24. Luka Lama

1.8K 395 58
                                    

| Bandung Indah Plaza
12.35 WIB

Juang terdiam menatap perempuan yang masih tersenyum di sampingnya ini, akhirnya Juang membuka suara dan memberikan sedikit senyuman. "H-hai Nay."

Perempuan yang dipanggil Nay tadi segera duduk di hadapan Juang, ada Jimin di sampingnya. Melihat suasana menjadi canggung seperti ini, membuat Juang mengalihkan pandangannya menatap Yerisha.

Yerisha masih menatap Jimin yang terus tersenyum. Bahkan kini Jimin menyilangkan kakinya dan menyandarkan dagu pada tangan kanannya. Jangan lupa, tangan kirinya mengetuk-ngetuk meja. Yerisha beberapa kali menghela nafasnya dan tidak ada niatan untuk memalingkan tatapannya tersebut.

Juang yang melihat hal tersebut mengerutkan dahinya. Merasa ada yang tidak beres, Juang memegang pundak Yerisha. "Yeriㅡ"

"Eh ini siapa? Temen lo, Jeon?" Nay memotong perkataan Juang. Membuat Yerisha menolehkan tatapannya melihat perempuan tersebut.

Juang menghela nafasnya kasar dan menatap Nay yang masih tersenyum melihat Yerisha. "Jangan panggil gue Jeon atau Jeonzidan, Nay. Ini cewek gue," ucap Juang tegas.

Nay malah tertawa dengan masih menatap Yerisha. Yerisha tidak bereaksi apa-apa, ia hanya berulang kali menekan kuku jarinya menggunakan jari yang lain. Sialnya, Jimin ikut tertawa. Membuat Juang semakin bingung.

Jimin menghentikan tawanya sebentar dan berdiri dari meja mereka. "Juang, mendingan kita pesan makanan dulu. Gue sama Nay belum makan," ajak Jimin sambil menatap Juang.

Juang menatap Yerisha yang memandang Jimin, namun Jimin memandang Juang dengan senyuman. "Yerisha, kamu mau apa? Biar aku pesenin," tanya Juang lembut menyentuh tangan Yerisha agar pacarnya tersebut menatap dirinya.

Yerisha mengalihkan tatapannya ke Juang. "Minum aja Kak, milkshake stawberry," jawab Yerisha pelan sambil tersenyum kepada Juang.

Juang mengacak pelan rambut Yerisha dan segera menyusul Jimin ke arah kios-kios food court makanan. Meninggalkan Yerisha yang kini tidak tahu harus melakukan apa, dengan Nay yang ada di sana.

Nay tertawa pelan melihat Yerisha. Ia mengeluarkan ponsel dan sepertinya ia sedang mengirim pesan ke seseorang. Yerisha hanya terdiam, berusaha agar selalu memikirkan hal-hal positif walaupun dirinya merasa tidak nyaman.

Nay tahu bahwa Yerisha merasa tidak nyaman, peka juga batin Nay. Nay meletakkan ponselnya di atas meja. Ia sekarang megetuk-ngetukkan kukunya yang panjang dan dihiasi kutek tosca di atas layar ponselnya. Nay terus melakukan hal tersebut sambil menggumamkan sebuah lagu. Matanya terus memerhatikan Yerisha yang sedang menunduk.

Nay menghentikan gerakannya, ia menurunkan kakinya yang tadi menyilang ke bawah. Menghasilkan suara high heels yang terhentak ke lantai mall tersebut. "Udah berapa lama lo sama Juang?"

Yerisha tahu bahwa Nay sedang memancingnya agar menatap dirinya dengan suara-suara tersebut, Yerisha memberanikan diri untuk menatap Nay. "Sebulan lebih," jawab Yerisha singkat.

Nay mendengus napasnya kasar. "Polos atau bego?ㅡ"

Yerisha menatap Nay dengan mata yang membulat. Kini jari-jarinya semakin kuat menekan kuku tangannya. Membuat Nay lagi-lagi mendengus. "Manja? Sok dewasa? hmmㅡ" Nay memotong kalimatnya dengan suara menusuk dan tajam.

Yerisha kini sudah memejamkan matanya. Ia takut kepada Nay, membuat Nay terseyum lebar, "ㅡatau korban bully? Lo kelompok yang mana, Yerisha?"

