Extra 2.2 : Kau Memanggilnya Rumah

3.2K 372 79
                                    

| Jeju Island, Spring 2026

"Mommy, Jidan keep throwing me sands!!!" si kecil Syakila berlari ke arah Windi yang tertawa melihat anaknya yang berlari karena di kejar oleh si kecil Jidan.

"Jidan, jangan nakal gitu. Nggak Mama kasih nih es kelapa mudanya," ancam Yerisha yang membuat Jidan langsung berhenti dan menangis.

"Papaaaa....Mama marahin Jidan lagi.....hiks....hiks," rengek Jidan sambil menghentak-hentakan kakinya ke pasir.

Juang tertawa melihat putranya tersebut dan langsung menggendongnya. "Nggak malu apa nangis gini. Tuh dilihatin sama Kak Tata," Juang menghapus air mata Jidan dan mengarahkan telunjuknya ke arah Tata yang sekarang sedang melihat Jidan sambil membuat istana pasir ditemani oleh Arin, bundanya.

"Iih ngadu ke Papa segala. Jidan sih iseng banget, udah tau Syakila bilang stop, tapi masih aja," Yerisha menghampiri Juang yang masih menggendong Jidan.

"Papaaaaaa...." Jidan kembali menangis, kali ini sampai meraung-raung.

Yerisha hanya menghembuskan napasnya, sudah biasa melihat Jidan yang selalu manja kepada Juang. Karena Jidan yang tak kunjung diam juga, Yerisha memilih menghampiri Windi dan Syakila. Biarlah Juang yang mendiamkan Jidan.

"Syakila, maafin Jidan ya sayang. Dia suka iseng ya sama kamu?" Yerisha mengelus puncak kepala Syakila.

Syakila langsung menggelengkan kepalanya pelan. "Nggak apa-apa Aunti, Kila kesalnya bentaran doang kok. Jidan masih kecil jadi nggak apa-apa. Kata Daddy, Kila kan mau punya adik, makanya harus belajar jadi kakak," ucap Syakila sambil memperlihatkan senyumannya yang sangat mirip dengan Dirga.

"Ikan bakarnya udah selesai!!!" teriak Dirga dari pondok bambu di pinggir pantai tersebut.

Tata yang mendengar teriakan tersebut, langsung berlari ke arah Dirga meninggalkan istana pasirnya dan Arin.

"Tata jangan lari, entar jatuh!!'

Baru saja Arin berteriak seperti itu, Tata sudah jatuh dan menangis.

"Huaaa.....Ayah......" Tata langsung memanggil ayahnya dengan posisi telungkup di atas pasir.

Tara segera berlari menghampiri Tata, membersihkan tangannya dan menepuk-nepuk pakaian Tata yang dipenuhi pasir.

"Sini Ayah tiup tangannya biar nggak sakit," Tara meniup kedua telapak tangan Tata dan menggendong anak perempuan berwajah mirip Arin tersebut.

"Bun, ambilin baju kaos Tata. Ini bajunya jadi kotor," pinta Tara kepada Arin yang segera berjalan ke arah mobil yang mereka sewa selama berlibur di Pulau Jeju.

"Papa, Jidan mau ikan bakar," Jidan menunjuk-nunjuk ikan bakar dan menarik kaos Juang untuk mendekat.

Dirga tertawa melihat tingkah anak laki-laki satu-satunya di antara mereka tersebut. "Daddy potong dulu ya ikannya biar Jidan gampang makannya."

"Nggak mauuu, Jidan mau satu!" Jidan mengangkat tangannya sambil menunjukkan dua jarinya ke arah Dirga.

"Itu dua, Jidan. Satu itu kayak gini," Syakila membenarkan jari Jidan dengan melipat jari tengah Jidan sehingga kini menjadi satu.

"Iya, maksud Jidan gini Daddy. Satu!" kali ini Jidan tersenyum bangga sambil mengarahkan jarinya ke arah Dirga.

"Nanti ya Sayang. Mama pisahin dulu tulangnya," ucap Yerisha yang masih sibuk membuat susu untuk Jidan. "Kak Windi, minta air hangatnya dikit."

"Nggak mau Maaaa, Jidan itu mau satu!"

"Nanti enggak habis. Itu banyak tulang, kalau Jidan keselek gimana?" Yerisha kali ini menatap Jidan.

HOMEWhere stories live. Discover now