menghela napas frustasi, ia lalu melangkah pergi mencari Rea dengan lagi-lagi mengandalkan aroma gadis itu. Rasa khawatir menyaluti kepala Alpha dari Moonlight itu, mengingat jika Rea menemui Arina, membuatnya berpikir bahwa mungkin saja jalang sialan itu mengatakan hal-hal buruk mengenai dirinya yang bisa mengakibatkan Rea semakin menjauhinya. Tanpa sadar, Gerald menggeram. Jevron bahkan tak henti-hentinya berdesis marah di dalam kepalanya.

Gerald kemudian berhenti melangkah saat ia yakin bahwa gadisnya berada di dalam ruang tahanan tepat di hadapannya. Pria itu kemudian menoleh pada warrior yang sedang menunduk hormat padanya, "Pergilah." Ujarnya dengan nada perintah disana, yang langsung di balas anggukan hormat oleh warrior itu.

Setelah warrior itu pergi, Gerald mengalihkan pandangannya pada pintu ruang tahanan itu. Kakinya kemudian terarah pada pintu, siap untuk membuka pintu itu dengan kasar. Namun, suara lembut gadisnya berhasil membuatnya mengurungkan niatnya.

"Maafkan aku, Arina. Aku tidak bermaksud merusak kebahagiaanmu."

Gerald memejamkan matanya, memiriskan perkataan Rea pada Arina di dalam ruang tahanan itu. Tidak. Gadisnya tidak bersalah. Jika ingin membandingkan, justru gadis berambut merah itulah yang paling merasakan penderitaan disini, dan dirinya, ia adalah pelaku utama yang telah membuat gadisnya merasakan penderitaan itu.

"Gadis bodoh. Akulah yang merusak kebahagiaanmu!"

"Maafkan aku, Arina. Jika kau hamil, beritahu aku. Gerald akan menjadi Ayah dari anakmu nanti."

Dan rasa sesak itu kembali menghujam dadanya setelah mendengar perkataan Rea. Gerald menggeleng lemah, dan membiarkan air matanya jatuh meluruh membasahi pipinya. Sungguh ia sangat menyesal. Bisakah waktu di ulang sekali lagi? Segala macam perbuatan yang dulunya telah ia lakukan pada Rea itu seperti berbalik menyiksanya. Entah perkataan apa yang harus ia tujukan pada Rea hingga ia berkata seperti tadi, terlalu bodoh, atau terlewat baik hati. Ia tak ingin membagi cintanya, cukup hanya Rea, ia tak menginginkan apapun lagi. Rea adalah hidupnya, dan jiwa raganya, ia sangat mencintai Lunanya.

ProtectorsWhere stories live. Discover now