Terlambat, detak jantung Yerisha naik berkali-kali lipat. Ia sudah tahu ini akan terjadi semenjak Jimin menatapnya. Nay dan Jimin, hal-hal yang dilakukan mereka berdua sejak dari awal tadi adalah bentuk intimidasi secara psikis. Sial! Yerisha sangat membutuhkan Juang sekarang, atau Tara jika memungkinkan. Sialnya, Juang masih berkeliling mencari makanan karena Jimin sepertinya sengaja berlama-lama memilih kios makanannya.

Yerisha berusaha menetralkan perasaan agar suaranya tidak terdengar bergetar. "Lo mau apa?" ujar Yerisha pelan dan menatap Nay.

Nay menatap Yerisha, lagi-lagi tersenyum sarkas. "Bukan gue yang mau apa. Tapi lo yang mau apa? Juang?" Nay kini mendekatkan dirinya ke samping Yerisha.

Demi apapun, Yerisha ingin menangis. Perasaannya sangat sakit berkali lipat. Ini adalah hal yang sangat tidak ingin diingat dan dialaminya lagi. Ketakutan terbesarnya, dan phobia yang sangat ia hindari, diintimidasi.

Nay kini duduk di sampingnya, membisikkan sesuatu ke telinga Yerisha. "Mau minta tolong Juang? Atau Kakak lo? Atau teman-teman lo?" Nay mengelus pelan rambut Yerisha, menyisipkannya ke belakang telinga.

"Hm, lucu ya. Lemah tapi sok kuat jadi obatnya Juang. Juang tuh hatinya udah sakit, mau gimanapun lo, mending diam aja," Nay berdiri dari kursinya karena melihat Juang datang bersama Jimin, "mending obatin diri lo dulu deh. Dijauhi dan ditolak sama lingkungan selama 8 tahun tuh nggak enak...ENGGAK ENAK," bisik Nay pelan menekankan setiap kata dan kembali duduk di kursi awalnya tadi.

Juang dan Jimin sampai di meja mereka. Jimin yang duduk di hadapan Yerisha, tersenyum melihat keadaan Yerisha sekarang. Ia yakin Yerisha sudah merasa terintimidasi, ternyata informasi dari teman Nay benar. Pacar Juang ini begitu hebat, dapat membuat Juang merasa baik-baik saja hingga Juang tidak sadar bahwa pacarnya itu sebenarnya lemah dan tidak baik-baik saja secara mental.

Yerisha sudah bergetar, ia membutuhkan Tara. Ia membutuhkan kakaknya itu, membuat Yerisha kalut dan ingin menangis. "Kak, aku ke t-toilet." Yerisha segera berdiri meninggalkan Juang.

Juang bingung dengan reaksi Yerisha dan bermaksud ingin menyusulnya, namun terhenti karena perkataan Nay.

"Yerisha dari tadi nahan ke toilet, katanya nunggu lo ke sini dulu," ucap Nay meyakinkan Juang.

[]

Yerisha mengurungkan dirinya di dalam toilet perempuan. Ia terduduk di atas kloset, menggenggam tangannya kuat hingga memerah. Air matanya sudah keluar dengan deras, namun sekuat tenaga Yerisha menahan dirinya untuk tidak bersuara dengan menggigit bibir bawahnya.

Tara, hanya nama itu yang ada di pikirannya sekarang. Yerisha segera mengeluarkan ponselnya dan menekan tombol 1, panggilan cepat untuk Tara.

-

"Halo, Dek?"

Yerisha menarik nafasnya pelan sebelum berbicara. "K-kak, Yerisha t-takuut.." suara Yerisha sangat lirih karena menahan tangisannya.

"Yerisha, kamu dimana??"

"Di f-foud court mall K-kak, s-sini t-to-toilet."

"Tetap di sana jangan kemana-mana! Jangan ketemu siapapun! Kamu denger Kakak kan Yerisha, jangan mikir aneh-aneh, jangan matiin panggilan ini sampai Kakak udah di sana!... Demi Tuhan, Jackson temenin gue cepat, Yerisha kena!"

-

Yerisha kini memejamkan matanya yang semakin mengeluarkan air mata yang deras. Sambungan teleponnya dan Tara masih menyala. Tara sepertinya sedang bersama Jackson, membuat Yerisha merasa sedikit lebih aman. Karena hanya Tara dan Jackson yang mengerti keadaan Yerisha sekarang. Dan Yerisha berharap semua akan baik-baik saja.

HOMEWhere stories live. Discover now