14. Dua Ribu Tujuh Belas

2.6K 542 151
                                    

| Bukit Moko, Bandung
22.32 WIB

Entah dorongan darimana setelah mendengar ucapan Yerisha tersebut, Juang langsung saja memeluk badan mungil Yerisha dan mendekapnya erat di dalam pelukannya.

"Hmm Kak. Lo nggak kedinginan ya?" ucap Yerisha tiba-tiba memecah kesunyian di antara mereka.

Juang segera melepaskan pelukannya, memandang Yerisha lalu tertawa.

"Ihhh kok malah ketawa sih!"

"Lo lihat wajah lo bocah! Mata sembab, hidung meler, pipi udah merah. Ckckck." Juang mencubit pelan pipi Yerisha yang sudah memerah tersebut.

"Mata lo juga sembab, Kak." Yerisha menunjuk mata Juang sambil terkekeh pelan.

"Ya udah turun yuk. Udah jam setengah 11, kita liat kembang api di bawah aja. Cari tempat nongkrong," ajak Juang yang tidak tega melihat Yerisha yang sudah kedinginan.

Mereka pun turun dari Bukit Bintang dan segera melesat balik menuju kota.

[]

| Kota Bandung
New Year

"Nih, kopinya!" Juang menyerahkan secangkir kopi hangat kepada Yerisha.

Yerisha langsung meletakkan sisi cangkir kopi tersebut ke pipinya. "Duuhh angettttt."

"Bocah...bocah..." Juang meminum kopinya sambil mengacak pelan rambut Yerisha.

"Sori ya, gue bawa lo ke tempat gituan. Lo malah jadi kedinginan. Sampai rumah langsung istirahat Yerisha, entar sakit."

"Santai aja kali. Gue seneng kok, udah lama gue nggak ke sana," ucap Yerisha sambil menyeduh pelan kopinya.

"Mau liat kembang api dimana? Gue nggak tahu tempat nih di Bandung."

"Hmm gue tahu tempat yang asik. Yuukk!!" ajak Yerisha.

Juang segera menjalankan mobilnya menuju tempat yang Yerisha maksud.

Pukul 23.45 WIB, Yerisha dan Juang berdiri menyandar di depan mobil sambil memakan pringles yang Juang beli tadi.

"Sofhi sama mama lo ngapain, Kak?"

"Masak-masak di rumah. Mama ngebet ngajarin Sofhi masak, resolusi 2017 katanya," ucap Juang yang disambut tawa Yerisha. "Keluarga lo?" tanya Juang balik.

"Kak Tara sama Saerhin jalan berdua, kalau bunda sama ayah kencan di rumah," jawab Yerisha.

"Untung lo gue ajak jalan, kalau nggak, kasihan lo sendiri nggak ada pasangan," canda Juang yang langsung mendapat tatapan tajam dari Yerisha. "Ayah lo pasti sayang banget sama keluarga lo ya?"

"Semua ayah pasti gitu Kak, sayang sama keluarganya."

"Iya, papa gue pasti sayang banget sama kita. Gue jadi kangen papa. Bener ya penyesalan selalu datang di akhir." Juang menghela nafasnya pelan.

"Yeee mulai lagi, bawel! Penyesalan ada untuk bikin kita merenung dan jadi lebih baik ke depannya. Lagian kalau lo kangen, lo bisa cerita flashback sama Sofhi dan mama lo tentang pengalaman bahagia kalian dulu, atau lo bisa ngunjungi makam papa lo, Kak," jelas Yerisha dengan wajah berbinar.

"Mulai si bocah nasehatin panjang kali lebar," canda Juang. "Tapi, thanks ya udah bantu gue, akhirnya gue bisa ngerelain semuanya dan lega. Lo bocah tapi dewasa." Juang mengacak rambut Yerisha gemas.

"Iihh bawel!!! Rusak rambut guee."

"Iihhh bocah!!! Gemes guee," ucap Juang menirukan nada bicara Yerisha.

HOMETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang