18. Turning

1.3K 284 23
                                    


| Kediaman Wiyata
17.29 WIB

Memang kadang lucu saat takdir mempermainkan kita. Orang-orang datang ke kehidupan kita tanpa permisi, namun kadang meninggalkan tanpa kata perpisahan.

Selasa, 27 April 2021 akan menjadi sebuah tanggal yang akan selalu diingat tiap tahunnya. Diingat oleh kurang lebih 200 keluarga baik yang merasakan kehilangan ataupun yang merasakan kesempatan untuk bertemu orang-orang yang diharapkan.

Tepat 5 menit sebelum kejadian, pesawat Boeing 777-300ER milik maskapai Garuda Airline Indonesia diperintahkan untuk melanjutkan penerbangan pada posisi 215 derajat dan turun 2000 kaki. Pada pukul 13:30, tepat di atas wilayah Nukus-Uzbekistan, ATC mengarahkan penerbangan untuk berbelok ke kanan menuju 045 dan melaporkan perkembangan. Namun, kebingungan pada bagian pengontrol lalu lintas udara diikuti apakah GA152 harus berbelok ke kiri atau ke kanan. Hanya 20 detik setelah mengonfirmasikan pesawat belok ke kanan, Boeing dilaporkan jatuh di daerah perbukitan dan terbelah dua.

- CNN News -

"Tante, belum tentu juga itu pesawat Yerisha sama Juang. Ada beberapa penerbangan ke Indonesia di jam yang berdekatan hari ini dari Amsterdam." Windi berusaha menenangkan Yuna yang masih menangis.

"Tapi itu pesawat Garuda Kak, Kak Yerisha sama Kak Juang naikㅡ"

"Sae, lebih baik kita berdoa yang terbaik. Kita tunggu kabar dari Garuda Airlines tentang list penumpang. Kamu tenang, biar yang lain ikut tenang." Dirga berusaha menenangkan Saerhin yang sudah tidak bisa lagi menangis.

Wiyata hanya menatap nanar TV di ruang tengah tersebut. Tidak fokus, karena pikirannya sedang ikut terbang bersama kebelumpastian berita yang mereka dapatkan. Rencana untuk mendapatkan informasi dari Arin dan Tara masih lama. Mereka akan transit di Kuala Lumpur pada pukul 5 pagi dini hari, sedangkan sekarang masih pukul 6 sore.

"Dirga, bisa bantu saya ke kamar? Saya butuh istirahat." Wiyata berdiri pelan.

Dirga langsung berdiri dan memapah Wiyata ke kamarnya. Tampak sudah rasa lelah dari wajah Wiyata. Beberapa hari belakangan memang Wiyata sedang disibukkan dengan dinasnya. Kabar buruk hari ini tentu saja membuat semuanya buyar. Walaupun berita yang mereka dapatkan belum pasti.

"Mama minum lagi, Ma." Sofhi menyodorkan minuman ke Fany.

Fany tampak masih syok. Tentu saja, karena hal ini mengingatkannya kepada Wiratama. Semuanya seperti sudah diatur menjadi kebetulan seperti ini. Fany akhirnya memilih istirahat, begitu pun Yuna. Sofhi dan Saerhin hanya tertunduk lemah ditemani Windi di sana.

Dirga yang baru selesai mengantar Wiyata ke kamarnya, tampak bergegas keluar rumah karena mendapatkan sebuah telepon.

"Halo, Pak."

"Kamu sudah dapat informasi pesawatnya Juang?"

"Belum, Pak. Pihak Garuda Airlines masih menghubungi pihak Schipol Airport di Amsterdam untuk meminta listnya."

"Saya sudah coba minta Kedutaan Indonesia di sini untuk meminta langsung daftar nama WNI yang berangkat ke Indonesia hari ini dengan penerbangan manapun. Dan"

"Kak Dirga....Kak Dirga....Yerisha sama Juang naik pesawat Garuda yang Airbus bukan Boeing. Jadi....itu bukan pesawat mereka."

Langsung saja air mata mendesak keluar di kedua mata Dirga saat itu juga. Perkataan Halla yang tiba-tiba memotong teleponnya dengan Juanda tadi tentu saja membuat bulu kuduknya meremang. Dirga terduduk di teras dengan kedua lututnya sebagai tumpuan.

HOMEWhere stories live. Discover now