11. Honesty! Just That

1.3K 281 27
                                    

| Kampus
02.28 PM

Sudah belasan kali sepertinya Juang memutari gedung jurusan kedokteran. Ponsel di tangan kirinya juga masih menunjukkan layar dialing teleponnya ke nomor ponsel Yerisha. Juang gusar, Yerisha tidak kunjung mengangkat panggilannya. Bahkan, Windi dan Dirga yang ditanyakan pun juga tidak tahu kemana perginya Yerisha.

"Mark...ya Mark. Gue harus tanya Mark."

Juang langsung bergegas kembali ke gedung kedokteran. Mencari cara bagaimana agar ia dapat menghubungi Mark. Saat melihat sesosok anak laki-laki berkaca mata, Juang segera menghentikannya.

"Excuse me, speak Indonesian?"

"Iya, ada apa ya?"

"Hm, kenal sama mahasiswa kedokteran bernama Mark?"

Si anak laki-laki berkacamata tampak berpikir dan mengangkat alisnya. "Leonardo Mark?"

"Kalau cuma itu Mark di jurusan kedokteran dan asal Indonesia. Berarti iya."

"Kenal. Dia teman satu flat saya. Ada yang bisa saya bantu?"

Mendengar jawaban si anak berkacamata, Juang menarik nafasnya lega. "Iya. Berarti kamu punya nomornya? Boleh saya minta?"

"Kalau emang dibutuhkan, tentu saja. Ini."

Anak laki-laki tersebut segera mendiktekan nomor ponsel Mark. Setelah mendapatkan nomor Mark dan mengucapkan terima kasih, Juang segera berlari ke arah parkiran.

"Kenapa nggak aktif sih nomornya. Jangan bilang Yerisha lagi sama Mark. Sial!"

"Juang!"

Juang melihat ke arah suara yang memanggilnya. Halla? Apalagi mau perempuan satu ini?

"Lo mau kemana? Pulang? Nggak bareng Yerisha?"

Juang diam dan menimbang apakah ia harus menjawab pertanyaan Halla atau tidak. Ha! Mungkin Halla tahu dimana Yerisha.

"La, lo lihat Yerisha?"

"Loh, bukannya anak tingkat 1 udah keluar dari setengah jam yang lalu ya? Lo kehilangan Yerisha?"

Entah mengapa kata "kehilangan" yang diucapkan Halla barusan membuat Juang sedikit merasa aneh.

"Nomornya nggak aktif. Gue duluan La," pamit Juang singkat dan menjalankan motornya ke luar area kampus.

[]

| Apartemen Windi dan Dirga
03.11 PM

"Makanannya di makan, Sha."

Sekarang, Yerisha sedang berada di meja makan apartemen Windi dan Dirga. Yerisha meminta kepada Dirga dan Windi untuk tidak memberitahukan keberadaanya di sini kepada Juang. Sedangkan untuk Mark sendiri, Yerisha juga meminta agar Mark diam saja setelah laki-laki tersebut mengantarkannya ke apartemen Windi.

"Nggak nafsu lagi, Kak. Aku ke kamar ya, mau tidur."

Yerisha bergegas ke kamar tamu. Tempat dulu ia sempat tinggal sementara. Dirga hanya bisa menghembuskan nafasnya pelan melihat adik sepupu pacarnya tersebut yang terlihat memendam masalah.

"Win, coba kamu ajak Yerisha bicara. Perempuan lebih paham apa yang dirasakan perempuan lainnya. Aku nggak bisa liat Yerisha cemberut gitu," pinta Dirga sambil mengelus lembut tangan Windi.

Windi mengangguk dan segera bangkit dari duduknya. Meninggalkan Dirga yang kini segera membereskan piring kotor makanan Yerisha yang hanya dimakan 3 sendok saja.

"Yerisha, aku masuk ya," panggil Windi pelan sambil mengetok pintu kamar.

Tidak ada suara dari dalam. Windi memilih untuk masuk, karena pintu kamar tersebut tidak dikunci oleh Yerisha.

HOMENơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